Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN KAMPAR RIAU Nur Afrinis 1, John Taruna 2 Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRACT Nutritional status is one measure to assess the development of the baby's health. Many factors affect the nutritional status of infants, including the mother's perception about exclusive breastfeeding and exclusive breastfeeding, mother's education level and economic status of the family. The purpose of this study was to examine the relationship between perception and practice of exclusive breastfeeding and nutritional status of infants aged 0-6 months in Kampar regency of Riau. This type of research is quantitative with cross sectional design. The study population was all mothers with babies aged 0-6 months in Kampar regency 2015. The sampling technique is simple random sampling of 120 people. Collecting data using questionnaires. The data were analyzed using univariate and bivariate by using chi squrae. The results showed that no significant relationship between the perception of mothers on exclusive breastfeeding (P value 0.002 <α 0:05), and the practice of exclusive breastfeeding (p value (0.002 <α 0007), on the nutritional status of infants aged 0-6 months. It is recommended to provide counseling about the importance of exclusive breastfeeding puntuk get optimal nutritional status of infants. Bibliography : 18 (2002-2011) Keywords : Perception mother, exclusive breastfeeding practices, nutritional status of infants PENDAHULUAN Masih tingginya prevalensi gizi salah (malnutrisi) merupakan faktor risiko yang berkontribusi paling signifikan terhadap angka kematian bayi. Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi bayi adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. ASI Eksklusif adalah memberikan ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Bayi yang diberi ASI Eksklusif akan mengalami pertumbuhan yang sangat baik, kecerdasan tinggi, daya tahan Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 71
Nur Afrinis 1, Jhon Taruna 2 tubuh yang baik, kenaikan berat badan stabil dan jarang mengalami sakit (Husnaria, 2011). Pemberian ASI eksklusif akan membuat bayi jauh lebih sehat, memiliki daya tahan tubuh yang tinggi, serta kecerdasan emosional dan spiritual lebih baik. IQ bayi yang diberi ASI eksklusif bisa lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak yang ketika bayi tidak diberikan ASI esklusif. Selain itu ASI merupakan makanan bagi bayi yang kaya gizi, serta melindungi bayi dari kematian dan kesakitan. Bayi yang mendapat ASI eksklusif kemungkinan menderita diare dan infeksi pernapasan hanya seperempat dari seluruh kejadian yang diderita bayi yang tidak di beri ASI. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi. Tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan terbatas dan tradisi turun temurun merupakan faktor yang mendukung timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi. Akibatnya para ibu memberikan bentuk cairan sebagai makanan pendamping ASI sebelum bayi mencapai umur 4 bulan. Jadi anjuran pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan sangat sulit di laksanakan sesuai harapan (Roesli, 2005). Pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di Indonesia, pemberian ASI baru mencapai 15,3% dan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2013, cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Kampar masih dibawah target nasional yaitu masih dibawah 80%. Di beberapa wilayah di Kabupaten Kampar, cakupan ASI Eksklusif masih sangat rendah yaitu hanya 18,35%. Kendala yang dihadapi dalam praktek ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu dan dukungan dari lingkungan, pemberian makanan dan minuman terlalu dini, serta maraknya promosi susu formula untuk bayi. Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 72
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul hubungan persepsi dan praktik pemberian ASI Ekskusif dengan status gizi balita usia 0-6 bulan di Kabupaten Kampar Riau Riau. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan dan praktik pemberian ASI Ekskusif dengan status gizi balita usia 0-6 bulan di Kabupaten Kampar Riau Riau. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan rancangan Crossectional, karena pengukuran variabel bebas (persepsi ibu dan praktik pemberian ASI eksklusif) dengan variabel terikat ( status gizi bayi) dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilaksanakan di pusksesmas yang ada di Kabupaten Kampar, pada bulan April Juni 2015. Sampel padalah ada penelitian ini sebagian ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang ada di beberapa Puskesmas di Kabupaten Kampar yang ditentukan yang dianggap dapat mewakili populasi. Adapun puskesmasnya yaitu puskesmas Bangkinang, Puskesmas Kuok, dan Puskesmas Kampar Utara. Jumlah sampel yang diambil masing-masing puskesmas adalah 40 ibu menyusui, sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 120 ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Data dikumpulkan dari responden melalui penyebaran kuesioner penelitian dan wawancara yang berkaitan dengan karakteristik ibu menyusui (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan), persepsi ibu menyusui tentang ASI Eksklusif, distribusi pemberian ASI Eksklusif dan status gizi bayi usia 0-6 bulan. Untuk melihat status gizi bayi menggunakan timbangan bayi dan menggunakan indikator BB/U. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis Univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel persepsi ibu tentang ASI eksklusif, praktik pemberian ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 0-6 bulan, serta analisis bivariat digunakan untuk melihat Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 73
