BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah penentuan awal bulam kamariah terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Agama, awalnya

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

BAB I PENDAHULUAN. sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah.

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI NAMBANGAN SURABAYA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT HILAL. A. Analisis Latar Belakang Pemakaian Pantai Nambangan sebagai

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB V PENUTUP. Rukyat al-hilal tentang latar belakang penggunaan Bukit Rakitan, Sluke, a) Sebagai upaya Badan Hisab Rukyat (BHR) Rembang dalam mencari

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG. Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Sluke. 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum penetapan bulan kamariah ini telah dibahas oleh nash-nash

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL

BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB I PENDAHULUAN. Kalender Islam ditentukan berdasarkan penampakan hilal 1. pertama) sesaat sesudah matahari terbenam 2. Kalender Islam inilah yang

BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA. A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan. yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya.

BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, dalam penetapan awal dan akhir Kamariah 1 khususnya bulan

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG KRITERIA TEMPAT RUKYAT YANG IDEAL. A. Konsep Pemikiran Thomas Djamaluddin Tentang Tempat Rukyat

BAB III GAMBARAN UMUM PANTAI UJUNG PANGKAH. A. Sejarah Penggunaan Pantai Ujung Pangkah sebagai Tempat Rukyat Al-

BAB IV ANALISIS BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG SEBAGAI LOKASI RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang digunakannya Bukit Rakitan, Sluke, Rembang

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul

Mam MAKALAH ISLAM. Potensi Rembang Jawa Tengah Sebagai Pusat Observatorium Bulan (POB)

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB IV ANALISIS UJI KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Analisis Dasar Pertimbangan Pantai Alam Indah Tegal Dijadikan

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah NU, Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012

BAB III PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI LOKASI RUKYAT AL-HILAL. Lokasi Pantai Pasir Putih terletak di Desa Pasir Putih, Kecamatan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

BAB III RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Letak Geografis Pantai Alam Indah Tegal ( PAI )

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN. Lapisan udara yang melindungi bumi disebut atmosfer 1. Atmosfer juga

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini umat Islam di dunia sering mengalami perbedaan dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB III PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT. A. Letak Geografis dan Sejarah Pantai Kartini Jepara

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang pelayaran sudah dikenal oleh masyarakat dunia. sejak lama. Ekspedisi-ekspedisi besar pernah dilakukan hingga

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

Penerapan metode..., Novi Indriyani, FASILKOM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kasus perbedaan tersebut tidak juga dapat teratasi. 2 Masing-masing ormas

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi terkait dengan penetapan awal bulan dalam kalender hijriah.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa masjid di Surabaya, sebagaimana seseorang peneliti dalam kegiatan

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

UJI KELAYAKAN PANTAI PASIR PUTIH SITUBONDO JAWA TIMUR SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL

ANALISIS KUALITAS UDARA JAKARTA TANGGAL JUNI 2017

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI ANYER BANTEN SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang Penggunaan Pantai Anyer Banten Sebagai

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. INFORMASI METEOROLOGI

UJI KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB III METODE PENELITIAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H

I. INFORMASI METEOROLOGI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan sabit di ufuk barat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan baru, khususnya menjelang bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah, untuk menentukan kapan bulan baru dimulai 1. Rukyat selalu dilakukan menjelang bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah di titik rukyat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, rukyat dilakukan setiap bulan untuk menentukan awal bulan hijriyah dengan pengamatan lebih dari satu kali dalam satu bulan untuk meningkatkan tingkat akurasi dalam penentuannya. 2 Proses pengamatan ini dinilai paling akurat karena prosesnya sendiri yang melihat langsung fenomena alam yang terjadi di lapangan. Namun, dalam pelaksanaan rukyat ini kadang-kadang ditemukan banyak kesulitan. Banyak hal yang menghambat keberhasilan pelaksanaan pengamatan hilal secara visual seperti kondisi cuaca yang tidak selalu cerah, ketinggian hilal dan Matahari, jarak antara Bulan dan Matahari, kondisi atmosfer Bumi, kualitas mata pengamat, kualitas alat bantu optik dan non-optik untuk pengamatan dan kondisi psikologis pengamat. 3 1 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004. hlm. 173 2 Khoirotun Nikmah, Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur Tahun 2008 2011, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2012, hlm.73 3 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta : Amythas Publicita, 2007, hlm 87 1

