Seminar Nasional IENACO ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH BONGGOL BAMBU MENJADI PRODUK KERAJINAN HOME INDUSTRY

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sudah maju maupun di negara yang masih berkembang, di daerah dataran rendah

bio.unsoed.ac.id BAMBU DDI\GAI{ BERBAGAI MANFAAT}{YA Dari kurang lebih species bambu dalam 80 genera ditemukan di Asia

BAMBU DENGAN BERBAGAI MANFAATNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DESAIN DAN DIVERSIFIKASI PRODUK IKM KERAJINAN BAMBU DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

KKN-Tematik IPB 2016 Desa Kaliombo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

.VI. KARAKTERISTIK USAHA DAN RANTAI PEMASARAN. Usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati di Kecamatan Jiken

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

PENDAHULUAN. dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

PENINGKATAN MUTU PRODUK OLAHAN PENGRAJIN GULA AREN DESA MONGIILO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka. pada bab ini akan disampaikan kesimpulan yang menjawab

JURUS-JURUS KAPITALISME MENGUASAI DUNIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SENTRA PROMOSI DAN INFORMASI KERAJINAN KUNINGAN DI JUWANA

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FURNITURE UNIK DARI LIMBAH JERAMI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

Studi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Gigih Juangdita

BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya

2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

TANGGAP STEK CABANG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS HORMON IAA DAN IBA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pemilihan serat bambu (petung) sebagai bahan penelitian dengan. dengan pertumbuhan yang relatif lebih cepat.

BAB I PENDAHULUAN. lagi ragam kerajinan yang dihasilkan oleh home industri ini. 1

BAB V PENUTUP. Usaha kecil dipedesaan merupakan pengerak ekonomi masyarakat diluar

PENGOLAHAN CENGPO KEMOCENG KELOPO UNTUK MENUNJANG PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA PLOSO KECAMATAN TEGALOMBO KABUPATEN PACITAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUBAR BARCA BUSANA BATIK ANAK-ANAK HASIL DAUR ULANG KAIN PERCA PKM-K

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan perjanjian kerja sama dalam berbagai bidang khususnya

Seminar Nasional IENACO ISSN: MODEL KINERJA COMPETITIVENESS INDUSTRI FURNITURE KABUPATEN KLATEN

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI. Lilik Sunarsih *) & Umar HMS **)

PENINGKATAN KAPABILITAS PERAJIN BLANGKON DI KAMPUNG POTROJAYAN KECAMATAN SERENGAN KOTA SOLO MELALUI KEGIATAN IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM)

PELUANG BISNIS KERAJINAN BAMBU. Wahyu Indriyani D3TI 2B. Abstrak

PELATIHAN PENINGKATAN PRODUK CINDERAMATA DARI BAHAN LIMBAH KAYU PADA UMKM DI DESA CINUNUK KABUPATEN BANDUNG

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.

I. PENDAHULUAN. Sejalan dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi, perusahaan-perusahaan

I. PENDAHULUAN. 1 Waste (inggris) : limbah, sampah, ampas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. DESKRIPSI KEGIATAN

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN, KECAMATAN ROGOJAMPI, KABUPATEN BANYUWANGI

PROPOSAL PROGRAM HIBAH BINA DESA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB VI PENUTUP. berkembang melalui getok tular pada masyarakat setempat. Dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

Bidang Kegiatan: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

LOMBA MENULIS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA

GAMBARAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

STUDI POLA RUANG ALIRAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN ANTARWILAYAH DI PROVINSI BANTEN TUGAS AKHIR

Pemetaan Infrastruktur Dasar Kelurahan Wongkaditi Barat Berbasis Sistem Informasi Geografis

Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KULIAH KERJA NYATA TAHUN 2012/2013 UNIVERSITAS SETIA BUDI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IbM Pengrajin Anyaman Rotan di Kabupaten Jember: Upaya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendampingan Kerajinan Bambu 1

