PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

Kata kunci: Plyometric exercise, single leg speed hop, double leg speed hop, daya ledak otot.

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

BAB I PENDAHULUAN. pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga dapat dilakukan

e journal jurnal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume II Tahun 2014)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

Volume 1, No. 2 : 19 26, Nopember 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

Bayu Puspayuda*,Made Darmada**, Putu Citra Permana Dewi***

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. sudah berkembang luas. Masing-masing individu dituntut untuk bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

Journal of Sport Sciences and Fitness

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan baik dari segi fisik, teknik, taktik dan mental. Cabang olahraga

TESIS. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Dr.Atrub, M.Pd.,MM. SYKLES WANTINA HAQQI NIM : UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 4 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Pelatihan Plyometric incline bound, knee tuck jump, Kekuatan Tungkai dan Ketepatan Tembakan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND DAN SKIPPING TERHADAP KELINCAHAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

Program Studi Fisioterapi, Bagian Ilmu FAAL 3 dan Bagian Ilmu Histologi 4 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Tisna Prasetya*, Made Darmada**, Citra Permana Dewi***

BAB I PENDAHULUAN. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

Oleh: I Gede Agus Wirajaya Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Jurnal Kejaora, Volume 1 Nomor 2 November 2016, ISSN

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PELATIHAN LONCAT DI PASIR DENGAN RINTANGAN BOX JUMP LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN SMASH BELAKANG DARIPADA PELATIHAN SKIPPING

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015

1. DR. NASUKA M.Kes 2. TB WIDYO ALPIES NS PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA, S1 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP DAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN SEPAK BOLA CLUB SALATIGA

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK DOUBLE LEG BOUND TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

THE EFFECT OF SKIPPING ROPE EXERCISE ON THE LEG MUSCLE POWER IN MEN S BASKETBALL PLAYERS EXTRACULICULAR SMA HANDAYANI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik merupakan faktor resiko tertinggi ke-empat terhadap mortalitas

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KECEPATAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK SINGLE LEG HOP DAN DOUBLE LEG HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN WAKTU TEMPUH PELARI 110 METER GAWANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sendiri adalah pemainan beregu, yang masing-masing regu terdiri dari sebelas

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

PELATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP

PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu olahraga populer di dunia. Olahraga ini

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC SPLIT SQUAT JUMP DAN DEPTH JUMP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN BOLAVOLI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kelompok prestasi, hobi, ataupun rekreasi. 1 Berdasarkan World Health

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas olahraga. Ada beberapa tujuan olahraga yang dibagi sesuai kebutuhannya,

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi Olahraga, Filsafat Olahraga serta banyak lagi ilmu yang lainnya.

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGANDONG SAMBUK TERHADAP KEMAMPUAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER V KELAS A TAHUN 2015

PENGARUH LATIHAN KNEE-TUCK JUMP

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC SINGLE LEG BOUND

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIG-ZAG RUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh,

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

Ayu Artini, 1.2Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 1. Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Yan Indra Siregar. Abstrak

PERBEDAAN PENGARUH LADDER DRILL DAN JUMP TO BOX TERHADAP KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL POST CEDERA HAMSTRING

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

Oleh YOPI ANGGA SETIA Dibawah bimbingan : H. Abdul Narlan, M.Pd. dan H. Gumilar Mulya, M.Pd.

PENGARUH PELATIHAN MEDICINE BALL SIT-UP THROW TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT PUNGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

PENGARUH PELATIHAN INCRIMENTAL VERTICAL HOP TERHADAP KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI. I Pt Adi Susanta, I Ketut Sudiana, I Nyoman Sudarmada

PENGARUH DYNAMIC STRETCHING DAN DEPTH JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER PEMAIN VOLI NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP VERTICAL JUMP ATLET BOLA VOLI DI UKM BOLA VOLI PUTERA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI PELATIHAN PLYOMETRIK DAPAT MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TERHADAP LONCATAN VERTIKAL PADA TIM BASKET POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2.11 Kekuatan Kekuatan Otot Tungkai Kecepatan Pelatihan Pliometrik... 39