2 Pengamatan hilal tidak dapat dilakukan di semua tempat karena tempat yang digunakan untuk melakukan pengamatan hilal harus memenuhi persyaratan geografis dan klimatologis tempat yang memungkinkan dapat terlihatnya hilal. Pada dasarnya, tempat yang baik untuk mengadakan observasi awal bulan kamariah adalah tempat yang memungkinkan pengamat dapat mengadakan pengamatan di sekitar tempat terbenamnya Matahari. Pandangan pada arah itu tidak boleh terganggu, sehingga horison akan terlihat lurus pada azimuth ± 240 s/d 300. Daerah tersebut diperlukan terutama jika pengamatan dilakukan sepanjang musim dengan mempertimbangkan pergeseran Matahari dan Bulan dari waktu ke waktu 4. Iklim yang baik juga diperlukan untuk keberhasilan rukyat. Pada awal bulan, cahaya Bulan sabit begitu tipis dan warnanya hampir sama dengan cahaya Matahari. Kebersihan langit dari awan mendung di ufuk barat tempat terbenamnya Matahari saat pengamatan sangat diperlukan 5. Di udara terdapat banyak partikel yang dapat menghambat pandangan mata terhadap hilal seperti kabut, hujan, asap dan debu. Benda-benda tersebut mempengaruhi jarak pandang dan mengaburkan penampakan hilal. Hujan yang ringan dapat mengurangi pandangan mata hingga menjadi ± 3-10 km. Hujan lebat menjadikan pandangan hanya menjadi ± 50-500 meter. 6 Bukit Wonocolo terletak di desa Wonocolo kecamatan Kadewan kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Bukit ini merupakan tempat yang tinggi 4 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981. hlm. 51-52 5 Ibid 6 Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007, hlm.130-131

3 bahkan merupakan dataran tertinggi yang terletak di kabupaten Bojonegoro. Dari sini pengamat dapat melihat ke arah barat dengan latar yang jelas dan lebar. Bukit Wonocolo terletak di koordinat 7 o 3 14.4 LS dan 111 o 40 21.7 BT. Dengan ketinggian 275 meter di atas permukaan laut (dpl), bukit ini dirasa cukup tinggi sehingga digunakan sebagai tempat rukyat. Bukit Wonocolo merupakan satu-satunya tempat rukyat yang ada di kabupaten Bojonegoro. Pengamatan hilal di kabupaten Bojonegoro dilaksanakan oleh Kementerian Agama kabupaten Bojonegoro di bukit Wonocolo tersebut. Pengamatan hilal dilaksanakan oleh Badan Hisab Rukyah (BHR) Kandepag Kab. Bojonegoro beserta tokoh masyarakat dan tokoh agama juga masyarakat. Banyak pemberitaan bukit Wonocolo sebagai tempat rukyat dan pelaksanaan rukyat di tempat tersebut oleh media lokal, baik media elektronik maupun media cetak. Namun, tidak demikian dalam pemberitaan media nasional. Dalam beberapa dokumen, misalnya dalam buku Pedoman Hisab dan Rukyah Nahdlatul Ulama yang dikeluarkan oleh Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, bukit Wonocolo tidak termasuk dalam titik-titik rukyat di Jawa Timur. Dalam buku tersebut yang termasuk sebagai titik rukyat di Jawa Timur adalah pantai Kenjeran yang terletak di Surabaya, pantai Ujung Pangkah di Gresik, Tanjung Kodok di Lamongan, Bangkalan dan Sampang di Madura dan pantai Pasir Putih di Situbondo. Bukit tersebut juga memiliki sejarah menarik terkait dengan hal rukyat al-hilal.

