BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL PERSPEKTIF PPKn (Analisis Semiotik pada Film Alangkah Lucunya (negeri ini)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragam (plural). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER PERCAYA DIRI PADA FILM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA DAMAI DALAM FILM DI TIMUR MATAHARI (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

KEBIJAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Pendidikan Karakter Melalui Proses Pembiasaan Oleh: Deetje

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN HOLISTIK SISWA SYAFRIL & YULI IFANA SARI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nilai karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pendidikan adalah usaha alternatif yang bersifat preventif dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan. Pendidikan tidak hanya bisa didapatkan secara formal di bangku sekolah, tetapi juga bisa didapatkan melalui media lain, salah satunya yaitu media film. Film pada dasarnya bertujuan memberikan hiburan kepada masyarakat, penyajian cerita film akan lebih menarik dibandingkan dengan membaca buku. Fungsi film sebagai media informasi, yakni sebagai media penyampaian informasi kepada masyarakat. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang dapat disajikan dalam sebuah film, mulai dari alur cerita, karakter tokoh atau pemain, gaya bahasa, kostum, ilustrasi, musik, dan setting. Fungsi film yang cukup penting dalam sebuah film adalah sebagai media pendidikan. Adegan dan dialog pada film banyak manfaat dan pelajaran hidup yang berarti yang dan dapat diambil manfaatnya. Walaupun banyak film-film yang sarat muatan nilai pendidikan, tetapi juga ada film-film yang kurang mendidik bagi generasi muda. Film-film yang kurang mendidik diantaranya yaitu film-film yang bergenre horor dan seks. Idealnya film-film yang diproduksi harus selaras dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia seperti yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. 1

2 Nilai pendidikan yang dapat diperoleh dari sebuah film salah satunya adalah mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dalam berbagai jalur pendidikan. Jalur pendidikan yang dikenal selama ini terdiri atas tiga macam. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional dalam Samani dan Hariyanto (2012:19-20), pendidikan karakter harus meliputi dan berlangsung pada: 1. Pendidikan formal. Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMA/MAK dan perguruan tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kurikuler dan atau ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. 2. Pendidikan Nonformal. Dalam pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal melalui pembelajaran, kegiatan kurikuler, dan eksta-kurikuler, penciptaan budaya lembaga, dan pembiasaan. 3. Pendidikan Informal. Dalam pendidikan informal pendidikan karakter berlangsung dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa di dalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan

3 pendidikan yang dapat melahirkan manusia Indonesia yang berkarakter sangat dirasakan. Pembentukan karakter seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab dipandang penting untuk membekali generasi muda menuju kesuksesan. Salah satu materi penting pendidikan karakter adalah karakter peduli sosial. Sekarang banyak terjadi tindakan kurangnya rasa peduli sosial terhadap orang lain. Bentuk tindakan kurangnya rasa peduli sosial salah satu contohnya adalah kegiatan gotong royong yang semakin diabaikan di dalam lingkungan masyarakat, mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan mementingkan kepentingan bersama. Tindakan tersebut dapat mengurangi rasa persatuan dan kesatuan antar umat manusia. Selain hal tersebut tentunya masih banyak lagi peristiwa ditengah masyarakat, yang pada dasarnya kurang kesadaran untuk memahami karakter peduli sosial. Dewasa ini masyarakat pedesaan juga sudah mulai luntur rasa peduli sosialnya dan bersikap individu berkurang rasa kekeluargaanya antar sesama. Berdasarkan berita di salah satu media online menunjukkan bahwa rasa peduli sosial antar sesama sudah mulai luntur di desa. Pos kota Kaltim atau The Daily Newspaper of East Kalimantan (Oktober, 2013), memberitahukan: Wakil Bupati Kutai Kartanegara HM Ghufron Yusuf mengajak seluruh masyarakat terutama di Kutai Kertanegara agar membangkitkan kembali dan meningkatkan kepedulian sosial serta peran kegotongroyongan demi kebersamaan dan kesatuan. Ajakan tersebut mengingat sudah jauh menurunnya semangat persatuan dan kebersamaan melalui gotong royong

