BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya (https://en.wiktionary.org/wiki/cross-legged). Dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB IV TINJAUAN KARYA. Karya Tugas Akhir ini penulis mengambil judul Posisi Duduk. Crossed Leg Sebagai Motif Batik Kontemporer.

STILISASI POSISI DUDUK CROSSED LEG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal penting dalam menjalankan sebuah kehidupan yaitu satu

MODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI

VISUALISASI KALIGRAFI ARAB DALAM KARYA SENI BATIK TULIS SEBAGAI HIASAN DINDING PENCIPTAAN. Riza Fauzi ah NIM

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. inspirasi untuk berkarya. Lahirnya suatu karya seni tidak hanya dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SENI KRIYA MERANCANG DAN MEMBUAT KARYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds.

2016 PENERAPAN KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN (K3) KERJA PADA PELAKSANAAN PRAKTIK MEMBATIK DI SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

LAMPIRAN. Besaran ruang studio seni murni Lukis. Besaran ruang studio seni murni patung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. menyalurkan ide dan pendapatnya, ide tersebut diwujudkan ke dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN...

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN 2012 SENI RUPA (KONS. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL) S1

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesenian merupakan salah satu bagian penting dari kebudayaan.kesenian

2 PRINSIP DAN UNSUR DESAIN

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad (1998:131) menjelaskan bahwa: Selanjutnya Sugiyono (2010:2) mengungkapkan bahwa: Metode

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang dimilikinya. Manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri, mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam perancangan sebuah karya seni, apapun bentuknya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Seniman menciptakan sebuah karya seni tidak hanya untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN


2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) 1

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

EVALUASI PEMBELAJARAN PRAKTEK SENI KRIYA PAYET SARUNG BANTAL KURSI PADA PROGRAM STUDI TATA BUSANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. maupun melembaga khususnya di Kota Yogyakarta. Pada masa kini istilah batik telah meluas dan mewahana ke berbagai

MOTIF GEOMETRIS DALAM KREASI RANCANGAN BUSANA MUSLIM

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang

Transkripsi:

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN A. Sumber Penciptaan 1. Crossed leg Crossed leg secara harfiah memiliki arti menyilangkan kaki diatas kaki yang lainnya (https://en.wiktionary.org/wiki/cross-legged). Dimana menurut penulis, sikap duduk seperti ini secara sadar atau tidak sadar sudah ada sejak dari nenek moyang kita dahulu. Sejak belum adanya budaya menggunakan kursi dikalangan masyarakat hingga pertama kali kursi ditemukan, mungkin posisi duduk seperti ini sudah ada. Hingga saat ini semakin populer ketika para publik figur banyak melakukan duduk crossed leg. Menurut penulis, crossed leg memiliki banyak posisi. Namun motif dasarnya bisa kita lihat pada gambar dibawah ini Gambar 1 Motif dasar crossed leg (sketsa : Mohamad Safeii, 2015) 8

Dimulai sejak tahun 2010 penulis bekerja dibidang penyedia jasa secara tunggal tanpa naungan organisasi atau manajemen resmi. Penulis mempelajari dengan sendirinya bagaimana cara bekerja sebagai penyedia jasa pengelola acara Crossed leg terlihat sangat sederhana apabila dikatakan berpengaruh besar dalam melakukan negosiasi bisnis. Namun penulis memiliki penjelasan terkait hal tersebut. Pada pengalaman negosiasi penulis, terdapat beberapa gerakan saat melakukan posisi duduk crossed leg yang akan memberi pengaruh berupa tekanan terhadap klien sebagai lawan bicara. a. Pertama, penulis akan duduk terlebih dahulu dibandingkan dengan klien karena apabila penulis melakukan hal ini (crossed leg) lebih dahulu, secara tidak langsung klien akan merasa kedudukannya dibawah penulis. Dimana menurut penulis bisa diartikan bahwa klien tidak akan memandang rendah (Lihat gambar 2, perempuan menggunakan weighges). 9

Gambar 2. Posisi perempuan dengan posisi duduk (crossed leg) berhadapan dengan lawan bicara. (foto : Mohamad Safeii, 2015) b. Kedua, posisi duduk crossed leg secara teknis akan menopang tubuh bagian atas sehingga penulis dapat duduk dengan tegap, dimana hal tersebut menggambarkan kesiapan penulis untuk dalam sebuah pertemuan (in a meeting). Kemudian hal ini akan lebih mempengaruhi psikologi klien yang dihadapinya. Kemudian penulis akan memulai pembicaraan dengan perkenalan diri (lihat gambar 3) 10

