BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan hal itu, tidak akan pernah terlepas dari peran guru untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, yang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia dan memiliki peranan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar mencoret-coret buku, bahkan ada yang selalu memandang keluar pintur.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. prestasi siswa dapat dilihat dengan menggunakan tolak ukur batas kelulusan

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa, dan metode belajar mengajar. kegiatan belajar mengajar. Subyek didik selalu berada dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini masih pada tahap berkembang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang konsep dasar kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)atau Kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dandilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diindonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan olehundang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentangsistem Pendidikan Nasionaltentang perlunya ditetapkan delapan standar nasional pendidikan secara lebih rinci, ketentuan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

2 Nasional Pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan No. 23 tahun 2006 membahas tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai dasar untuk pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam suatu proses pembelajaran, aspek yang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran. Motivasi belajar mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas. Tanpa adanya motivasi belajar yang baik dari siswa, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Untuk itu perlu adanya pengembangan kemampuan membentuk watak dan mencerdaskan bangsa tentu tidak mudah perlu adanya pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dan dapat dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan, melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Seperti dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang mencakup tentang kepribadian dan wawasan akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya

3 sebagai manusia. Oleh sebab itu Pkn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi tertulis, bahwa : Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Maka dari itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif yang berpengetahuan bela negara, idiologi pancasila, UUD 1945, naturalisasi dan pemerolehan status warga negara. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ini dapat membentuk siswa menjadi lebih menghargai dan bertanggung jawab atas bangsa dan negaranya. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting yaitu mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi. Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sikap yang ditanamkan saat belajar dan pembelajaran berlangsung diantaranya: sikap rasa ingin tahu, kerjasama, sikap saling menghargai, toleransi, dll. Sikap yang ditanamkan melalui proses pembelajaran aktif dan menyenangkan. Melihat perkembangan dewasa ini dalam proses pembelajaran di kelas, aspek kemampuan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan oleh siswa

4 dapat membentuk karakter mereka. Sebagai implikasinya, kesadaran tentang peran guru meningkat. Sebagai tenaga profesional, guru merupakan pintu gerbang inovasi, sekaligus gerbang menuju ke pembangunan yang terintegrasi. Untuk itu peneliti sengaja mengadakan penelitian ini dengan harapan agar setidaknya siapapun yang membaca dapat tergerak dan mau memperjuangkan aspek yang satu ini untuk menjadi unggulan dalam penanganan yang profesional khususnya masing-masing individu, umumnya seluruh pihak terkait mulai kepala sekolah, guru maupun masyarakat, untuk terus menjaga agar tetap fokus terhadap kemampuan belajar siswa, sehubungan dampak minat belajar siswa khususnya pada pembelajaran PKn sangat rendah. Siswa dituntut untuk selalu aktif dan berprestasi dalam setiap pembelajaran. Selain siswa guru pun dituntut untuk kreatif dalam setiap pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan pembelajaran yang baik dalam rangka membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Daya kreativitas dan keaktifan siswa merupakan hal penting dan perlu diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal, khususnya dalam pembelajaran di kelas. Kreativitas dan keaktifan siswa di kelas dapat berkembang dengan baik apabila siswa paham mengenai materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-

5 perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi pembelajaran, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses pembelajaran (Sudjana, 2000, h.19). Oleh karena itu guru memegang peranan penting dalam pembelajaran bukan hanya menjadi figur dan penyaji informasi tapi guru juga adalah orang yang membentuk karakteristik siswa. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi pembelajaran yang efektif, sehingga memungkinkan proses pembelajaran, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar. Hal ini menunjukan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasikan siswa agar kondusif saat belajar. Cara yang dilakukan guru antara lain adalah dengan cara membimbing siswa belajar, menyediakan media dan sumber belajar, memberikan penguat dalam pembelajaran, menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, pemilihan model pembelajaran yang tepat, memberikan kesempatan pada siswa untuk memperbaiki diri. Kerjasama (Team Work) adalah keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadibagian dari kelompok. Bukan bekerja secara terpisahatau saling berkompetisi. Kompetensi

6 kerjasamamenekankan peran sebagai anggota kelompok, bukansebagai pemimpin. Kelompok disini dalam arti yang luas,yaitu sekelompok individu yangmenyelesaikan suatutugas atau proses.menurut Homans (1950) : kelompok adalahsejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang laindalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidakterlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasidengan semua anggota secara langsung. Kerjasama merupakan perwujudan azas kekeluargaan, karena berdasarkan azas kekeluargaan, setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan keluarga besar. Dalam kehidupan keluarga, berkembang perasaan cinta kasih diantara sesama anggotanya yang menimbulkan solidaritas antar sesama manusia. Solidaritas yang berkembang itu dapat dilihat pada kesediaan mereka untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan bersama, dan kepentingan bersama. Kerjasama antarberbagai pihak dapat terwujud karena di dorong olehbeberapa faktor, antara lain; adanya persamaan tujuan,adanya persamaan bahwa yang satu merupakan bagiandari yang lainnya, adanya pengakuan persamaan derajat,hak dan kewajiban, dan lainlain. Berdasarkan hasil pengamatan saat dilakukan observasi pada tanggal 28 April 2015 di SDN Ciparay 6 terdapat permasalahan dalam hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Nilai siswa kelas IV cenderung rendah, dengan hasil belajar yang cukup rendah ini siswa kelas IV belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang

7 telah ditetapkan di SDN Ciparay 6 yaitu 70. Selain hasil belajar yang rendah ada satu hal yang kurang mendapatkan perhatian di dalam kelas yaitu cara mengaktifkan siswa yang memiliki hasil belajar yang baik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dalam membantu teman-temannya yang kurang memahami pembelajaran untuk saling berbagi pengetahuan. Dengan kata lain, prinsip kerjasama dalam kelompok kurang diperhatikan. Jika dilakukan kerjasama kelompok umumnya yang terjadi adalah siswa yang memiliki kemampuan dalam pembelajaran lebih dominan menguasai materi yang diberikan dan tidak mau mengkomunikasikannya kepada anggota kelompok yang lain sedangkan siswa yang kurang memahami pelajaran segan untuk bertanya dan terkesan kurang aktif hanya sebagai penonton saja selama kerjasama dalam dilakukan, gejala-gejala tersebut menjelaskan rendahnya kerjasama siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, siswa masih kurang melakukan komunikasi, kurang mengeluarkan pendapat, kurang menghargai pendapat orang lain, kurang menjaga kekompakkan dan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang membuat siswa cenderung pasif. Maka faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah karena kerjasama siswa kelas IV masih kurang serta model pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam konteks ini guru seharusnya menjadi fasilitator penunjang ketercapaiannya hasil belajar siswa. Selain itu hal ini akan berdampak sangat

8 besar kepada siswa karena model pembelajaran yang seperti itu membuat siswa menjadi kurang bersosialisasi di dalam kelas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi dalam kelas dan rasa takut siswa untuk bertanya kepada guru maupun siswa lainnya. Dalam hal ini bisa dilihat bahwa model yang digunakan oleh guru kurang tepat. Selain itu kurangnya penggunaan media sebagai alat untuk membimbing siswa kepada tujuan pembelajaran juga tidak digunakan. Dalam hal ini alternatif untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa adalah dengan mengganti model pembelajaran yang lama dengan model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran dengan cara menemukan yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model yang melakukan pembelajaran dengan cara menemukan sendiri penjelasan dari materi yang akan dipelajari. Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa diminta untuk menemukan penjelasan dari materi yang akan dipelajari melalui pencarian kelompok secara bersama-sama. Dengan kata lain model pembelajaran ini bisa meningkatkan kerjasama antar siswa untuk bersama-

9 sama menemukan suatu pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi bersama kelompoknya. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan mengajukan penelitian berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Penelitian Tindakan Kelas dalam Materi Sistem Pemerintahan Desa Dan Pemerintah Kecamatan di Kelas IV Semester 1 SDN Ciparay 6). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat teridentifikasi sebagai berikut : 1. Guru belum bisa menerapkan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran di SDN Ciparay 6. 2. Interaksi yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hanya satu arah karena guru yang lebih dominan menyampaikan materi, sementara peserta didik pasif. 3. Kurangnya kerjasama siswa kelas IV di SDN Ciparay 6 dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok sehingga komunikasi antar siswa berkurang. 4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV di SDN Ciparay 6.

10 C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan suatu batasan masalah agar ruang lingkup yang akan diteliti tidak meluas. Adapun batasan masalah, sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Ciparay 6. 2. Objek dalam penelitian ini hanya meneliti pada siswa kelas IV di SDN Ciparay 6 semester 1 tahun ajaran 2015/2016. 3. Model pembelajaran yang akan diteliti adalah model pembelajaran Discovery Learning. 4. Dari sekian banyak pokok bahasan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) peneliti hanya akan mengkaji dan menelaah pembelajaran dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan. D. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasimasalah, dan batasan masalah tersebut di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah pengunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV

11 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan? 2. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana cara menyusun RPP pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan menggunakan model Discovery Learning untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Ciparay 6? b. Bagaimana implementasi dari model Discovery Learning pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Ciparay 6? c. Bagaimana respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan? d. Apakah evaluasi hasil pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan meningkat dengan menggunakan model Discovery Learning? e. Apakah hasil nilai rata-rata siswa kelas IV di SDN Ciparay 6 meningkat setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan model Discovery Learning?

12 E. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Ciparay 6 melalui model Discovery Learning pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai, sebagai berikut : 1. Untuk menyusun RPP pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan. 2. Untuk mengetahui implementasi dari model Discovery Learning pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan. 3. Untuk melihat respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan. 4. Untuk melihat evaluasi hasil pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam materi Sistem Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan.

13 5. Untuk melihat hasil nilai rata-rata siswa kelas IV di SDN Ciparay 6 meningkat setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya pengetahuan akan model-model pembelajaran kurikulum 2013 khususnya dalam meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV SD. 2. Manfaat Praktis Selain manfaat teoritis terdapat manfaat secara praktis seperti berikut: 1. Manfaat bagi siswa a. Siswa dapat mengembangkan kerjasama dalam belajar. b. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar dengan menyenangkan. 2. Manfaat bagi guru. a. Guru dapat mencoba model pembelajaran Discovery Learning. b. Guru dapat menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran. 3. Manfaat bagi sekolah

14 Pihak sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan masukan dari setiap peneliti. 4. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.