Nur Afrinis 1, Jhon Taruna 2 hubungan secara statistik antara variabel independen (persepsi dan praktik pemberin ASI eksklusif) dengan variabel dependen (staus gizi bayi). Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square (X 2 ) dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang hubungan persepsi dan praktik pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau. Penelitian ini dilakukan di tiga Puskesmas yang dianggap mewakili Kabupaten Kampar yaitu Puskesmas Kuok, puskesmas Bangkinang dan puskesmas Kampar Utara dengan jumlah sampel sebanyak 120 ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 6 bulan didapatkan hasil sebagai berikut : A. Analisa Univariat 1. Persepsi Ibu tentang ASI Eksklusif Tabel 1. Distribusi persepsi ibu tentang ASI Eksklusif No Persepsi Ibu N % 1 Negatif 73 60,83 2 Positif 47 39,17 Total 120 100 Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki persepsi negatif tentang ASI eksklusif sebanyak 73 ibu (60,83%). 2. Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Tabel 2. Distribusi praktek pemberian ASI Eksklusif No Praktek Pemberian n % ASI Eksklusif 1 Tidak ASI Eksklusif 82 68,33 2 Ya ASI Eksklusif 38 31,6 Total 120 100 Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif sebanyak 82 bayi (68,33%). 3. Status Gizi Bayi Usia 0 6 Bulan Tabel 1. Distribusi persepsi ibu tentang ASI Eksklusif No Status Gizi n % 1 Tidak Normal 30 25 2 Normal 90 75 Total 120 100 Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar bayi memiliki status gizi normal sebanyak 90 bayi (75%). B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Persepsi Ibu tentang ASI eksklusif dengan Status Gizi Dari hasil penelitian, untuk mengetahui hubungan persepsi ibu tentang ASI esksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan dengan menggunakan uji statistik Chi-square Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 74
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau (X 2 ), dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Tabel 4.3 Hubungan persepsi ibu tentang ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi Persepsi Status Gizi Total P value Tidak Normal Normal n % n % n % Negatif 26 35,6 47 64,4 73 100 Positif 4 8,5 43 91,5 47 100 0,002 Total 30 25 90 75 120 100 Berdasarkan tabel di atas, dari 73 ibu yang mempunyai persepsi negatif, sebanyak 47 (64,4%) status gizi bayinya normal dan 26 (35,6%) status gizi bayinya tidak normal. Sedangkan dari 47 ibu yang mempunyai persepsi positif, sebanyak 4 (8,5%) status gizi bayinya tidak normal dan 43 (91,5%) status gizi bayinya normal. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh P value 0,002. Oleh karena itu P value (0,002) < α (0,05) maka Ho ditolak dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bersignifikan antara persepsi ibu tentang ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau. 2. Hubungan Praktik Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi bayi Dari hasil penelitian, untuk mengetahui hubungan praktik pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X 2 ), dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Tabel 4.3 Hubungan praktik pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi Praktik Status Gizi Total P value Tidak Normal Normal n % n % n % Tidak ASI Eksklusif 27 32,9 55 67,1 82 100 Ya ASI Eksklusif 3 7,9 35 82,1 38 100 0,007 Total 30 25 90 75 120 100 Berdasarkan tabel di atas, dari 82 bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif, sebanyak 55 bayi (67,1%) status gizinya normal dan 27 bayi (32,9%) status gizi bayinya tidak normal dan 26 (35,6%). Sedangkan dari 38 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sebanyak 3 bayi (7,9%) Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 75
Nur Afrinis 1, Jhon Taruna 2 status gizi bayinya tidak normal dan 35 (82,1%) status gizi bayinya normal. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh P value 0,007. Oleh karena itu P value (0,007) < α (0,05) maka Ho ditolak dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bersignifikan antara praktik pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau. PEMBAHASAN a. Hubungan Persepsi Ibu tentang ASI Eksklusif dan Status Gizi Bayi Usia 0 6 Bulan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa ibu dengan persepsi negatif sebagian besar memiliki memiliki bayi dengan status gizi normal, yaitu sejumlah 47 orang (64,4%) dan sebanyak 26 orang (35,6%) status gizi bayinya tidak normal. Hal ini dikarenakan persepsi negatif ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, sehingga membuat ibu beranggapan bahwa pemberian ASI secara eksklusif ini tidak terlalu penting dan ini akan berdampak pada status gizi bayinya. Sedangkan ibu dengan ibu dengan persepsi positif dalam pemberian ASI Eksklusif, yaitu sejumlah 43 bayinya berstatus gizi normal (91,5%). Hal ini karena persepsi yang baik tentang pemberian ASI eksklusif menjadikan ibu selalu berpandangan bahwa ASI itu sangat penting bagi pertumbuhan bayinya dan ASI memang makanan yang terbaik bagi bayinya, sehingga ibu merasa sangat perlu dan bersikap baik serta berkeinginan untuk memberikannya. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh P value 0,004 < α (0,05) maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bersignifikan antara persepsi ibu tentang ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Wawan (2010), bahwa persepsi ibu dalam memandang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif sangat penting karena jika persepsi ibu baik tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif berdampak terhadap sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Tingkah laku Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 76
