BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivis ini berada dalam perspektif interpretivisme ( penafsiran ) yang terbagi dalam tiga jenis yaitu, interaksi simbolik, fenomenologis, hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstrutivisme yang ditelesuri dari pemikiran Max Weber, meniali perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakat. 27
28 3.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. 1 Penelitian deskriptif juga menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan antara variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain. 2 Dalam pendekatan kualitatif ini,mendekati makna dan ketajaman analisis logis dan juga dengan cara menjauhi statistika,penelitian kualitatif merupakan cara handal dan relevan untuk bisa memahami fenomena sosial. Dengan ini penelitian kualitatif dapat terfokus menemukan tema atau nilai budaya semacam apa yang terpendam dibalik suatu fenomena sosial, serta menemukan rasionalitas seperti apa yang bersemayam dibalik suatu fenomena sosial. 1 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, bumu aksara. Jakarta 1999, hal 26 2 http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penelitian-deskriptif-kualitatif.html?m=1, di akses pada 18 mei 2015
29 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotik. Semiotika yaitu suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. 3 Teori tanda pertama yang sebenarnya diperkenalkan oleh Santo Agustinus (354-430 M) walau ia tidak menggunakan istilah semiotika untuk mengidentifikasikannya. Ia mengidetifikasikan tanda alami sebagai tanda yang ditemukan secara harfiah di alam. Gejala ragawi, pergesekan daun-daun, warna tumbuhan, dan seterusnya, kesemuannya merupakan tanda alami, seperti juga sinyal yang dikeluarkan binatang untuk merespon keadaan fisik dan emosional tertentu. Ia membedakan jenis tanda ini dengan tanda konvensional, yaitu tanda yang dibuat manusia. Kata, isyarat, dan simbol adalah contoh tanda konvensional. Dalam teori semiotika modern saat ini, tanda konvensional dibagi menjadi tanda verbal dan nonverbal-kata dan struktur linguistik lainnya (ekspresi, frasa, dan lain-lain) adalah contoh tanda verbal; gambar dan isyarat adalah contoh tanda nonverbal. 4 Adapun metode yang digunakan adalah metode semiotika menurut pandangan Ferdinand de Saussure. Saussure lahir di Jenawa pada tahun 1857. Ia mengikuti kuliah sains di University of Geneva sebelum beralih ke studi bahasa di Universityof Leipzig tahun 1876. Saussure menggambarkan tanda sebagai struktur biner, yaitu struktur yang terdiri dari dua bagian: (1) bagian 3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, bandung 2009. Hal 15 4 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna. Jalasutra, Yogyakarta 2012. Hal 9
30 fisik, yang disebutnya sebagai penanda, dan (2) bagian konseptual, yang disebutnya petanda. MEMBERI NAMA PADA BAGIAN-BAGIAN TANDA X=Y X= penanda (= bagian fisik) Y= petanda (= bagian konseptual) Saussure menganggap tautan antara penanda dan petanda, X = Y bersifat manasuka dan terbangun setelah beberapa lama untuk suatu tujuan sosial tertentu. 5 Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimilki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu diplajari. 6 5 Ibid, Hal 30 6 Budaya. Blogspot. Diakses dari http://historikultur.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-budaya-dankebudayaan.html?m=1 pada 20 juni 2016 pukul 21:41
31 Jadi semiotika dalam konteks budaya ialah tanda-tanda terkait dengan manusia yang terjadi dalam perilaku masyarakat berhubungan dengan system agama, dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni, bahasa untuk menyampaikan suatu makna yang tersimpan. 3.4 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah film Surga Yang Tak Dirindukan, yang di sutradarai oleh Kuntz Agus. Yang di analisis dalam film ini adalah penggambaran adegan dan dialog yang mengandung unsur mengenai budaya yogyakarta. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk dapat memperoleh data yang dibutuhkan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. 3.5.1 Teknik Data Primer Data primer adalah data langsung yang dibutuhkan dari objek penelitian. Dengan cara observasi data yang ada, yaitu mengamati scene-scene yang ada di Surga Yang Tak Dirindukan, kemudian data dikumpulkan dengan menggunakan teknik peng-koding-an dalam bentuk screenshot gambar. Setelah itu peneliti melakukan analisis data yang sudah terkumpul dengan dihubungkan dengan analisis semiotika menurut tokoh semiotik Saussure.
32 3.5.2 Teknik Data Dekunder Data sekunder adalah data yang diperlukan dalam bentuk yang sudah jadi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku komunkasi, internet, jurnal dan bahan-bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti guna sebagai melengkapi data-data yang sudah ada. 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. 7 Data-data yang ada dalam penelitian ini menggunakan proses semiotika dari Ferdinand de Saussure. Setelah melakukan tahap penyeleksian terhadap frame yang memuat semua tanda-tanda berkaitan dengan budaya yogyakarta, penelitian menganalisis menggunkan petanda berdasarka gambar yang telah dipilih lalu melakukan pembahasan untuk kemudian menemukan makna baru. 7 Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 hal 103