4 Pengamatan hilal di bukit ini telah dilakukan sejak observasi pertama pada 19 Oktober 2009 yang bertepatan dengan awal bulan Zulkaidah 1430 H yang merupakan peninjauan lokasi rukyat al-hilal oleh Kementerian Agama kabupaten Bojonegoro. Pihak-pihak yang mengikuti pengamatan ini adalah perwakilan dari Kandepag kabupaten Bojonegoro, Pengadilan Agama kabupaten Bojonegoro, Badan Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial (BKB Kessos) kabupaten Bojonegoro, Majelis Ulama Indonesia kabupaten Bojonegoro, PC Nahdlatul Ulama Bojonegoro, PD Muhammadiyah Bojonegoro, Pondok Pesantren dan para ahli hisab. Hilal dapat terlihat pada saat itu dan secara otomatis dijadikan sebagai tempat rukyat pada observasi hilal selanjutnya. Namun sejak kejadian tersebut, hilal tidak pernah terlihat kembali. Pada saat itu hilal sudah cukup tua dan memiliki ketinggian 11 o 27 49.91 yang dapat terlihat di semua tempat yang memiliki pandangan ke arah ufuk barat. Hari itu tercatat sebagai satu-satunya waktu dapat dilihatnya hilal hingga saat ditulisnya tulisan ini. Sangat menarik untuk mencari tahu hal yang menjadi penyebab hilal hanya dapat terlihat sekali di bukit Wonocolo. Hal ini terkait pada penggunaan bukit Wonocolo sebagai pos (pusat) pengamatan Bulan sabit (hilal) di kabupaten Bojonegoro untuk penentuan awal bulan kamariah yang berhubungan dengan beberapa pelaksanaan ibadah umat Islam, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang tingkat kelayakan tempat rukyat al-hilal yang dipusatkan di bukit Wonocolo Bojonegoro atas rekomendasi dari kementerian agama kabupaten setempat tersebut.

5 Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul Uji Kelayakan Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat B. Rumusan Masalah Agar pembahasan dalam skripsi ini fokus pada hal yang akan dikaji, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang digunakannya bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat? 2. Bagaimana keadaan dan tingkat kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat dalam penentuan awal bulan kamariah? C. Tujuan Penelitian Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan tujuan tertentu yang diuraikan dalam beberapa poin berikut, yakni: 1. Mengetahui apa yang menjadi latar belakang digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat. 2. Mengetahui keadaan dan tingkat kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro setelah diuji kelayakannya dari berbagai aspek baik dari aspek letak geografis, pengaruh atsmosfer, cuaca dan polusi. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan kejelasan yang rinci tentang keadaan dan kelayakan Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat untuk setiap bulan di tiap tahunnya atau hanya pada bulan-bulan tertentu.

6 2. Memberikan laporan dan masukan kepada Kementerian Agama kabupaten Bojonegoro dan instansi-instansi serta individu yang terkait dengan kegiatan rukyat yang dilaksanakan di bukit Wonocolo Bojonegoro, serta kondisi strategis dan tingkat kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat. 3. Menambah perbendaharaan khazanah keilmuan mengenai tempat rukyat, khususnya tentang bukit Wonocolo Bojonegoro. E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tahap paparan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan tema yang diteliti oleh penulis, dengan maksud menghindari adanya kemungkinan pengulangan kembali hal-hal yang telah dikaji. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan pembahasan penelitian ini, terutama kajian yang berhubungan dengan masalah rukyat al-hilal dan bulan kamariah yang ditinjau dari berbagai segi, diantaranya sebagai berikut. Penelitian Khoirotun Nikmah dengan judul Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur Tahun 2008 2011 yang membandingkan tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di pantai Tanjung Kodok yang ada di kabupaten Lamongan dengan rukyat yang dilaksanakan di bukit Condrodipo kabupaten Gresik. Kedua tempat tersebut berada di jarak yang cukup berdekatan tetapi memiliki tingkat keberhasilan rukyat yang ekstrim. Dari penelitian ini ditemukan bahwa bukit Condrodipo adalah tempat rukyat

7 yang lebih baik dibandingkan dengan pantai Tanjung Kodok karena kondisi geografis dan klimatologis bukit Condrodipo lebih baik daripada keadaan geografis dan klimatologis pantai Tanjung Kodok. Skripsi ini ditulis di Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang pada tahun 2012. 7 Aji Ainul Faqih, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang mengadakan penelitian pada tahun 2013 yang dituangkan ke dalam skripsinya yang berjudul Kelayakan Pantai Nambangan Surabaya sebagai Tempat Rukyat Hilal Awal Bulan Kamariah. Dalam penelitiannya, pantai Nambangan Surabaya sebagai tempat rukyat, diteliti dari segi geografis dan klimatologis. Ditinjau dari aspek geografis, pantai Nambangan layak digunakan sebagai tempat rukyat karena memiliki latar pandang yang bebas ke arah ufuk barat, sedangkan dari aspek klimatologis pantai Nambangan dikatakan tidak layak digunakan sebagai tempat rukyat karena adanya jembatan layang Suramadu dalam radius 1.15 km di arah barat. Bias cahaya lampu jembatan layang ini mengaburkan pandangan ke arah barat dan menyulitkan pengamatan hilal yang dilakukan di pantai Nambangan Surabaya. 8 Aina Ainul Inayah meneliti kelayakan bukit Rakitan yang ada di Rembang sebagai tempat rukyat pada tahun 2013. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam skripsi yang berjudul Kelayakan Bukit Rakitan, Sluke- 7 Khoirotun Nikmah, Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur Tahun 2008 2011, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2012. 8 Aji Ainul Faqih, Kelayakan Pantai Nambangan Surabaya sebagai Tempat Rukyat Awal Bulan Kamariah, Skripsi fakultas Syari ah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang tahun 2013.

