BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global, termasuk bagi negara yang mayoritas penduduknya beragama non-muslim sekalipun. Di Indonesia, bank syariah telah menjadi sektor industri yang berkembang pesat. Sampai dengan triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemain-pemain baru baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 4 BUS dimana 2 BUS merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun 2010 berkurang menjadi 23 UUS. Kehadiran Bank syariah diharapkan akan memberikan angin segar bagi pelaku usaha mikro karena dalam kegiatan operasionalnya bank syariah tidak mendasarkan kegiatannya berdasarkan prinsip bunga tetapi yang berlaku adalah prinsip bagi hasil. Dengan adanya prinsip bagi hasil, akan memberikan keadilan bagi kedua belah pihak terutama baik itu pihak bank syariah sendiri terutama bagi pelaku usaha mikro itu sendiri. Wujud partisipasi Bank Syariah dalam meningkatkan sektor usaha adalah dengan mengadakan pembiayaan berprinsip syariah. 1
2 Keuangan mikro (microfinance) dikenal sebagai instrumen yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Keuangan mikro (microfinance) mengacu pada pelayanan jasa keuangan, seperti kredit, simpanan, asuransi yang disediakan untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan sebutan economically active poor (orang-orang miskin yang secara ekonomi aktif). Pelayanan keuangan mikro di Indonesia dilaksanakan oleh Lembaga Keuangan Mikro (Microfinance Institutions). Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia dibagi kedalam dua kategori yaitu bank dan bukan bank (non bank). Bank Syariah Mandiri dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, bank syariah juga menerima simpanan dari masyarakat. Sedangkan dalam kegiatan penyaluran dana, Bank Syariah Mandiri memberikan jasa dalam bentuk pembiayaan dan investasi. Pembiayaan di bank syariah merupakan salah satu tulang punggung kegiatan perbankan. Terdapat beberapa jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah, diantaranya pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah sendiri merupakan transaksi yang banyak dipilih sebagai skema penyaluran dana dari bank syariah untuk keuangan mikro. Bank Syariah Mandiri menyalurkan pembiayaan Usaha Mikro selama tahun 2010 dengan pertumbuhan sebesar Rp357 miliar atau 212,50%, semula Rp168 miliar di akhir tahun 2009 menjadi Rp525 miliar di akhir tahun 2010. Pembiayaan Murabahah saat ini telah menjadi primadona dan menjadi andalan bagi Bank Syariah. Berdasarkan laporan manajemen Bank Syariah Mandiri Tahun 2010 menyatakan bahwa Portofolio pembiayaan per akhir tahun 2010
3 didominasi pembiayaan dengan skim murabahah (jual-beli berbasis margin) sebesar 52,91%, meningkat dibandingkan porsi pembiayaan dengan skim murabahah pada akhir tahun 2009 sebesar 50,52%. Tabel 1.1 Jumlah Per Skim Pembiayaan Yang Disalurkan Kepada UMKM Bank Syariah Mandiri (dalam jutaan Rupiah) 2010 Pembiayaan Nominal Share 1. Murabahah Rp 52,91 % 12.681.133 2. Mudharabah Rp 4.240.923 17,69 % 3. Musyarakah Rp 4.590.191 19,15 % 4. Lainnya Rp 2.456.223 10,25 % Total Rp 23.968.469 100 % Sumber: Laporan Manajemen Bank Syariah Mandiri (2010) Implementasi penggunaan akad murabahah untuk keuangan mikro dengan sasaran penyaluran dana bagi pengusaha sektor mikro yakni bank bertindak sebagai