4 masyarakat, yang dulunya sempat menjadi sebuah tradisi yang mengakar di Indonesia. Selaras dengan berita di atas, Bengkulu Ekspress (April 2013) juga membeberkan realitas bahwa nilai kepedulian sosial di dalam masyarakat sudah mulai luntur. Berita yang dipaparkan Bengkulu Ekspress (April 2013) menjelaskan jika Lurah Purwodadi, Suryadi, SSTP, M.Si mengatakan saat ini kelurahan yang dipimpinnya sedang meningkatkan program demi terciptanya dan rasa peduli sosial terhadap umat manusia. Karakter peduli sosial diharapkan ada pada setiap individu, karena banyak masyarakat sekarang ini yang kurang peduli terhadap sesamanya yang disebabkan berbagai hal. Tujuan pendidikan karakter yang berkaitan dengan kesadaran pada setiap individu dikelola dengan menanamkan nilai-nilai peduli sosial dan nilai tradisional yang positif. Penanaman karakter peduli sosil di kalangan masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai cara. Karakter peduli sosial pada individu terletak pada pendidikan di sekolah maupun di dalam lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Manusia yang berkarakter dan mempunyai rasa peduli sosial terhadap orang lain tidak dapat terwujud secara tiba-tiba. Manusia yang berkarakter, dan mempunyai rasa peduli sosial akan terbentuk melalui proses kehidupan, terutama melalui proses pendidikan, khususnya kehidupan bermasyarakat serta pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Proses pendidikan tersebut terjadi dan berlangsung seumur hidup baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Menyadari pentingnya karakter seseorang, maka banyak diterapkan dalam pendidikan formal maupun non formal agar tertanam generasi bangsa yang

5 berkarakter. Hal ini dapat memupuk kepedulian individu dalam kehidupan seharihari sehingga diharapkan penanaman pendidikan karakter lebih kondusif. Adapun suatu cara untuk menanamkan perilaku dan keyakinan dalam diri setiap individu adalah melalui pembiasaan-pembiasaan serta menciptakan lingkungan yang mendukung anak agar lebih bermoral. Penciptaan lingkungan tersebut dilakukan baik di sekolah maupun dalam keluarga dan di lingkungan masyarakat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya rasa peduli sosial. Cara menanamkan karakter peduli sosial salah satunya dengan menggunakan media film yang bertemakan rasa peduli sosial terhadap sesama manusia. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, menegaskan bahwa kurangnya karakter peduli sosial didalam masyrakat. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai konstruksi pendidikan karakter peduli sosial dalam film alangkah lucunya (negeri ini). Konstruksi pendidikan Karakter peduli sosial dalam film ini akan dikupas dengan metode semiotik. Sobur, (2004:15), Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Kata semiotika sendiri berasal dari bahasa yunani Semeion yang berarti tanda. Film Alangkah lucunya (negeri ini) mengangkat cerita dalam kehidupan sehari-hari mengenai karakter peduli sosial seseorang terhadap sesama manusia. Hal ini dapat memotivasi untuk memahami dan menerapkan karakter peduli sosial dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dalam film ini adalah penanaman karakter peduli sosial menurut ideologi si pembuatnya.

6 B. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal pokok yang harus ada dalam penelitian. Adanya rumusan masalah maka peneliti dapat memfokuskan pada permasalahan yang diteliti. Serta menghindarkan kesalahpahaman. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Konstruksi Pendidikan Karakter Peduli Sosial Ditampilkan dalam Film Alangkah Lucunya (negeri ini)?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumuskan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konstruksi pendidikan Karakter peduli sosial yang ditampilkan dalam film Alangkah Lucunya (negeri ini). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi pada perkembangan ilmu, khususnya di bidang studi semiotik film. b. Memberikan kontribusi khasanah ilmu pengetahuan tentang konstruksi pendidikan Karakter peduli sosial dalam film. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk memahami tanda dalam sebuah film. b. Penelitian ini dapat menambah perbendaharaan bacaan bagi mahasiswa.

7 c. Kontribusi bagi guru PPKn, untuk pemanfaatan film sebagai media pembelajaran. E. Daftar Istilah Penelitian ini meneliti tentang konstruksi pendidikan Karakter peduli sosial perspektif PPKn (studi semiotik pada film Alangkah Lucunya (negeri ini). Oleh sebab itu, peneliti perlu untuk mengetahui definisi-definisi mengenai, pendidikan, Karakter peduli sosial, film, perspektif PPKn, dan studi semiotik. 1. Pendidikan Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Karakter peduli sosial. Listyarti (2013:7), Karakter peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 3. Film. Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, BAB I pasal 1 (1) berbunyi: Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan

8 4. Perspektif. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2008:1165), yaitu Sudut pandang, pandangan, Studi adalah pelajaran, penyelidikan, dan tempat belajar. 5. Semiotik. Sobur (2004:15), adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.