8 Rembang sebagai Tempat Rukyat al-hilal. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa bukit Rakitan tidak layak digunakan sebagai tempat rukyat karena hanya memiliki arah pandang 20 o ke arah utara dan 18 o ke arah selatan. Dari aspek klimatologis, bukit Rakitan memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi dan sering diselimuti kabut di pagi dan sore hari. Juga kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung seperti akses jalan yang sulit, tidak adanya listrik, tempat salat, jaringan seluler dan kamar kecil. 9 Skripsi Muhammad Nur Hanif yang berjudul Uji Kelayakan Pantai Alam Indah Tegal sebagai tempat Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah yang ditulis di Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang pada tahun 2013, meneliti kelayakan pantai Alam Indah Tegal sebagai tempat rukyat. Parameter yang digunakan sebagai alat ukur dibagi menjadi dua yaitu parameter primer yang mencakup aspek geografis, atmosfer dan klimatologis serta parameter sekunder yang mengukur kelayakan pantai Alam Indah Tegal berdasar aspek sarana dan prasarana yang digunakan. Pantai Alam Indah Tegal cukup layak untuk digunakan sebagai tempat rukyat karena memenuhi semua parameter kecuali geografis yang memiliki pandangan terbatas pada 17 o ke arah selatan dari titik barat. Menara yang digunakan sebagai tempat rukyat yang masih manual dan alat bantu rukyat yang masih minim menjadi kendala tersendiri. 10 9 Aina Ainul Inayah, Kelayakan Bukit Rakitan, Sluke, Rembang sebagai Lokasi Rukyat al-hilal, Skripsi fakultas Syari ah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang tahun 2012-2013. 10 Muhammad Nur Hanif, Uji Kelayakan Pantai Alam Indah Tegal sebagai Tempat Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah, Skripsi fakultas Syari ah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo tahun 2012-2013.

9 Berdasar telaah pustaka tersebut, belum ditemukan tulisan yang secara khusus dan detail membahas tentang uji kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat secara spesifik. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar belakang bukit Wonocolo sebagai tempat rukyat sejak pertama kali digunakan dan keadaan sekarang sehingga penelitian ini dapat dikategorikan dalam jenis penelitian kualitatif. 11 2. Sumber dan Jenis Data Pengambilan sumber data dalam penelitian menggunakan dua jenis data. Data yang pertama adalah data primer dan yang kedua adalah data sekunder. Data primer dalam penulisan ini terdiri dari dua hal yaitu data hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di bukit Wonocolo dan dokumentasi data rukyat yang dikumpulkan dari Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro sebagai instansi terkait serta data klimatologis mengenai keadaan awan, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin yang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Ed. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 10, 1997, hlm. 22. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut. Tujuannya adalah untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.

10 Data yang kedua adalah data sekunder. Data sekunder juga dibagi ke dalam dua hal yaitu wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada pengamat yang telah memiliki pengalaman mengenai pengamatan hilal di bukit Wonocolo, serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengenai hal-hal klimatologis yang mempengaruhi pengamatan hilal di bukit Wonocolo. Data sekunder yang kedua berupa dokumentasi. Data dokumentasi meliputi buku, kamus ilmiah dan tulisan mengenai pengamatan hilal. Termasuk ke dalam data ini adalah blog dan tulisan yang menyatakan tentang digunakannya bukit Wonocolo sebagai tempat rukyat, tulisan mengenai kriteria hilal yang dapat diamati baik berupa buku maupun blog, 12 kamus ilmiah yang menjelaskan tentang istilah-istilah yang berkaitan dengan pengamatan hilal, buku dan tulisan yang membahas tentang perhitungan awal bulan kamariah. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan hasil penelitian ini, penulis melakukan pengamatan langsung dengan mengadakan observasi di bukit Wonocolo Bojonegoro, mempelajari dokumen-dokumen yang berisi rekaman pengamatan hilal di bukit Wonocolo Bojonegoro dan melakukan kajian terhadap dokumendokumen, baik dari pakar falak maupun dari ahli sejarah khususnya tentang sejarah bukit Wonocolo Bojonegoro dan sejarahnya sebagai pukul 10:03 WIB 12 http://media.isnet.org/isnet/djamal/rukyat.html, diakses pada tanggal 20 April 2013