KONSEP PERMATA PERLINDUNGAN MATA AIR. Wawan Sujarwo Ida Bagus Ketut Arinasa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB V AKSI MEWUJUDKAN KEMBALI HARAPAN MASYARAKAT NELAYAN

: pendampingan, vokasi, kelompok keterampilan, peternakan

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude

Studi Penggunaan Material Anyam Kulit Perkamen sebagai Material Substitusi dan Kombinasi pada Desain Furnitur Rotan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH BONGGOL BAMBU MENJADI PRODUK KERAJINAN HOME INDUSTRY Silvia Merdikawati 1*, Anita Mustikasari 2, Afni Khadijah 3 1 Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Indonesia, Tangerang Selatan. 2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Diponegoro, Semarang. 3 Jurusan Teknik Industri, Universitas Banten Jaya, Serang. * Email: silvia_merdika@yahoo.com Abstrak Salah satu daerah penghasil bambu terbesar di Jawa adalah kabupaten Wonosobo. Bonggol bambu lebih sering di jadikan limbah oleh masyarakat Wonosobo, karena sebagian besar masyarakat hanya menggunakan batangnya. Bonggol bambu ternyata dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi barang kerajinan yang unik, seperti berbagai miniatur hewan berupa bebek, ayam, landak, keong dan lain-lain. Potensi pemanfaatan bonggol bambu menjadi barang kerajinan ini bukan hanya diminati oleh pasar dalam negeri tetapi juga akan mampu menembus pasar mancanegara. Dilihat dari segi sumber daya alam dan sumber daya manusia kabupaten Wonosobo memungkinkan akan terciptanya kembali jenis-jenis kerajinan rumahan yang memajukan creative home industry. Program pemberdayaan industri kecil ini dilaksanakan di kabupaten Wonosobo dengan melibatkan masyarakat petani bambu desa Bojasari, pengrajin bambu, pemilik usaha kerajinan dan pemerintah daerah kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan program terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: tahap sosialisasi, tahap praktek dan pendampingan serta tahap evaluasi. Penelitian ini berhasil memberdayakan home industry dengan beberapa indikator terbentuknya kelompok usaha pengrajin bonggol bambu mandiri desa Bojasari yang terstruktur dan terorganisir dengan 20 orang anggota inti (berproduksi secara kontinyu) dan 100 orang anggota paruh waktu. Keberlanjutan kegiatan dan kerjasama pemasaran produk untuk pasar ekspor adalah dengan penjualan melalui webonline internet dan juga kerjasama dengan pengrajin bebek bonggol bambu kabupaten Klaten. Kata kunci: creative home industry, limbah bonggol bambu, kerajinan bonggol bambu 1. PENDAHULUAN Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun, dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, mulai rebung, batang muda dan dewasa pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang. Dalam kurang lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl (Dransfield dan Widjaja, 1995). Tanaman bambu hidup merumpun kadang-kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa di Jawa. Salah satu daerah penghasil bambu terbesar di Jawa Tengah adalah Kabupaten Wonosobo (Widiarti, 2013). Berdasarkan penelitian terbaru diketahui bahwa kerajinan yang terbuat dari bahan dasar bambu bukan hanya berasal dari batang bambu saja. Akan tetapi dalam beberapa hari terakhir ini ditemukan juga hasil kerajinan yang mempunyai nilai seni dan ekonomi yang tinggi, yaitu kerajinan yang dibuat menggunakan hasil limbah bambu yaitu bonggol bambu. Bonggol bambu lebih sering dijadikan limbah oleh masyarakat Wonosobo, karena sebagaian besar masyarakat hanya menggunakan batangnya. Sehingga dalam hal ini belum ada tindak lanjut yang berarti dalam memanfaatkan limbah tersebut, apalagi untuk pembuatan kerajinan. bonggol bambu ternyata dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi barang kerajinan yang unik, seperti berbagai miniatur hewan berupa bebek, landak dan keong. Barang kerajinan ini tidak saja dipasarkan didalam negeri tetapi juga di ekspor ke mancanegara. 246

