BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Sektor Publik menjadi semakin signifikan. Seiring dengan perkembangan, APBN telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut terutama terlihat dari komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat, teliti, dan sistematis. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) sangat diperlukan dalam sebuah negara. Tercapainya tujuan negara salah satunya adalah ditunjang oleh sistem pengelolaan dan sistem akuntansi pemerintahan yang akuntabel, cermat dan terbuka. Pengelolaan keuangan negara merupakan ceriman dari keberhasilan penyelengaraan pemerintahan. Seiring dengan meningkatnya aktivitas organisasi, berbagai permasalahan akan semakin komplek, hal itu pula akan menyebabkan kurangnya keterlibatan langsung pimpinan dalam kegiatan organisasi, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, sehingga diperlukan pengendalian intern organisasi. Biasanya untuk 1
2 melihat kinerja organisasi apakah baik atau buruk, pimpinan hanya melihat sebuah laporan sebagai salah satu tolak ukur di dalam membuat keputusan. Untuk mempermudah dalam mengawasi suatu organisasi diperlukan suatu sistem yang terpadu dan efektif yang dapat memberikan sebuah informasi yang dapat dipercaya, relevan bagi pimpinan dalam mengambil kebijakan. Selain itu sistem informasi ini berguna serta membantu untuk kelancaran aktivitas organisasi sehingga instansi dapat meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Hal ini seiring dengan UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara dalam Bab X pasal 58 mengamanatkan keharusan pemerintah pusat maupun daerah untuk melaksanakan pengendalian intern pemerintah dengan sebaik-baiknya. Persediaan atau yang biasa dikenal dengan sebutan inventory ialah aset lancar berupa barang yang dimiliki oleh suatu entitas yang dibeli dengan tujuan untuk digunakan dalam operasional entitas yang bersangkutan atau untuk dijual kembali. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat disebutkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Pada instansi pemerintah jenis persediaan yang ada bergantung pada kegiatan utama yang dilakukan instansi yang bersangkutan. Secara umum persediaan pada instansi pemerintah adalah merupakan aset berwujud yang
3 meliputi: a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah; b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi; c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan. Agar tercapainya tujuan sistem informasi persediaan barang yang efektif, maka pihak manajemen dapat menerapkan suatu sistem yang dapat memudahkan mengendalikan dan mengawasi bagian yang bersangkutan. Dalam melaksanakan pengendalian intern tersebut diperlukan alat pendukung seperti dokumen, formulir dan catatan yang terkoordinasi dan dapat dipertanggung jawabkan. Mengingat banyaknya jenis persediaan dalam instansi ini tentunya dituntut untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern terutama yang berhubungan dengan persediaan barang sehingga tidak terjadi kekeliruan, kesalahan, serta kecurangan mengenai persediaan barang. Berdasarkan pra penelitian yang penulis lakukan di Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat ternyata pengendalian intern pada dinas ini masih belum efektif karena masih terdapat kesalahan dalam pelaporan, seperti kurangnya pemahaman dari fungsi gudang mengenai penerimaan dan pengeluaran barang, kurangnya dokumen pendukung, kurangnya komunikasi antar pegawai, prosedur yang masih berbelit, belum ada pemisahan fungsi kerja seperti gudang dan penerimaan. Fenomena tersebut dikarenakan pencatatan, pendistribusian, dan pelaporan
4 persediaan barang habis pakai di dinas Sosial Provinsi Jawa Barat masih menggunakan sistem yang sederhana. Belum terciptanya efektivitas pengendalian intern ini disebabkan oleh beberapa masalah seperti kurang akuratnya sistem informasi akuntansi, dengan indikasi-indikasi sebagai berikut; prosedur yang kurang efektif dari bagian yang bersangkutan, terdapat kesalahan yang berasal dari kelalaian manusia (human eror). Penerapan sistem informasi akuntansi persediaan barang sangat penting karena dapat menghasilkan laporan yang dapat dijadikan pedoman untuk pengawasan, pengendalian, perencanaan, mengambil keputusan yang berguna untuk semua pihak yang berkepentingan. Penerapan sistem informasi tentang persediaan barang diharapkan dapat menunjang kelancaran aktivitas organisasi, sehingga akan mengurangi terjadinya kesalahan terutama kecurangan berupa kehilangan dan kelalaian yang dapat merugikan negara. Berdasarkan permasalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang (Studi Empiris Pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat). 1.2 Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5 1. Bagaimana sistem informasi akuntansi persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat? 2. Bagaimana efektivitas sistem pengendalian intern persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat? 3. Seberapa besar pengaruh sistem informasi akuntasi persediaan barang terhadap efektivitas sistem pengendalian intern persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat? 1.3 Batasan Masalah Penelitian Pada penelitian ini dibatasi hanya pada kajian sistem informasi akuntansi, sistem pengendalian intern, dan pengaruh sistem informasi akuntansi persediaan barang terhadap efektivitas sistem pengendalian intern persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:? 1. Sistem informasi akuntansi persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 2. Efektivitas sistem pengendalian intern persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 3. Besarnya pengaruh sistem informasi akuntasi persediaan barang terhadap efektivitas sistem pengendalian intern persediaan barang pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.
6 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait diantaranya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis - Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang sistem informasi akuntansi terutama untuk persediaan barang. - Untuk membandingkan antara teori yang didapat dengan yang terjadi di lapangan. 2. Manfaat Praktis Dapat memberikan masukan serta informasi yang berguna dalam mempertimbangkan kebijakan atau keputusan oleh pihak pimpinan atau manajemen.