11 tempat rukyat yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara (interview) 13 kepada pihakpihak yang berkompeten memberikan informasi terkait objek yang diteliti. Untuk mendapatkan data yang akurat dan diakui validitas serta realibilitasnya, penulis bekerja sama dengan Kementerian Agama kabupaten Bojonegoro dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika provinsi Jawa Timur. 14 Data diperoleh dengan mengadakan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pihak terkait yang berkompeten di bidangnya untuk menggali informasi terkait dengan objek yang diteliti. Data juga diperoleh dengan mengumpulkan data dan arsip dokumen di departemen dan lembaga tertentu yang dapat memberikan informasi yang diperlukan. 4. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, data kemudian diolah dengan melakukan analisis data. Dalam menganalisis data tersebut, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif yakni dengan mengkaji teori uji kelayakan tempat rukyat dengan apa yang ada di lapangan (bukit Wonocolo Bojonegoro). 15 Teknik analisis semacam ini disebut juga analisis 13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, hlm. 67. 14 BMKG adalah kependekan dari badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang merupakan suatau instansi pelayanan dan penyediaan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Lihat Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor: Kep.Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tahun 2010-2014, hlm. 11. 15 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, Ed. III, 1996, hlm. 88.

12 kualitatif. 16 Kesimpulan dapat ditarik setelah data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode tersebut. Kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat dapat diketahui dari terpenuhinya faktor-faktor yang menentukan kelayakan tempat rukyat yaitu faktor primer yang terdiri dari kondisi geografis yaitu keadaan ufuk dan kondisi klimatologis yaitu cuaca pada saat rukyat di sore hari serta faktor sekunder yaitu data rukyat yang telah dilakukan selama ini (2009-2012) karena bukit Wonocolo adalah tempat yang telah digunakan sebagai tempat rukyat. Sebuah tempat dinyatakan sangat layak dijadikan sebagai tempat rukyat jika faktor primer dan faktor sekunder terpenuhi, layak jika faktor primer terpenuhi dan faktor sekunder tidak terpenuhi, kurang layak jika hanya salah satu faktor primer yang terpenuhi dan tidak layak jika faktor primer dan faktor sekunder tidak terpenuhi. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini disusun perbab. Untuk memudahkan penulisannya, skripsi dituangkan ke dalam lima bab yang masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub pembahasan tertentu. Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang ada dalam penelitian, tujuan diadakannya penelitian dan manfaat yang didapatkan dari penelitian. Tinjauan 16 Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 95.

13 pustaka yang berisi kepustakaan terkait penelitian yang dilakukan juga dipaparkan dalam bab ini. Kemudian dijelaskan pula mengenai metode penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dan sistematika penulisan penelitian dalam bab ini. Bab kedua adalah konsep umum penentuan awal bulan kamariah menggunakan metode rukyat. Bab ini memaparkan kerangka teori landasan keilmuan dengan judul utama konsep umum penentuan awal bulan kamariah menggunakan metode rukyat yang di dalamnya membahas tentang pengertian rukyat, dasar hukum rukyat, praktek rukyat, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rukyat, kelebihan dan kekurangan penentuan awal bulan kamariah menggunakan metode rukyat. Bab ketiga berisi gambaran umum bukit wonocolo. Bab ini menerangkan tentang sejarah digunakannya bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat, keadaan geografis, topografis dan klimatologis bukit Wonocolo Bojonegoro serta data yang berisi kegiatan dan hasil rukyat di bukit Wonocolo selama ini. Bab keempat yaitu kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat dalam penentuan awal bulan kamariah. Bab ini merupakan pokok dari pembahasan penulisan penelitian yang dilakukan yaitu berisi analisis terhadap sejarah yang melatar belakangi digunakannya bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat serta kelayakan bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai tempat rukyat dalam penentuan awal

14 bulan kamariah dari berbagai aspek tertentu dan didasarkan pada datadata yang telah diperoleh dan dikumpulkan selama penelitian. Bab kelima adalah penutup. Bab ini memuat kesimpulan, saran, dan penutup.