Sebagai salah satu daerah penghasil bambu terbesar di Jawa Tengah dan penghasil kesenian yang terbuat dari bambu, Kabupaten Wonosobo belum sepenuhnya menggunakan bagian-bagian dari bambu. Hasil sisa dari pengolahan bambu yaitu bonggolnya belum dimanfaatkan dengan baik untuk membuat kerajinan. Dilihat dari segi sumber daya alam dan sumber daya manusia kabupaten Wonosobo hal ini memungkinkan akan terciptanya kembali jenis-jenis kerajinan yang lain yang terbuat dari limbah bambu ini, yang tentu akan menambah pendapatan warga kabupaten Wonosobo serta ikut serta dalam memanfaatkan limbah sebagai bahan kerajinan yang barang tentu sering disia-siakan oleh masyarakat. Dalam hal ini dengan mengolah limbah tersebut dapat menghasilkan produk yang berseni tinggi meski berasal dari limbah bonggol bambu. Menurut Mubyarto (1983), industri rumah tangga atau industri kerajinan skala kecil sangat bermanfaat bagi penduduk, terutama penduduk golongan ekonomi lemah, karena sebagian besar pelaku industri rumah tangga atau industri kecil adalah penduduk golongan tersebut. Selain itu industri di pedesaan mempunyai manfaat yang besar, karena dapat memberikan lapangan kerja pada penduduk pedesaan yang umumnya tidak bekerja secara utuh, dan memberikan tambahan pendapatan tidak saja bagi pekerja atau kepentingan keluarga, tetapi juga anggota anggota keluarga lain dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding industri besar (Siswanta, 2008). Sehingga dengan pemanfaatan limbah bonggol bambu menjadi produk kerajinan di kabupaten Wonosobo akan memberikan lapangan kerja dan juga akan menambah pendapatan warga masyarakat Wonosobo. 2. METODOLOGI Metode pendekatan yang digunakan untuk melakukan program ini meliputi sosialisasi, pelatihan, pendampingan dan evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan di desa Bojasari, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo dengan melibatkan masyarakat petani bambu desa Bojasar, pengrajin bambu dan pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo. Tahap pertama adalah sosialisasi kepada masyarakat, khususnya kepada masyarakat petani bambu dan pengrajin Desa Bojasari sebagai sarana pengenalan bonggol bambu untuk digunakan sebagai kerajinan rumah tangga. Sosialisasi bertujuan untuk membina para petani bambu dan pengrajin bambu dalam memanfaatkan limbah bambu untuk digunakan menjadi kerajinan yang mempunyai nilai seni dan ekonomi yang tinggi. Tahap praktek dan pendampingan merupakan tahap terpenting dari program ini. Tahapan ini dilakukan pelatihan keterampilan pembuatan kerajian rumah tangga dari bonggol bambu sampai produk tersebut jadi. Tahap terakhir adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa paham pengetahuan, keterampilan yang sudah didapat oleh petani bambu dan pengrajin bambu untuk memanfaatkan bonggol bambu sebagai bahan kerajinan rumah tangga dan khususnya pemahaman mengenai keuntungan atau nilai tambah yang dihasilkan dengan melakukan proses pemasaran atau penjualan kerajinan yang sudah dihasilkan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tahap Publikasi dan Sosialisasi Kegiatan publikasi dan sosialisasi kepada masyarakat bertujuan untuk membina para petani bambu dan pengrajin bambu dalam memanfaatkan limbah bonggol bambu untuk digunakan menjadi kerajinan yang mempunyai nilai seni dan ekonomi yang tinggi. Kegiatan publikasi kami lakukan dengan membagikan dan memasang pamflet-pamflet kegiatan di setiap dusun dan bersilaturahim ke perangkat Desa Bojasari serta beberapa warga Desa Bojasari. Kegiatan ini berhasil menarik antusiasme masyarakat terhadap program yang akan kami jalankan. 3.2 Tahap Praktek dan Pendampingan Tahap ini dilaksanakan di kios pengrajin Bonggol Bambu yaitu Bapak Daryono, di kabupaten Klaten. Kegiatan ini berupa pelatihan keterampilan pembuatan kerajian rumah tangga dari bonggol bambu sampai produk tersebut jadi. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut: Pelatihan Pembuatan Kerajinan Bonggol Bambu Pelatihan pembuatan kerajinan bonggol bambu ini di tentori oleh Bapak Daryono yaitu pakar kerajinan bonggol bambu dari Klaten, Jogjakarta. Pada tahap ini Bapak Drayono yang didampingi 247