4 jembatan jual beli dengan nasabah (pengusaha mikro) dalam pengadaan barang modal yang berguna bagi operasional usaha mikro. Mekanismenya sama dengan murabahah untuk pembiayaan konsumtif, hanya saja dalam penggunaan akad murabahah untuk sektor mikro lebih ditekankan pada pengadaan barang modal. Nasabah (pengusaha mikro) meminta bantuan pada Bank untuk pengadaan barang modal sesuai dengan spesifikasinya, lalu Bank Syariah mengadakan barang modal tersebut dengan membeli terlebih dahulu kepada supplier. Setelah itu, Bank menjual barang tersebut pada Nasabah (pengusaha mikro) dengan harga jual yang disepakati. Masih banyak problematika yang dihadapi oleh Perbankan Syariah di negeri ini dalam mengimplementasikan konsep syariahnya. Berbagai kritik dilancarkan terhadap penyimpangan yang ada di Bank Syariah saat ini yakni, (1) Bank Syariah terlibat dalam muamalah ribawi, tidak sedikit bank-bank syariah di Timur Tengah yang menginvestasikan dananya di bank konvensional yang memberikan bunga di negara-negara Barat.(2) Terlibat dalam asuransi (ta`min), padahal asuransi hukumnya haram. (3) Bank Syariah tidak pernah mengumumkan adanya kerugian. Ini suatu keanehan yang mengindikasikan penyimpangan. Karena meski dalam akad mudharabah diteorikan bank syariah bisa rugi, tetapi dalam praktiknya tak pernah satu kali pun ada bank syariah mengumumkan dirinya rugi. (4) Lemahnya pengawasan manajemen dan syariah. Ini mengakibatkan banyak akad-akad bank syariah tidak sesuai dengan ketentuan syariah yang digariskan. (5) Dominannya
5 aktivitas pedagangan melalui akad murabahah. Ini akan berimplikasi buruk, yaitu dominasi bank syariah yang akan mengendalikan penentuan harga dan laba untuk berbagai komoditi. Pada saat yang sama, ini juga menunjukkan lemahnya perhatian bank syariah pada sektor pertanian dan industri. (6) kurangnya SDM yang cakap untuk mengelola keuangan syariah. Akibatnya, bank syariah mengambil pegawainya dari bank konvensional yang masih mempunyai pola pikir dan budaya kerja bank konvensional. Menurut Khuzaifah Hanum (2006:4), penyimpangan yang terjadi di Bank Syariah juga berimbas pada produk yang diterapkan oleh Bank Syariah terutama yang menyangkut masalah pembiayaan murabahah sebagai implementasi pemberdayaan sektor keuangan mikro. Permasalahan itu tidak hanya terjadi pada level non-teknis, seperti pendefinisian konsep murabahah tetapi juga pada tataran teknis pengimplementasian murabahah itu sendiri. Menurut teori, Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual dan nasabah sebagai pembeli. Pembayaran dapat dilakukan secara angsuran ataupun ditangguhkan sesuai dengan kesepakatan bersama. Mekanisme singkatnya, pihak nasabah awalnya meminta bantuan kepada perbankan syariah untuk pengadaan suatu barang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukannya. Setelah perbankan syariah sepakat dan setuju dengan apa yang diinginkan oleh nasabah, pihak perbankan syariah mengadakan barang dengan cara membeli barang tersebut ke supplier. Kemudian barang tersebut dijual lagi ke nasabah setelah ditentukan tingkat
6 keuntungannya. Pihak perbankan syariah mendapat keuntungan dari selisih harga perjualan dengan harga pembelian. Namun, secara praktiknya sendiri terdapat penyimpangan antara konsep dan implementasinya sendiri. Dalam perbankan syariah pengembangan produk murabahah mengharuskan adanya penyerahan secara langsung barang yang ditransaksikan kepada nasabah tanpa harus ada proses perwakilan tetapi praktik murabahah menunjukkan adanya penyimpangan dari khittah (pakem) yang mendasari adanya transaksi murabahah itu sendiri. Menurut M. Ilyas Marwal (2007): Penyimpangan itu berupa selipan akad wakalah dalam transaksi murabahah. Wakalah dalam transaksi murabahah terjadi melalui proses perwakilan antara pihak perbankan kepada nasabah. Dimana pihak perbankan mewakilkan kepada pihak nasabah untuk melakukan pembelian sendiri barang yang diinginkan kepada supplier setelah mendapatkan uang pembelian dari bank. Praktik murabahah semacam ini menyerupai transaksi kredit pada perbankan konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Netti Sumiati (2010) menunjukkan bahwa seharusnya pada pembiayaan murabahah, bank menyebut jumlah keuntungannya, Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli, harga jual adalah harga beli bank dan pemasok di tambah keuntungan (margin). Akad pembiayaan yang dilakukan oleh bank yang berprinsip syariah dalam pelaksanaannya tidaklah semuanya sesuai dengan syariah masih ada penyimpangan terutama dalam akad pembiayaan murabahah dimana yang dikehendaki adalah jual beli antara nasabah dengan bank, akan tetapi dalam praktiknya yang terjadi adalah transaksi jual beli
