persaingan tidak lagi lokal namun sudah menglobal.

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL DESEMBER 2010

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL AGUSTUS 2007

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT PENGHUNIAN HOTEL BINTANG DI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan baik pihak internal maupun eksternal.

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

ANALISIS SISTEM DU-PONT UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA CV. ASTAMEDIKA TEGAL

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti,

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. sampai sekarang belum bisa terselesaikan. Hal ini membuat banyak perusahaan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN APRIL 2013

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2014

PARIWISATA DKI JAKARTA

PARIWISATA DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi dunia usaha semakin berkembang pesat dengan banyaknya

PARIWISATA DKI JAKARTA

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

PERKEMBANGAN PARIWISATA KALIMANTAN BARAT MARET 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang sedang terjadi. dalam menanam modalnya di Indonesia.

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN JUNI 2009 MENCAPAI KUNJUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

Sumber: [11 Februari, 2010]

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU APRIL 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003


PARIWISATA DKI JAKARTA JUMLAH WISMAN YANG MENGUNJUNGI DKI JAKARTA BULAN MARET 2009 MENCAPAI KUNJUNGAN

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perkembangan bisnis hotel di Indonesia semakin berkembang.

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2014

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2015

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET kepri.bps.go.id

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan diseluruh dunia saling berlomba-lomba untuk

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA KALIMANTAN BARAT JULI 2011

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR 48,21 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2015

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan ekonomi Indonesia dewasa ini menunjukan semakin terintegrasi dengan perekonomian dunia. Hal ini merupakan konsekuensi dari dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya selalu berhubungan dan tidak lepas dari fenomena hubungan internasional. Adanya keterbukaan perekonomian ini memiliki dampak pada perkembangan neraca pembayaran suatu Negara yang meliputi arus perdagangan dan lalu lintas modal terhadap luar negeri suatu Negara. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat, dengan banyaknya perusahaan perusahaan baru yang saling bermunculan, sehingga mendorong perusahaan untuk lebih efisien dan lebih selektif dalam beroperasi sehingga tujuan sumber dari mana perusahaan dalam mencapai laba yang tinggi dalam jangka panjang bisa terwujud. Namun disisi lain keadaan perekonomian Negara Indonesia saat ini dalam keadaan yang kurang menguntungkan, yaitu terjadinya krisis moneter yang berkepanjangan yang sampai sekarang belum bisa terselesaikan. Hal ini membuat banyak perusahaan yang gulung tikar akibat keadaan tersebut. Karena pada saat ini perhatian pemerintah lebih terpusat dalam mengatasi krisis, padahal kalau dilihat perdagangan bebas sudah didepan pintu. Dalam perdagangan bebas persaingan tidak lagi lokal namun sudah menglobal. 1

2 Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tabel 1.1 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013 Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2013 Atas Dasar Laju Sumber Lapangan Usaha Harga Konstan 2000 Pertumbuhan Pertumbuhan (triliun Rupiah) (persen) (persen) 2011 2012 2013 2012 2013 2012 2013 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 315.0 328.3 339.9 3.97 3.54 0.51 0.45 2 Pertambangan dan Penggalian 190.1 193.1 195.7 1.49 1.34 0.11 0.10 3 Industri Pengolahan 633.8 670.2 707.5 5.73 5.56 1.47 1.42 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 18.9 20.1 21.2 6.40 5.58 0.05 0.04 5 Konstruksi 159.1 170.9 182.1 7.50 6.57 0.49 0.43 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 437.5 473.1 501.2 8.11 5.93 1.44 1.07 7 Pengangkutan dan komunikasi 241.3 265.4 292.4 9.98 10.19 0.98 1.03 8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 236.2 253.0 272.1 7.15 7.56 0.69 0.73 9 Jasa-Jasa 232.7 244.8 258.2 5.24 5.46 0.49 0.51 Produk Domestik Bruto (PDB) 2464.6 2618.9 2770.3 6.23 5.78 6.23 5.78 Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2014 Dilihat dari table diatas, diperoleh data bahwa Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012 mencapai Rp2.618,1 triliun, naik Rp153,4 triliun dibandingkan tahun 2011 (Rp2.464,7 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2012 naik sebesar Rp819,1 triliun, yaitu dari Rp7.422,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp8.241,9 triliun pada tahun 2012. Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Sedangkan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai Rp2.770,3 triliun, naik Rp151,4 triliun dibandingkan tahun 2012 (Rp2.618,9 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2013 naik sebesar Rp854,6 triliun,