oleh tim peneliti memberikan pelatihan kepada warga Bojasari tentang cara membuat bonggol bambu menjadi sebuah kerajinan produk yang dibuat bermacam-macam mulai dari bebek, babi, landak, tikus maupun ayam. Pada proses ini pengrajin pelatih menjelaskan teknisnya secara detail kepada petani bambu dan pengrajin bambu warga Desa Bojasari bagaimana bonggol bambu tersebut dapat dimanfaatkan dari ketika masih berserabut, membersihkannya, dan membentuknya sesuai dengan keinginan. Warga Bojasari memperhatikan secara seksama karena ilmu yang disampaikan oleh Bapak Daryono akan langsung di apllikasikan pada proses pembuatan kerajinan. Gambar 1. Proses pelatihan kerajinan bonggol bambu Proses Pembuatan Kerajinan Bonggol Bambu Proses ini dilaksanakn setelah adanya pelatihan oleh Bapak Daryono. Pada proses ini para petani bambu dan pengrajin bambu desa Bojasari diberikan waktu untuk membuat kerajinan dari bonggol bambu. Sebelumnya, tim peneliti bekerja sama dengan pengrajin pelatih membuat desain produk yang dapat dibuat sesuai dengan bentuk bonggol bambu kemudian diberikan pada petani dan pengrajin untuk menjadi konsep ketika akan membuat. Gambar 2. Pembuatan kerajinan bebek bonggol bambo oleh warga bojasari 248