BAB I PENDAHULUAN. kelompok. 1 kelompok terdiri dari 6 orang. voli merupakan kegiatan fisik

BAB III METODE PENELITIAN

Sport and Fitness Journal ISSN: X Volume 6, No.2, Mei 2018: 72-82

Transkripsi:

PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS I MADE HENDRA MEIRIANATA I MADE NIKO WINAYA I WAYAN SUGIRITAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

DAFTAR ISI PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN...3 HASIL PENELITIAN...4 PEMBAHASAN...7 SIMPULAN DAN SARAN...10 DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasil akhirnya meningkatkan kesegaran jasmani dan berpengaruh pula pada peningkatan prestasi pada cabang olahraga yang diikuti. 1 Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan tujuan tugas-tugas gerak dan prosedur pelaksanaannya. Terdapat beberapa tujuan dari kegiatan olahraga menurut kebutuhannya diantaranya: rekreasi, pendidikan, kesehatan, kesegaran jasmani dan prestasi. Melihat tujuan dari melakukan kegiatan olahraga, pada masa sekarang ini banyak cabang olahraga yang menjadi kegemaran masyarakat, salah satunya adalah olahraga sepak bola. 2 Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Fédération Internationale de Football Association (FIFA) pada tahun 2001 menyatakan bahwa sepak bola adalah olahraga paling populer dimainkan saat ini. Survei ini menunjukkan bahwa lebih dari 240 juta orang memainkan olahraga sepak bola di lebih dari 200 negara di hampir setiap bagian dari dunia. 3 Pengaruh sepak bola begitu kuat dan populer, bahkan olahraga ini kini berkembang pesat dengan banyaknya kemunculan tim-tim sepak bola di berbagai sekolah di Indonesia. Bahkan di Bali, khususnya di sekolah menengah atas, hampir setiap sekolah memiliki tim sepak bola. SMA N 1 Manggis salah satu dari banyaknya sekolah di Bali yang mempunyai tim sepak bola. Tim ini rutin mengikuti kejuaraan antar sekolah menengah atas tingkat kabupaten. Sepak bola adalah bentuk kegiatan fisik yang memberikan manfaat pada kebugaran tubuh dan mental serta sosial, bahkan lebih dari itu, dalam skala yang lebih luas, yakni prestasi. Permainan ini masuk dalam aktivitas olahraga karena bentuk aktivitas fisik yang terstruktur terencana dan berkesinambungan dengan tujuan untuk kebugaran tubuh yang lebih baik. 4 Beberapa unsur kebugaran tubuh yang termasuk dalam permainan dan olahraga sepak bola antara lain: kecepatan (speed), kekuatan (strength), daya tahan otot kardiovaskuler (endurance), daya ledak (explosive strength), keseimbangan (balance), kelenturan (flexibility), kelincahan (agility) dan koordinasi (coordination). Semua komponen tersebut diperlukan oleh pemain saat permainan berlangsung untuk mencapai performa yang maksimal. Beberapa bentuk aktivitas yang terjadi di lapangan akan terlihat jelas kebutuhan komponen-komponen di atas. 4