3 yaitu dari Rp8.229,4 triliun pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp9.084,0 triliun pada tahun 2013. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Banyak pihak yang mengatakan, kunjungan wisatawan menurun disebabkan oleh situasi krisis politik yang dialami oleh suatu Negara. Namun, ternyata bukan itu satu-satunya faktor penurunan tersebut. Dengan semakin pesatnya persaingan antar perusahaan maka semakin besar tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan untuk mengembangkan perusahaannya. Pembangunan sektor pariwisata adalah bagian dari upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan. Adanya dorongan dari pemerintah untuk mengembangkan industri pariwisata seiring dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhan jasa perhotelan meningkat dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya didirikan hotel-hotel baru. Industri pariwisata berkembang pesat pada tahun 1990-an dengan dicanangkannya tahun 1991 sebagai tahun kunjungan Indonesia (Visit Indonesia Year 1991). Perkembangan industri pariwisata ini tidak terlepas dari apek-aspek yang mendukungnya. Salah satunya adalah usaha perhotelan.

4 Menurut data yang diperoleh dari Badan pusat Statitik (BPS), Pintu masuk Tabel 1.2 Perkembangan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk Jan-Des 2012 (kunjungan) Jan-Des 2013 (kunjungan) Perubahan Jan-Des 2012 thd 2011 (%) Perubahan Jan-Des 2013 thd 2012 (%) 1 Soekarno-Hatta 2.053.850 2.240.502 6.25 9.09 2 Ngurah Rai 2.902.125 3.241.889 4.07 11.71 3 Kualanamu/Polonia 205.845 225.550 6.85 9.57 4 Batam 1.219.608 1.336.430 5.00 9.58 5 Sam Ratulangi 19.111 19.917-4.80 4.22 6 Juanda 197.776 225.041 6.44 13.79 7 Entikong 25.897 24.856 2.55-4.02 8 Adi Sumarmo 21.612 17.738-9.31-17.93 9 Minangkabau 32.768 44.135 7.14 34.69 10 Tanjung Priok 66.168 65.227 1.53-1.42 11 Tanjung Pinang 103.785 99.593-2.26-4.04 12 BIL 17.032 40.380-5.05 137.08 13 Makassar 13.881 17.730-2.90 27.73 14 Sepinggan 16.828 16.904 7.82 0.45 15 Sultan Syarif Kasim II 21.387 25.946-2.71 21.32 16 Adi Sucipto 58.926 86.020 22.35 45.98 17 Husein Sastranegara 146.736 176.318 27.28 20.16 18 Tanjung Uban 336.547 318.154-0.24-5.47 19 Tanjung Balai Karimun 107.499 104.889 2.97-2.43 20 Lainnya 477.081 474.910 7.97-0.46 Total Pintu Masuk 8.0440.462 8.802.129 5.16 9.42 Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2014 Secara kumulatif, selama Januari-Desember 2012, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia mencapai 8.044.462 orang, yang berarti meningkat 5.16 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2011. Sedangkan untuk tahun selanjutnya, secara kumulatif, selama Januari Desember 2013, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 8.802.129