7 antara pemilik barang (pemasok) dengan nasabah dengan dibuktikan penandatanganan Akta Jual Belinya terlebih dahulu baru ditandatangani akad pembiayaan murabahahnya. Bahkan beberapa nasabah yang pernah melakukan pembiayaan murabahah menganggap bahwa praktik dari pembiayaan murabahah ini tidak jauh berbeda dengan kredit yang diberikan Bank Konvensional. Ini bisa dilihat dari tingkat pengembalian bagi hasil yang masih bersandar pada tingkat suku bunga, margin yang diberikan tidak begitu jauh dengan tingkat bunga kredit di Bank Konvensional. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirasa perlu untuk menggali lebih jauh tentang pembiayaan Murabahah untuk keuangan mikro (microfinance) dengan mengambil judul Analisis Konsep Dan Implementasi Pembiayaan Murabahah Untuk Keuangan Mikro (Microfinance) Pada PT. Bank Syariah Mandiri. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang penelitian di atas, peneliti mencoba untuk merumuskan masalah yang menjadi pokok pembahasan. Adapun yang menjadi pokok pembahasan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana konsep dan implementasi pembiayaan Murabahah untuk keuangan mikro pada PT. Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan di Indonesia yang memberikan jasa keuangan mikro (microfinance)? 1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
8 1.3.1 Maksud Penelitian Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan di atas, maka dapat dilihat maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep dan implementasi Murabahah Untuk Keuangan Mikro Pada Bank Syariah Mandiri. 1.3.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan topik permasalahan yang ingin peneliti kaji, maka tujuan penelitian yang ingin peneliti capai adalah sebagai berikut : Membandingkan antara konsep dan implementasi pembiayaan murabahah untuk keuangan mikro pada Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan di Indonesia yang memberikan jasa keuangan mikro (microfinance). 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Dengan hasil penelitian yang terbatas ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai Konsep dan Implementasi Pembiayaan Murabahah Untuk Keuangan Mikro Pada PT. Bank Syariah Mandiri serta sebagai bahan perbandingan antara teori dengan praktik nyata di dunia perbankan syariah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi. Selain itu, dengan diadakan penelitian ini maka dapat diketahui apakah prinsip syariah benar-benar diterapkan di perbankan syariah. 1.4.2 Kegunaan Praktis
9 Data informasi dan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Peneliti Sebagai suatu pengalaman berharga karena dengan penelitian ini penulis dapat memperoleh gambaran secara langsung mengenai bagaimana teori dari pembiayaan Murabahah dapat diterapkan dalam praktik. 2. Perusahaan yang diteliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk memperluas wawasan mengenai masalah-masalah dalam penerapan pembiayaan Murabahah dalam suatu dunia perbankan syariah dan dapat menjadi motivasi bagi Bank Syariah untuk mengembangkan produk pembiayaan ini dalam keuangan mikro agar lebih sesuai dengan syariah. 3. Pihak lain Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan rekan-rekan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Analisis Konsep dan Implementasi Pembiayaan Murabahah Untuk Keuangan Mikro Pada Bank Syariah.
10