Salah satu komponen terpenting dalam olahraga, khususnya sepak bola adalah kecepatan. Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk melalukan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Komponen kecepatan gerak (speed movement) ini erat sekali kaitannya dengan komponen kekuatan, kelincahan, keseimbangan, koordinasi dan daya tahan. 2 Untuk meningkatkan kecepatan diperlukan latihan yang berkaitan dengan komponen-komponen tersebut. Latihan yang dapat meningkatkan komponen-komponen tersebut adalah dengan latihan pliometrik. Latihan pliometrik terdiri atas beberapa komponen latihan yang dapat merangsang kekuatan otot (power). Latihan pliometrik lebih banyak menekankan pada kekuatan otot (power) sehingga kapasitas kekuatan otot yang besar dapat meningkatkan kemampuan kecepatan gerak dan kekuatan pada atlet. 5 Latihan pliometrik adalah salah satu latihan yang favorit dilakukan oleh pelatih saat ini, terutama kepada cabang olahraga sepak bola yang membutuhkan kekuatan otot (power). Konsep latihan pliometrik menggunakan regangan awal pada otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang sama. 6 Latihan pliometrik merupakan bentuk latihan dengan tujuan agar otot mampu mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Fungsi latihan pliometrik dapat dikemukakan sebagai berikut: bahwa meningkatkan kemampuan kekuatan merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan untuk sebagian pencapaian prestasi olahraga. 7 Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakangerakan eksplosif. 8 Latihan pliometrik sendiri terdiri dari beberapa tipe, antara lain: bounding, hopping, jumping, leaping, skipping dan richochet. 9 Masing-masing mempunyai karakter dan teknik yang berbeda. Adapun jenis latihan pliometrik yang akan diterapkan oleh peneliti adalah tipe hopping. Dimana dalam pelaksanaanya peneliti akan menerapkan latihan depth jump dan jump to box. Prinsip latihan depth jump dan jump to box adalah prinsip beban yang progresif. Bertambahnya kekuatan (power) akan meningkatkan kecepatan berlari. Peningkatan kekuatan untuk kelompok otot tertentu terjadi dengan adaptasi kekuatan otot tersebut sehingga menciptakan efek latihan tertentu. Selain itu, latihan ini tidak hanya tercapai dengan beban kerja lebih pada tingkat resistif dan temporal saja, melainkan pada tingkat ruang atau tempat. Beban resistif, temporal dan spa-tial adalah pertimbangan-pertimbangan yang penting, begitu pula frekuensi, intensitas dan durasi latihan serta kekhususan latihan. 10

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-postest two group design. 11 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum latihan pliometrik depth jump dan latihan pliometrik jump to box tehadap peningkatan kecepatan lari pada pemain sepak bola. Alat ukur dari penelitian ini adalah stopwatch untuk mengukur kecepatan lari. Populasi dan Sampel Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pemain sepak bola. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pemain sepak bola di SMA N 1 Manggis usia 16-19 tahun. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan jumlah sampel 24 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Instrunmen Penelitian Alat yang digunakan adalah Box terbuat dari kayu dengan ketinggian 12 inci / 30 cm untuk melalakukan latihan depth jump dan jump to box, stopwacth untuk mengukur waktu tempuh lari, antropometer untuk mengukur tinggi badan, meteran untuk mengukur jarak tempuh pelatihan, timbangan berat badan untuk mengukur berat badan, bendera sebagai penanda, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian, buku dan alat tulis untuk mencatat hasil sebelum dan sesudah penerapan, komputer untuk menyimpan dan mengolah hasil penelitian Software komputer dipakai untuk menganalisis data dan dilakukan beberapa uji statistik yaitu: Uji Statistik Deskriptif, Saphiro-Wilk Test untuk Uji Normalitas, Levene s test untuk Uji Homogenitas, dan paired sample T-test dan Independent sample T-test untuk Uji hipotesis. HASIL PENELTIAN Karakteristik Sampel Uji analisis hasil penelitian dianalisis setelah peneliti memberikan deskriptif atau gambaran sampel mengenai karakteristik sampel yang dideskriptifkan dalam penelitian pada kelompok 1 dan kelompok 2. Karakteristik sampel penelitian terdiri dari umur dan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Tabel 1. Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur Karakteristik Sampel Rata-rata Standar Deviasi Kelompok I (n=12) Kelompok II (n=12) Umur 16,67 0,651 16,35 0,492 Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok 1 memiliki rerata umur (16,67 0,651) tahun dan pada kelompok 2 memiliki rerata umur (16,35 0,492) tahun. Tabel 2. Distribusi Data Sampel Berdasarkan IMT Karakteristik Sampel Rata-rata Standar Deviasi Kelompok I (n=12) Kelompok II (n=12) IMT 20,39 0,74 20,26 0,85 Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok 1 memiliki rerata IMT (20,39 0,74) dan pada kelompok 2 memiliki rerata IMT (20,26 0,85). Uji normalitas dan uji homogenitas data hasil test sebelum dan sesudah pelatihan. Uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk Test, sedangkan uji homogenitas menggunakan Lavene Test, yang hasilnya tertera pada tabel 3 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Peningkatan Kecepatan Lari Pada Pemain Sepak Bola Uji Normalitas (Shapiro Wilk Test) Uji Kelompok Data Kelompok 1 Kelompok 2 Homogenitas (Levene s Statistik P Statistik P Test) Sebelum 0,910 0,216 0,946 0,580 0,925