5 kunjungan, yang berarti meningkat 9,42 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2012 Pada saat ini perkembangan bisnis hotel di Indonesia semakin berkembang. Hampir di semua kota dibangun hotel-hotel. Dari mulai hotel berbintang satu sampai hotel berbintang lima. Hotel dapat berkembang dimana saja, baik di kota besar maupun kota kecil. Pada saat ini hotel sudah berkembang menjadi sebuah bidang bisnis yang menjanjikan, dimana semua masyarakat modern yang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan atau hiburan sangat membutuhkan jasa penginapan atau hotel. Dalam industri perhotelan merupakan penyediaan sarana akomodasi, makanan dan minuman serta penyedia sarana kepuasan pada wisatawan dalam melakukan aktivitasnya. Hotel merupakan suatu bentuk bangunan, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya di mana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel pada prinsipnya adalah salah satu bentuk perdagangan jasa. Sebagai industri jasa setiap pengusaha hotel akan berusaha memberikan pelayanan yang maksimal bagi para tamunya. Dengan kata lain kekuatan usaha ini adalah bagaimana para pelaku usaha menawarkan jasa yang terbaik kepada para tamunya. Setiap hotel akan berusaha memberikan nilai tambah yang berbeda terhadap produk dan jasa seta pelayanan yang diberikan kepada tamunya.

6 Hotel sebagai salah satu sarana akomodasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam perkembangan industri pariwisata, karena berfungsi sebagai tempat menginap para wisatawan yang datang selama mereka melakukan perjalanan wisata. Perkembangan industri perhotelan yang pesat telah mengakibatkan timbulnya persaingan yang ketat. Apalagi mengingat telah berlakunya perdagangan bebas di tahun 2003, maka akan banyak hotel-hotel mewah dibawah manajemen asing memasuki industri perhotelan di Indonesia dalam menarik tamu untuk menginap, maupun untuk memanfaatkan fasilitas lainnya yang tersedia di hotel. Ditengah kompetisi yang cukup tajam, setiap perusahaan termasuk perhotelan yang ingin memperoleh persepsi positif ataupun citra yang baik di mata masyarakat maka perusahaan itu harus bisa meyakinkan konsumen bahwa perusahaannya memang lebih unggul dibandingkan dengan yang lain. Agar perusahaan bisa mempertahankan dan melindungi citra tersebut maka perusahaan harus lebih bisa memberikan dan memperhatikan segala keinginan konsumen, hal ini bisa mempengaruhi konsumen lama agar tetap setia menjadi pelanggan perusahaan tersebut. Saat ini industri perhotelan di Indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan dunia usaha yang ditandai dengan terus bertambahnya jumlah hotel yang ada. Dengan perkembangan tersebut persaingan antar hotel akan semakin meningkat. Oleh sebab itu hotel harus didukung oleh berbagai aspek agar dapat bersaing dengan hotel lain, bukan hanya pelayanan yang baik tetapi perlu adanya

7 desain hotel yang tanggap terhadap kebutuhan dan kenyamanan yang erat hubungannya dengan perilaku penghuni hotel. Kebutuhan hotel dengan harga yang relatif murah di tempat stategis tentunya sangat diminati para pedagang, ataupun orang- orang yang sedang membutuhkan tempat peristirahatan sementara. Oleh karena itu, hotel menjadi salah satu pendorong utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sehingga bisnis hotel memiliki prospek yang sangat menjanjikan meskipun dalam pengelolaannya membutuhkan modal usaha yang besar dan tenaga kerja yang banyak. Akan tetapi tidak sedikit dari para pengusaha-pengusaha yang ada di Indonesia tergiur dan mulai menanamkan modalnya dibidang perhotelan demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya disamping memberikan kenyamanan bagi tamu hotel.