Gambar 3 Posisi duduk crossed leg menopang tubuh bagian atas. (foto : Mohamad Safeii, 2015) c. Ketiga, penulis akan mempersilahkan klien untuk berbicara tentang kepentingannya dan dalam situasi ini penulis akan meletakkan tangan diatas paha dan menurunkan kaki yang sebelumnya disilangkan. Hal ini bisa menambah kenyamanan klien, karena akan merasa sangat diperhatikan sehingga membuat klien berbicara tidak terlalu banyak dan akan fokus terhadap apa yang dituju dalam pertemuan tersebut (lihat gambar 4) 11

Gambar 4. Situasi mendengarkan klien. (www.westsidetoastmasters.com) d. Proses keempat adalah penulis berbicara merespon apa yang telah disampaikan oleh klien. Dalam situasi ini penulis akan menukar letak kaki dan mulai membuka kedua tangan untuk membantu penulis dalam menjelaskan beberapa hal, tujuannya agar penjelasan penulis lebih meyakinkan klien. Biasanya hal ini akan membuat klien mulai memberikan ekspresi wajah yang tenang karena merasa menemukan orang yang tepat untuk bekerjasama. Walaupun ini tidak bisa dijadikan acuan secara mutlak. (lihat gambar 5) 12

Gambar 5. Situasi telah mendapatkan perhatian penuh dari klien. (www.bodylanguagetrainer.com) e. Tahap selanjutnya kedudukan mutlak tertinggi ada pada penulis, dari situasi tersebut menjadi wilayah kekuasaan penulis, sehingga klien pada saat itu hanya akan fokus pada apa yang penulis sampaikan. Pada kenyataan ini penulis sudah bebas meletakkan tangan dan mengubah posisi duduk karena pembicaraan akan mulai mencair. (lihat gambar 6) 13

Gambar 6. Pendapat keleluasaan bicara setelah menguasai suasana. (foto : Mohamad Safeii, 2015) f. Pada tahap selanjutnya adalah dimana klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya untuk penulis menjadi pengelola acara. Situasi ini akan kembali terlihat serius karena pembahasan kesepakatan harus dengan kondisi yang stabil dan fokus. Setelah kesepakatan diraih penulis akan mengajak klien untuk membuka pembahasan baru dengan obrolan yang lebih ringan namun tetap mengarahkan klien kearah mata bisnis diluar jasa pengelola acara. Dengan demikian kerjasama akan berjalan secara berkepanjangan. (lihat gambar 7) 14

Gambar 7 Menunjukan perhatiannya terhadap klien. (foto: Mohamad Safeii, 2015) Begitulah penjelasan mengenai sebuah proses negosiasi penulis dimana posisi duduk sangat mempengaruhi atas keberhasilan sebuah kesepakatan bisnis. Pengalaman tersebut hingga saat ini telah menjadi standar khusus bagi penulis sehingga dapat dijadikan materi atau gagasan sebuah ide penciptaan karya seni kriya tekstil dalam hal ini batik tulis kontemporer. 2. Batik Batik merupakan sebuah proses dengan melalui tiga tahapan yaitu pencantingan, pewarnaan dan pelorodan atau melepaskan malam pada kain. Apabila sebuah kain telah melewati tiga tahapan tersebut diatas, sebuah kain bisa disebut kain batik. Batik secara Etimologi berasal dari kata yang berakhiran tik dari kata menitik yang berarti menetes. Didalam bahasa krama jawa batik disebut seratan, dalam bahasa jawa ngoko disebut nulis, yang dimaksud adalah menulis dengan lilin. Secara 15

Termologi, batik adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan alat canting atau sejenisnya dengan bahan lilin sebagai penahan masuknya warna (Suyanto, 2002:2). 3. Batik Kontemporer Arti kata kontemporer ialah dewasa ini atau pada masa kini. Maka motif motif batik kontemporer yaitu motif motif batik dewasa ini. Sebenarnya batik kontemporer itu sebagian besar di ciptakan oleh para seniman. Juga oleh para desainer batik yang ada di Indonesia. Batik kontemporer diciptakan sebagian besar untuk dipakai, tetapi diciptakan untuk keperluan dekorasi atau hiasan dinding. Motif yang diciptakan bebas. Memang batik kontemporer diciptakan dengan teknik seperti melukis, tidak terikat pada alat yang biasa di pakai, yaitu canting. Pelaksanaannya sama persis seperti melukis, hanya teknik pewarnaan prosesnya seperti batik. Batik kontemporer berpola bebas. Mungkin mengambil dari bentuk seni primitif, bentuk patung, bentuk dari alam, kesenian daerah dan pengaruh dari seni yang ada. Disamping itu dapat diciptakan bentuk abstrak. Semua itu hasil dari ciptaan atau kreasi para seniman batik dan para desainer batik (Bambang, 1978:101) 4. Motif Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) motif adalah corak atau pola. Dalam Seni Rupa kita juga mengenal istilah motif. Pemahaman 16