Sesudah 0,928 0,357 0,958 0,762 0,390 Berdasarkan hasil uji normalitas (Shapiro Wilk Test) dan uji homogenitas (Levene Test) data rerata kecepatan lari sebelum pelatihan, menunjukkan bahwa dari dua uji tersebut pada kedua kelompok perlakuan memiliki nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), yang berarti data rerata kecepatan lari sebelum pelatihan berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan data rerata kecepatan lari sesudah pelatihan juga menunjukkan bahwa dari uji normalitas memiliki nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) dan uji homogenitas diperoleh nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), yang berarti data rerata kecepatan lari berdistribusi normal dan homogen. Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini, didapatkan nilai sebagai berikut : Tabel 4 Hasil Uji T-Berpasangan (Paired Sample T-test) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Sebelum Setelah Selisih P Kelompok 1 17,18 16,19 0,99 0,000 Kelompok 16.99 15.20 1,79 0,000 2 Tabel 4 memperlihatkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda rerata t- berpasangan (Paired Sample T-test) didapatkan nilai kelompok 1, p = 0,000 (p < 0,005) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata kecepatan lari sebelum dan sesudah melakukan latihan pliometrik depth jump. Pada Kelompok 2 didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,005) yang juga berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata kecepatan lari sebelum dan sesudah melakukan latihan pliometrik jump to box. Hal ini menunjukkan bahwa baik perlakuan pada Kelompok 1 maupun Kelompok 2 memberikan peningkatan yang bermakna terhadap kecepatan lari. Dari hasil perbandingan data Kelompok 1 dan Kelompok 2 menggunakan instrumen penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel 5 Hasil Uji Independent Sample T-test Kelompok N Rerata±SB P Sebelum Sesudah Selisih Kelompok 1 12 17,17±0,577 Kelompok 2 12 16,99±0,599 Kelompok 1 12 16,18±0,639 Kelompok 2 12 15,20±0,562 Kelompok 1 12 0,99±0,320 Kelompok 2 12 1,79±0,309 0,476 0,001 0,000 Dari Tabel 5 dapat dilihat hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T-test untuk membandingkan beda rerata peningkatan kecepatan lari sebelum dan sesudah pelatihan antar kelompok diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna pada latihan pliometrik depth jump dengan latihan pliometrik jump to box terhadap peningkatan kecepatan lari pada pemain sepak bola. Tabel 6 Persentase Hasil Penurunan Waktu Tempuh Lari 100 Meter Pada Pemain Sepak Bola Kelompok Kelompok 1 Kelompok 2 Hasil Analisis Waktu Sebelum Waktu Setelah Selisih Penurunan Waktu Persentase Penurunan Waktu 17,17 16,18 0,99 5,76% 16,99 15,20 1,79 6,88% Berdasarkan Tabel 6 yang memperlihatkan persentase penurunan waktu tempuh lari 100 meter pada pemain sepak bola setelah dilakukan pelatihan. Pada Kelompok 1 terjadi penurunan waktu setelah diberikan pelatihan sebesar 5,76% sedangkan pada Kelompok 2 sebesar 6,88%. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi pada Kelompok 2 lebih banyak daripada Kelompok 1 yang berarti latihan jump to box lebih baik daripada latihan depth jump dalam peningkatan kecepatan lari pada pemain sepak bola.

PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok 1 memiliki rerata umur (16,67 0,651) tahun dan pada kelompok 2 memiliki rerata umur (16,35 0,492) tahun. Karakteristik tersebut menunjukkan jumlah rerata umur sampel relatif sama antara kelompok 1 dan kelompok 2. Umur 15-24 tahun merupakan puncak umur yang baik untuk meningkatkan performa kekuatan otot, dimana kekuatan otot merupakan komponen penting dalam peningkatan kecepatan berlari. 2 Berdasarkan karakteristik IMT (Indeks Massa Tubuh) diberoleh nilai kelompok 1 memiliki rerata IMT (20,39 0,74) dan pada kelompok 2 memiliki rerata IMT (20,26 0,85). Selisih nilai rerata IMT antara kelompok 1 dan kelompok 2 tidak terlalu jauh ( 0,13), serta masih memenuhi standar normal IMT untuk orang Asia yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) yakni 18.50-22,90. 12 Peningkatan Kecepatan Lari pada Latihan Pliometrik Depth Jump Uji statistik menggunakan uji beda rerata t-berpasangan (paired sample t-test) pada kelompok 1 dengan pelatihan pliometrik depth jump. Hasilnya p = 0.000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata kecepatan lari pemain sepak bola sebelum dan sesudah pelatihan. Latihan pliometrik depth jump mengembangkan kekuatan otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya otot-otot gluteals, hamstrings, quardriceps, dan gastrocnemius dengan kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga saat turun dari kotak lalu melecutkan tubuh keatas kemudian mendarat kembali ke tanah. Gerakan yang dilakukan dalam latihan pliometrik depth jump memiliki distribusi pembebanan yang merata pada tungkai bawah. Hal ini terjadi karena tidak ada perubahan ketinggian pada saat akhir lompatan, sehingga pembebanan tidak terlalu berat pada otot-otot tungkai bawah. Dalam latihan ini peranan otot penyeimbang lutut dan ankle tidak berperan terlalu besar dibandingkan pada latihan pliomerik jump to box. 13 Pengaruh latihan pliometrik depth jump merupakan metode yang paling efektif untuk mengembangkan kemampuan reaktif dari sistem neuromuskuler. Ketika melakukan gerakan

latihan pliometrik depth jump otot-otot tungkai bawah ditarik sehingga dapat mengembangkan kekuatan elastis. Hal tersebut bukan proses metabolisme melainkan murni gerakan fisik. Latihan pliometrik depth jump adalah salah satu bentuk latihan yang baik untuk membantu meningkatkan kekuatan reaktif atau eksentrik. Tujuan dari latihan pliometrik depth jump adalah untuk meningkatkan kekuatan reaktif seorang atlet, semakin cepat melakukan gerakan latihan pliometrik depth jump maka akan lebih efektif. 7 Gerakan dalam latihan pliometrik depth jump sangat bermanfaat untuk mengembangkan kekuatan otot-otot gluteals, hamstrings, quardriceps, dan gastrocnemius, melalui latihan pliometrik depth jump, maka kekuatan otot akan berkembang maksimal sehingga akan mendukung peningkatan kecepatan lari dalam kegiatan olahraga khususnya olahraga sepak bola. Peningkatan Kecepatan Lari pada Latihan Pliometrih Jump to Box Dari hasil penelitian kelompok 2 dengan menggunakan uji beda rerata t-berpasangan (paired sample t-test) didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata kecepatan lari sebelum dan sesudah pelatihan pliometrik jump to box. Dengan demikian hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pada kelompok 2 juga memberikan peningkatan yang bermakna terhadap kecepatan lari. Latihan pliometrik jump to box mengembangkan kekuatan otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya otot-otot gluteals, hamstrings, quardriceps dan gasrocnemius dengan penuh tenaga saat melompat keatas kotak yang memiliki ketinggian yang berbeda dengan awalan lompatan. Latihan ini membutuhkan beban lebih untuk otot pinggul, tungkai dan punggung bagian bawah, dan juga melibatkan otot-otot yang menyeimbangkan lutut dan ankle. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaannya menggunakan tempat yang lebih tinggi saat melakukan akhiran lompatan, sehingga diperlukan juga peran dari otot-otot penyeimbang lutut dan ankle untuk menjaga keseimbangan saat latihan agar tidak jatuh saat mendarat diatas kotak. 13 Latihan pliometrik jump to box secara fisologi terjadi reflek regang (stretch reflex) atau reflek miotatik merupakan respon terhadap tingkat peregangan otot yang diberikan dan merupakan salah satu reflek tercepat pada tubuh manusia, karena ada hubungan langsung antara receptor sensorik dalam otot (muscle spindle) dengan sumsum tulang belakang serta otot yang bersangkutan. Reflek yang lain berlangsung lebih lambat dibanding dengan reflek regang karena rangsang yang diterima harus disalurkan melalui beberapa saluran yang berbeda menuju susunan