8 Menurut data yang diperoleh dari Badan pusat Statistik (BPS), Provinsi Tabel 1.3 TPK Hotel Berbintang di 20 Provinsi Di Indonesia Desember 2012 TPK Desember 2013 Perubahan Des 2012 thd Des 2011 (poin) Perubahan Des 2013 thd Des 2012 (poin) 1 Aceh 46.81 49.56-2.75 2 Sumatera Utara 47.23 47.84 3.07 0.61 3 Sumatera Barat 61.11 60.87 4.83-0.24 4 Riau 43.53 48.66-7.07 5.13 5 Jambi 45.33 47.93-1.06 2.60 6 Sumatera Selatan 49.10 47.00 - -2.10 7 Lampung 56.02 76.20-6.82 20.18 8 Kepulauan Bangka Belitung 52.57 42.05 1.81-10.52 9 Kepulauan Riau 55.81 53.45 5.20-2.36 10 DKI Jakarta 58.61 59.82 2.39 1.21 11 Jawa Barat 57.56 51.14 1.41-6.42 12 Jawa Tengah 52.41 52.76 1.41 0.35 13 DI Yogyakarta 65.62 63.07 3.06-2.55 14 Jawa Timur 45.72 49.36-8.50 3.64 15 Bali 63.20 62.53 1.61-0.67 16 Nusa Tenggara Barat 52.61 58.09-5.34 5.48 17 Kalimantan Barat 56.61 63.42-4.23 6.81 18 Kalimantan Selatan 49.78 53.78-3.86 4.00 19 Kalimantan Timur 54.80 63.18-2.60 8.38 20 Sulawesi Utara 50.06 60.93 2.64 10.87 21 Sulawesi Tengah 61.65 71.79-6.38 10.14 22 Sulawesi Selatan 48.48 48.97-0.59 0.49 23 Sulawesi Tenggara 55.81 48.50 - -7.31 55.85 56.10 0.28 0.06 Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2014 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang di 20 provinsi di Indonesia mencapai rata-rata 56,05 persen pada Desember 2012 atau naik 0,48 poin dibandingkan TPK Desember 2011 yang sebesar 55,57 persen. Apabila dibanding dengan TPK November 2012 yang tercatat 55,28 persen, TPK Desember 2012 naik sebesar 0,77 poin. Sedangkan untuk tahun selajutnya Tingkat Penghunian

9 Kamar (TPK) Hotel Berbintang pada Desember 2013 di 23 provinsi di Indonesia mencapai rata-rata 55,91 persen atau naik 0,06 poin dibandingkan TPK Desember 2012 yang sebesar 55,85 persen. Sementara itu, jika dibanding dengan TPK November 2013 yang tercatat 56,10 persen, TPK Desember 2013 mengalami penurunan sebesar 0,19 poin. Para pelaku bisnis ini diharapkan memperlakukan tamu hotel seperti raja dan memperlakukan tamu hotel sebagai partner dalam usaha karena jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada banyaknya tamu hotel yang menggunakan fasilitas hotel tersebut. Demi memenuhi kebutuhan para tamu hotel maka di Indonesia banyak dibangun hotel-hotel dengan beberapa jenis hotel yang lokasinya disesuaikan dengan kebutuhan tamu hotel diantaranya city hotel yang berlokasi di perkotaan dan biasanya diperuntukkan bagi tamu hotel yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek), residential hotel yang berlokasi di daerah pinggiran kota besar yang jauh dari keramaian kota tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha, resort hotel yang berlokasi di daerah pegunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), dan motel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungkan satu kota dengan kota besar lainnya. Kondisi perusahaan yang selalu dipantau, dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan sendiri yang pada umumnya terdiri dari laporan neraca dan laporan/rugi. Laporan neraca dan laba/rugi ini bersifat saling berkaitan dan melengkapi. Neraca menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan

10 pada periode tertentu, sedangkan laporan laba/rugi menunjukkan hasil usaha dan biaya biaya selama periode akutansi. Laporan keuangan tersebut akan lebih informatif dan bermanfaat, maka pihak pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan harus melakukan analisa terlebih dahulu. Melalui analisis laporan keuangan dapat diketahui keberhasilan tercapainya prestasi yang ditunjukkan oleh sehat tidaknya laporan keuangan tersebut, yang merupakan dasar penilaian prestasi/hasil kerja seluruh departemen atau bagian yang ada di perusahaan. Salah satu dasar yang dijadikan pertimbangan sebagai acuan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Menurut Drs.Lukman Syamsudin (2007:37) Analisis laporan keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan masa depan. Alat ukur yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan adalah analissi rasio, analisis nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA), analisis nilai tambah ekonomis (Economic Value Added/EVA) dan Balanced Score card/bsc, analisis Capital Asset, Management, Equity, and Liquidity (CAMEL) dan Du Pont System (Warsono, 2003:2004). Dalam penelitian ini yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan tersebut adalah Du Pont System. Analissi Du Pont System ini bersifat menyeluruh karena mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya dan dapat mengukur tingkat keuntungan atas penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