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas (Anwar, 2005). Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi (Anggraini, 2010). Air Susu Ibu bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja kepada si kecil, (tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, air teh, maupun makanan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain) hingga usia 6 bulan (Arif, 2009). Pemberian ASI secara eksklusif seringkali tidak dapat terlaksana akibat banyak pengaruh. Menurut Streger (2010), gagalnya pemberian ASI eksklusif seringkali terjadi akibat adanya persepsi dan sikap ibu yang menganggap bahwa susu botol kepada anak sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman. Ada pula yang beranggapan dengan menyusui membuat bentuk payudara rusak dan kecantikannya akan hilang. Para ibu sering keluar rumah karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satusatunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan di rumah. Menurut Siregar (2010), pengaruh melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin juga dapat mengakibatkan sikap ibu yang kurang baik terhadap ASI eksklusif. Misalnya: belum semua petugas paramedis diberi pesan, diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu formula botol kepada bayi yang baru lahir. Sikap sementara penanggung jawab ruang bersalin dan perawatan rumah sakit, rumah bersalin yang berlangsung memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat gabung di sebagian besar rumah sakit/klinik bersalin. Pelaksanaan ASI eksklusif memerlukan komitmen dan kesiapan dari banyak pihak, antara lain motivasi, kesiapan ibu dan keluarga, Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 77
Nur Afrinis 1, Jhon Taruna 2 pengetahuan, persepsi positif tentang ASI oleh ibu, sikap positif dari tenaga kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan, serta adanya kebijakan pemerintah yang menjamin setiap ibu dan bayi mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan program ASI eksklusif. Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ASI eksklusif adalah sumber dan cara penyampaian informasi tentang ASI eksklusif. Sumber informasi utama dari ibu dalam hal pelaksanaan ASI eksklusif adalah petugas kesehatan, yakni bidan yang membantu sejak pemeriksaan kehamilan sampai persalinan maka peran bidan. Dalam penyampaian informasi ini maka peran bidan sangat diperlukan. Kemajuan di bidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu formula. Ibu-ibu yang mampu harus dihimbau agar kembali pada praktek menyusui anaknya, karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi hubungan ibu dan anak. b.hubungan Praktik ASI Eksklusif dan Status Gizi Bayi Usia 0 6 Bulan Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh P value 0,007 < α (0,05) maka ada hubungan yang bersignifikan antara praktik pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif maka status gizinya akan baik, serta mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pertumbuhan dapat dilihat dari penambahan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala, sedangkan perkembangan yang optimal dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik, Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 78
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau psikomotorik dan bahasa (Sulistyoningsih, 2011). Berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif meningkat lebih lambat dibanding bayi yang mendapat susu formula (MPASI). Hal ini tidak berarti bahwa berat badan yang lebih besar pada bayi yang mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi yang mendapat ASI. Berat badan berlebih pada bayi yang mendapat susu formula justru menandakan terjadinya kegemukan (obesitas). Karena dengan pemberian ASI eksklusif status gizi bayi akan baik dan mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan usianya (Hariyani, 2011). Boyle (2003) menyatakan, pertumbuhan bayi sangat tergantung dari diet atau asupan makanan. Bayi yang diberi makan selain ASI sebelum waktunya berisiko tinggi terkena infeksi. Hal ini dapat menjadi dugaan bahwa pemberian makanan selain ASI serta kejadian infeksi atau status kesehatan bayi dapat berhubungan dengan status gizi bayi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sebagian besar persepsi ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 6 bulan tentang ASI eksklusif adalah negatif sebanyak 73 orang (60,83%). 2. Sebagian besar bayi tidak mendapatkan ASI ekslusif sebanyak 82 bayi (68,33%). 3. Sebagian besar status gizi bayi usia 0-6 bulan adalah normal sebanyak 90 orang (75%). 4. Terdapat hubungan yang bersignifikan antara persepsi ibu tentang ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau dengan P value 0,004 < α (0,05) 5. Terdapat hubungan yang bersignifikan antara praktik pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0 6 bulan di Kabupaten Kampar Riau dengan P value 0,007 < α (0,05) Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 79
Nur Afrinis 1, Jhon Taruna 2 DAFTAR PUSTAKA Almatzier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Arif, Nuraeni. 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Jogjakarta : Media Pressindo Arikunto Suharsimi, 2003, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktkek, Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Depkes. Habib Rachmat, R.Hapsara. 2004. Pembangunan Kesehatan Di Indonesia,Prinsip Dasar,Kebijakan,Perencana an dan Kajian Masa Depannya. Gajah Mada Universiti Press. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Prasetyono Sunar, 2012. ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press. Pudjadji, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Gizi pada Anak. Jakarta : FKUI. Rahmawati, Eka. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika. Prasetyo, B & Jannah, L. M. 2005. Metode Penelitian Kuantitif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Fajar Interpratama offset. Riyanto, Agus. 2009. Pengolaha dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika. Roesli, Utami. 2009. ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta Kristiyanasari, W. 2009. ASI Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika. Laporan Program Gizi Kabupaten Kampar. 2013 Laporan Tahunan. 2013. Dinkes Propinsi Riau. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 80