saraf otak sebelum terjadi kontraksi. Proses gerakan dasar dalam pliometrik disebut peregangan cepat. Komponen penting dalam proses gerakan cepat untuk membangkitkan tenaga pengendalinya diketahui sebagai proprioreceptor. Bentuk proprioreceptor didalam otot ditemukan dalam muscle spindle yang mengirim informasi ke sistem saraf pusat tentang kontraksi otot, dan tendo golgi yang menerima perintah mengurangi beban otot atau berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan cidera karena melakukan peregangan sangat kuat. 7 Gerakan dalam latihan pliometrik jump to box sangat bermanfaat untuk mengembangkan kekuatan otot-otot gluteals, hamstrings, quardriceps dan gasrocnemius serta melibatkan otototot yang menyeimbangkan lutut dan ankle, melalui latihan pliometrik jump to box, maka kekuatan otot akan berkembang maksimal sehingga akan mendukung peningkatan kecepatan lari dalam kegiatan olahraga khususnya olahraga sepak bola. Perbandingan Peningkatan Kecepatan Lari Latihan Pliometrik Depth Jump dan Jump to Box Pada analisis perhitungan antara kelompok 1 dan kelompok 2 dengan uji beda Independent Sample T-test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan kecepatan lari kelompok 1 dan kelompok 2. Nilai rerata peningkatan kecepatan lari kelompok 1 setelah perlakuan adalah 16,18 detik, sedangkan nilai rerata pada kelompok 2 adalah 15,20 detik. Selisih diantara kedua nilai rerata tersebut adalah 0,98 detik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai kecepatan lari pada kelompok 1 (latihan pliometrik depth jump) dibandingkan dengan kelompok 2 (latihan pliometrik jump to box), dengan nilai perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa latihan pliometrik jump to box lebih baik dalam peningkatan kecepatan lari daripada latihan pliometrik depth jump. Penelitian di Semarang yang membandingkan pengaruh latihan double leg bound dan skipping jump terhadap peningktan kecepatan lari 100 meter. 14 Penelitian dilakukan secara random, 17 orang mendapat latihan double leg bound dan 17 orang mendapat latihan skipping jump. Setelah mendapatkan pelatihan selama 4 minggu, hasil statistik menunjukan ada perbedaan yang signifikan dalam hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter pada kedua kelompok. 14 Sesuai dengan analisis biomekanik, gerakan jump to box melibatkan lebih banyak grup otot pada tungkai bawah dibandingkan dengan gerakan depth jump. Gerakan jump to box