Proses Pendampingan dan Evaluasi Pada proses ini, pengrajin pelatih dan peneliti turut aktif dalam mendampingi petani bambu dan pengrajin bambu saat membuat kerajinan bonggol bambu. Pelaksanaan ini bertujuan untuk mengontrol dan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh petani bambu dari Bojasari sehingga saat evaluasi dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan arahan pengrajin. 3.3 Tahap Evaluasi Tahap evaluasi ini di awali dengan kegiatan pendampingan selama empat minggu yang bertujuan untuk mengetahui seberapa paham pengetahuan keterampilan yang sudah didapat oleh petani bambu dan pengrajin bambu setelah proses pelatihan pembuatan kerajinan bonggol bambu yang berlangsung di Klaten. Dalam proses pendampingan tersebut tim peneliti memberikan mesin dan alat-alat yang diperlukan warga Bojasari guna mendukung proses pembuatan kerajinan bonggol bambu sebagai pengaplikasian keterampilan yang telah didapatkan dari proses pelatihan. Setalah proses pendampingan ini dan dinilai bahwa warga Bojasari sudah cukup baik dalam membuat kerajinan bonggol bambu, maka kegiatan evaluasi pun dilaksanakan. Dalam kegiatan evaluasi ini tim pengabdian bekerja sama dengan pemerintah daerah Wonosobo dalam melaunching kegiatan evaluasi ini. Sehingga kegiatan ini terlihat begitu mengesankan. Pada kegiatan evaluasi kami membuat lomba pembuatan bebek bonggol bambu dengan pesertanya adalah petani bambu dan pengrajin bambu warga desa Bojasari. Lomba ini dilaksanakan di kantor Desa Bojasari. Metode yang digunakan dalam lomba ini adalah pembuatan kerajinan bebek bonggol bambu oleh petani dan pengrajin. Bonggol bambu dan alat-alatnya sudah disediakan oleh panitia. Setiap kelompok paling sedikit dua anggota. Masing-masing kelompok harus mempunyai kreasi yang berbeda-beda. Penilaian dilakukan oleh tim peneliti dengan bobot 50% dengan kriteria penilaian, besarnya pemanfaatan bonggol bambu, desain yang unik dan kekompakan ketika membuat. Sedangkan penilaian yang lain adalah peserta diminta untuk menjual hasil kerajinannya kepada warga sekitar dan hasil omset penjulan yang dilakukan oleh setiap kelompok menjadi bobot 50% tambahannya. Pemenang adalah yang mendapatkan point paling banyak dari tim peneliti dan jumlah keuntungan paling banyak dari hasil penjualan produk kerajinan yang mereka buat. Setelah dievaluasi tim yang menjadi pemenang adalah tim yang terdiri dari bapak Sarwo dan bapak Agus dengan total nilai 875 dan berhasil menjual produknya kerajiananya yaitu ayam bonggol bambu kepada warga disekitar Balai Desa Bojasari dengan harga jual Rp 30.000/produk. Setelah melalui kegiatan evaluasi ini, kemudian dilanjutkan dengan pembetukan kelompok home industry untuk memantapkan usaha kerajinan bonggol bambu bagi warga desa Bojasari. Pembentukan unit home industry ini dengan struktur 20 orang anggota inti (berproduksi secara kontinyu) dan 100 orang anggota paruh waktu. Jumlah produksi yang bisa dicapai per bulannya baru sekitar 50 unit kerajianan bonggol bambu per bulannya. Seiring berjalannya proses promosi dan penjualan, jumlah unit yang diproduksipun akan semakin banyak. Hal ini tentu akan menciptakan pundi-pundi pendapatan bagi warga Bojasari, kabupaten Wonosobo. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari kegiatan sosialisasi, praktek dan pendampingans serta tahap evaluasi maka, beberapa keluaran yang bisa disimpulkan dari penelitian ini antara lain; antuasiasme dan motivasi warga Bojasari sebagai daerah penghasil bambu terbesar di Kabupaten Wonosobo dalam memanfaatkan limbah bambu, yaitu bonggol bambu untuk dijadikan kerajinan rumah tangga yang mempunyai nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Terbentuknya home industry kerajinan bonggol bambu mandiri desa Bojasari secara terstruktur dan terorganisir, dengan 20 orang anggota inti (berproduksi secara kontinyu) dan 100 orang anggota paruh waktu. Terjualnya 50 unit bebek bonggol sampai, yang kesemuanya hasil produksi warga Bojasari. Keberlanjutan kegiatan dan kerjasama pemasaran produk untuk pasar ekspor adalah dengan penjualan melalui webonline internet dan juga kerjasama dengan pengrajin bebek bonggol bambu kabupaten Klaten. 249

DAFTAR PUSTAKA Dransfield, S. dan E. A. Widjaja, 1995, Plant Resources of South-East Asia No.7 : Bambus. Backhuys Publisher, Leyden. Widiarti, A.,2013, Pengusahaan Rebung Bambu Oleh Masyarakat, Studi Kasus di Kabupaten Demak dan Wonosobo (Community Small Scale Bussines of Bamboo Shoots, Case Study in Demak and Wonosobo Regency), Jurnal penelitian hutan dan konservasi Alam, 10(1), 51-61. Mubyarto, 1983, Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, BPFE, Yogyakarta. Siswanta, L., 2008, Kontribusi Home Industry Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Di Desa Wukirsari, Imogiri), AKMENIKA UPY, 2. 250