BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. benda lain, sering dilakukan oleh muda-mudi dalam perkembangan fisik dan

BAB I. saja kesukaran pada individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang. tuanya. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB III KERANGKA KONSEP. dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. mental, nilai-nilai religiunitas dan sebagainya. Pada saat ini seks bebas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

Transkripsi:

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku watak moral dan pendidikan anak (Kartono, 2011). Menurut David (1992) dalam Shochib tahun 2010 suatu keluarga ditandai dengan adanya orang tua, baik ayah maupun ibu. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berprilaku positif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertipkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam prilaku seksual anaknya. Sehingga orang tua dituntut untuk bisa menjelaskan prilaku seksual anaknya, jika anak anak mengajukan pertanyaan tentang masalah seks, pertanyaan itu harus dijawab dengan sebenarnya dan diberi informasi tulisan yang benar, termasuk dengan gambar, artinya orang tua perlu memberikan pengertian kepada anak sebagai

12 landasan dan harus selalu menekankan bahwa berprilaku seks mengandung tanggung jawab kepada orang lain (Soelaeman, 2010). Salah satu yang yang mungkin bisa mengontrol perilaku remaja adalah monitoring orang tua. Jadi orang tua memiliki peran penting, karena pertama kali remaja tumbuh di keluarganya sendiri. Dalam pengembangan prilaku moral anak di bantu oleh orang tua. Artinya orang tua harus mempunyai waktu yang ekstra untuk memperhatikan anak remajanya terutama dalam prilaku seksual (Dianawati, 2003). Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan bagi remaja itu sendiri, termasuk keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian di 33 provinsi pada tahun 2008 menunjukan bahwa 63% remaja SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seks. Angka ini naik di bandingkan dengan tahun tahun sebelumnya yaitu penelitian tahun 2005 2006 di kota kota besar mulai dari Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makasar ditemukan 47% hingga 54% telah melakukan hubungan seks (Boyke, 2009). Penelitian yang dilakukan di PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sumatera Utara, Medan 2004-2006 dikutip dari laporan CMR (Centra Nitral Remaja) tahun 2007, bahwa jumlah remaja yang konseling 126 dengan umur 16 24 ada 60 orang sudah melakukan hubungan seksual. Penelitian di Medan 27 % laki lak dan 9% perempuan sudah pernah berhubungan seksual (BKKBN. 2006). Menurut WHO (World Health Organitation) tahun 2005 bahwa 52% remaja sudah melakukan hubungan seksual.

13 Survey pendahuluan peneliti dilakukan pada bulan Oktober 2011 terhadap 10 orang remaja yang memiliki pengalaman perilaku-perilaku seksual diwilayah kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan, peneliti mencari data dan menemukan fenomena mengenai perilaku-perilaku seksual remaja yang menyimpang dan kaitannya dengan pola asuh yang salah. Delapan orang remaja sudah pernah berciuman pipi, bibir dan melakukan tindakan tindakan yang berlebihan yang melanggar nilai moral, dan ada juga lima remaja mengaku sudah pernah melakukan hubungan samapai tahap hubungan seksual pranikah, sedangkan dua orang mengaku tidak pernah melakukan perilaku-perilaku seksual. Lima remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka sehingga membuat remaja itu sendiri dihadapkan pada pola asuh yang berbeda beda. Pengasuhan Pola asuh men jadi dasar pembentukan prilaku remaja, seperti pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif yang sangat berperan dalam meletakan dasar dasar perilaku dan membuat remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai moral, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan, ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa perilaku yang menyimpang yang terjadi pada remaja salah satunya disebabkan karena kondisi pengasuhan dari keluarga khususnya orang tua dalam pengasuhan. Kesalahan pengasuhan ini dapat berupa pola asuh yang tidak tepat sehingga berdampak

14 terhadap perilaku seksual remaja. Variabel perilaku seksual meliputi kurangnya pemahaman yang di sebabkan berbagai macam Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang tua dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hal hal tersebut maka yang menjadi perumusan masalah adalah Bagaimana Hubungan Pola Asuh Terhadap Prilaku Seksual Remaja di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Hasil Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual pada remaja. 1.3.2 Tujuan khusus a) Untuk mengetahui pola asuh orangtua di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. b) Untuk mengetahui perilaku seksual remaja di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. c) Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual pada remaja di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan.

15 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Memberikan informasi mengenai pola asu orantua di kelurahan mangga serta informasi perilaku dan perkembangan remaja di kelurahan tersebut. Dan melatih berfikir logis dan sistematis serta mampu melakukan penelitian dengan metode yang baik dan benar. 2. Bagi Penelitian Keperawatan Mengembangkan penelitian dan melanjutkan penelitian terkait sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk penelitian selanjutnya terkait dengan pola asuh orangtua dan perilaku remaja 3. Bagi Praktik Keperawatan Hasil penelitian ini menyediakan informasi tambahan untuk persiapan materi penyuluhan yang berguna mengenai Hubungan Antara Pola Asuh Orang tua dengan Perilaku Seksual Pada Remaja untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi perawat khususnya praktik keperawatan dalam menjalankan perannya sebagai pendidik serta membuka wawasan di bidang praktik keperawatan komunitas.