memberikan beban lebih untuk otot pinggul, tungkai dan punggung bagian bawah, dan juga melibatkan otot-otot yang menyeimbangkan lutut dan ankle. 13 Secara fisologi latihan pliometrik jump to box terjadi reflek regang (stretch reflex) atau reflek miotatik merupakan respon terhadap tingkat peregangan otot yang diberikan dan merupakan salah satu reflek tercepat pada tubuh manusia, karena ada hubungan langsung antara receptor sensorik dalam otot (muscle spindle) dengan sumsum tulang belakang serta otot yang bersangkutan. 7 Hasil analisis biomekanik dan analisis fisiologi ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, yakni adanya perbedaan nilai kecepatan lari yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2. Hasil penelitian menunjukkan latihan pliometrik jump to box lebih baik dalam meningkatkan kecepatan lari daripada latihan pliometrik depth jump. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisi hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan dapan disimpulkan bahwa : 1. Penerapan latihan pliometrik depth jump dapat meningkatkan kecepatan lari pada pemain sepak bola di SMA N 1 Manggis dengan nilai p=0,000 (p<0,005). 2. Penerapan latihan pliometrik jump to box dapat meningkatkan kecepatan lari pada pemain sepak bola di SMA N 1 Manggis secara dengan nilai p=0,000 (p<0,005). 3. Penerapan latihan pliometrik jump to box lebih baik daripada latihan pliometrik depth jump dalam meningkatkan kecepatan lari pada pemain sepak bola di SMA N 1 Manggis. Dengan nilai dengan nilai p=0,000 (p<0,05), perbedaannya terjadi secara signifikan. Saran 1. Untuk pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan pemilihan sampel dengan karakteristik yang berbeda, misalnya dari segi umur yang lebih bervariasi. 2. Untuk penelitian selanjutnya dianjurkan untuk melakukan penelitian dengan waktu yang lebih lama dari 4 minggu. Kerena dengan waktu yang lebih lama dari 4 minggu besar kemungkinan memberikan efek pelatihan yang lebih baik dengan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip pelatihan.

3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada sampel dengan jenis olahraga lain yang membutuhkan kecepatan lari, agar ilmu fisioterapi lebih berkembang dalam dunia olahraga. 4. Penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan ilmu fisioterapi olahraga yang lebih komprehensip. DAFTAR PUSTAKA

Halim, NI. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: Penerbit Universitas Negeri Makassar;2004 Nala, GN. Prinsip Fisik Olahraga. Denpasar: Udayana University Press;2011 Nonalisa, E. Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta. Diakses dari: http://ejournal.uajy.ac.id/3879/2/1ta10861.pdf Diunduh tanggal 24 Januari 2015;2013 Faruq, M. Meningkatkan Kebugaran Jasmani melalui Permainan dan Olahraga Sepak Bola. Jakarta: Grasindo;2008 Miller, et al. Plyometric Exercise for Best Performance. United Kingdom: Coaches Choice Books;2006 Lubis, J. Panduan Praktis Penyusunan Program Latihan. Jakarta: Rajawali Press;2003 Chu, D.A. Jumping Into Plyometrics. California: Liesure Press Champaign Illionis;1992 Arga, K. Pengaruh Plyometric Exercise Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Lower Extremity. [Skripsi]: UPN Veteran Jakarta;2008 Widhiyanti, Tri. Peplyometric Exercise Alternate Leg Bound dan Double Leg Bound Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2012/2013. [Tesis]: Universitas Udayana;2013 Gambetta. Exercise Training Programme for Fitness and Sport. Diakses dari: http:// www.thesstretchinganbook.com/newsletter.htm. Diunduh tanggal 25 Januari 2015;2006 Pocock. Clinical Trial, A Practical Approach. New York: A Willey Medical Publication;2007 Anuurad E, Shiwaku K, Nogi A, Katijima K. The New BMI Criteria for Asians by the Regional Office for the Western Pacific Region oh WHO are Suitable for Sceening of Overweight to Prevent Metabolic Syndrome in Elder Japanese Workers. Journal of Occupational Health;2003 Furqon, H. dan Doewes M. Pliometrik Untuk Meningkatkan Daya Ledak. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret;2002 Hasanah, M. Latihan Double Leg Jump dan Skipping Jump untuk Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter Siswa SMPN 18 Semarang. Diakses dari: http://www.2013kawandnews.com/2013/08/latihan-double-leg-jump-dan-skippingjump.html Diunduh tanggal 10 Juni 2015;2013