dasar tentang motif dan pola adalah apabila terdapat sebuah garis lengkung maka garis tersebut dapat dianggap sebuah motif garis lengkung, jika garis tersebut diulang ulang secara simetris, maka diperoleh gambar lain yaitu sebuah pola. Jadi dengan begitu motif dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen, motif merupakan bentuk dasar dalam penciptaan atau perwujudan bentuk ornamen. Motif ini meliputi segala bentuk ciptaan Tuhan, seperti misalnya motif binatang, motif manusia, motif tumbuh tumbuhan, motif alam (batu, awan, air) dan sebagainya (https://yogaparta.wordpress.com/2009/06/18/mengenal-ornamen/). Di Indonesia, motif juga bisa digunakan sebagai media mempresentasikan suatu daerah/ wilayah, maupun budaya tertentu, contohnya motif suku dayak yang mewakili salah satu susku yang ada dikalimantan\. Kemudian motif cendrawasih yang mewakili wilayah indosnesia timur khususnya Papua, ada juga motif batik parang yang bisa mewakili DIY. Dalam hal ini, penulis mencoba menciptakan motif yang berhubungan dengan pengalaman pribadi penulis. Landasan Teori Secara empiris, menurut pengalaman pribadi penulis merupakan suatu hal atau kondisi yang dialami secara berkesinambungan selama beberapa tahun belakangan. Sebuah aktifitas yang selalu dilakukan pada saat melakukan pertemuan bisnis dimana aktifitas tersebut telah menghasilkan sebuah pemikiran sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah gagasan dalam menciptakan karya seni. 17

Pada posisi duduk crossed leg yang dilakukan penulis, dapat dituangkan menjadi sebuah motif sehingga dapat menjadi kain batik kontemporer terdapat teori psikologi didalamnya. Tidak hanya pada saat penulis melakukan posisi duduk tersebut namun juga dampak psikologi pada lawan bicara. Buah pemikiran tersebut oleh penulis dituangkan menjadi motif dasar kain batik kontemporer. Seperti yang tertulis pada sebuah buku berjudul Psikologi Komunikasi yaitu Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku itu (Jalaluddin. 2007, p.8). Memindahkan sebuah posisi duduk crossed leg menjadi suatu motif merupakan suatu hal yang tidak mudah dikerjakan apabila pemahaman akan sebuah teori mengenai motif tidak dipahami terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan peran motif pada sebuah kain batik sangatlah penting, bagaimana penulis dapat mengatur motif pendukung dan motif inti kemudian penempatan warna juga komposisi yang baik antara latar belakang kain dan motif yang ditonjolkan dalam sebuah kain batik kontemporer. Secara estetik sebuah karya seni harus memiliki 3 unsur estetika yaitu pertama wujud atau rupa (Inggris: Appearance), kedua bobot atau isi (Inggris: content, substance), dan yang ketiga penampilan, penyajian (Inggris: presentation) yang terdapat pada benda atau peristiwa (Djelantik, Dr. A. A. M, Estetika Sebuah Pengantar, 2004, p.15). Kemudian menurut (Gustami, 2004:34) tentang skema IVb yaitu konstalasi seni kriya dengan ekspresi estetik, dimana 18

karya seni yang dihasilkan atau diciptakan tidaklah semata mata hanya menunjukkan hasil dari sekumpulan teknik dalam kriya tekstil. Keindahan pada hasil akhir dari sebuah kain batik kontemporer adalah bagian akhir dari sebuah penciptaan karya seni setelah melalui proses pengerjaan menggunakan teknik teknik yang telah dilakukan. Bagaimana penulis menempatkan motif, warna dan penggunaan bahan pada kain batik tersebut merupakan suatu proses menuju keindahan sebuah karya seni. 19