11 Tujuan analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas perusahaan dalam memutar modalnya, sehingga analisis ini mencakup berbagai rasio. Du Pont System didalamnya. Du Pont System ini lebih tepat jika diterapkan pada perusahaan cabang/divisi/departemen/pusat investasi. Melalui analisis ini perusahaan dapat menilai kinerja keuangan divisi/departemen/pusat investasinya dengan melihat efektivitas penggunaan aktiva dalam memperoleh laba bersih, sehingga pada ahirnya perusahaan pusat dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat atas divisi/pusat investasinya. Guna melihat dan menilai tingkat efektivitas operasional suatu perusahaan, tidak hanya menggunakan kepekaan dan ketajaman para manager secara kualitatif saja, tetapi harus menggunakan metode secara kuantitatif. Du Pont System merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai efektivitas operasional perushaan tersebut, karena dalam analisis ini mencakup unsur penjualan, aktiva yang digunakan serta laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Atas dasar inilah penulis mengambil judul : Analisa Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Du Pont (Studi Pada PT. Suluh Dwipantara Periode 2012-2013). PT. Suluh Dwipantara QQ Apartemen Batavia Jakarta, anak grup dari PT. Brasali Realty yang berlokasi di Jl. KH Mas Mansyur Kav. 126 Jakrta Pusat adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan apartemen yang menyewakan ruangan atau kamar sebagai tempat istirahat pelanggannya. Perusahaan ini memberikan pelayanan persewaaan apartemen baik harian maupun bulanan, dan baik untuk indivisual maupun

12 keluarga. Dengan memberi bermacam-macam tipe kamar atau ruangan sesuai dengan kapasitas orang yang akan menghuninya. PT. Suluh Dwipantara juga ikut terkena dampak dari perkembangan ekonomi. Tabel 1.4 Perkembangan PT Suluh Dwipantara Menurut Occupancy Kamar Tahun Occupancy Kamar Pendapatan Kamar 2011 72,56% Rp2.073.128.692 2012 65,34% Rp2.132.467.926 2013 76,16% Rp2.871.152.106 Sumber: Laporan Keuangan PT. Suluh Dwipantara tahun 2014 Pada awal tahun 2012 tercatat occupancy kamar sebesar 72,56% atau sebesar Rp.2.073.128.692,-.. Pada awal tahun 2013 terjadi krisis eropa yang berdampak pada turunnya jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. tercatat occupancy sebesar 65,34% atau turun sebesar 19,42% akan tetapi revenue yang didapat menaik sebesar Rp.2.132.467.926,- atau naik sebesar Rp.59.339.234,- dikarenakan kurs rupiah yang diberlakukan Bank Indonesia turun sehingga pada saat harga kamar menggunakan Dollar sangat menguntungkan untuk revenue hotel. Pada awal tahun 2014 terjadi kenaikan occupancy menjadi 76,16% atau naik sebesar 10,82% dan sebesar Rp.2.871.152.106,- atau naik sebesar Rp.738.684.180,-.. Melalui penerapan Du Pont System, perusahaan tersebut dapat dinilai kinerja keuangan perusahaannya dalam dua tahun.

13 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan Bagaimana Kinerja Keuangan PT Suluh Dwipantara jika diukur dengan Du Pont System? 1.3 Tujuan Penelitian Dan Kontribusi Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan masalah maka dapat diketahui tujuan penelitian, yaitu: Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada PT. Suluh Dwipantara pada tahun 2012-2013 dengan menggunakan analisis Du Pont. 1.3.2 Kontribusi Penelitian 1. Bagi Perusahaan Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan atau sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijaksanaannya guna kemajuan perusahaan. 2. Bagi Investor Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

14 Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk penyusunan penelitian yang selanjutnya pada waktu yang akan datang khususnya yang membahas topik yang sama.