I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia saat ini di dasarkan pada Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1979 bercorak sentralistik. Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 32 Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

KEPALA DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG PERATURAN DESA LEMPUYANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN KECAMATAN SRAGEN PERATURAN DESA TANGKIL

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA PENGURUSAN DAN PENGAWASANNYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN KARANGGAYAM DESA LOGANDU

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 13 TAHUN 2001 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN PETINGGI DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NANGGUNG SUMBER PENDAPATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwewenang untuk mengatur dan mengurus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2000 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEKON (APBP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

PEMERIN-TAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR: 8 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPANTEN BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2000 TENTANG: SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 9 SERI E

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR: 10 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEKON (APBP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SUKARAJA KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN SUMBER PENDAPATAN DESA SUKARAJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BAGI HASIL PAJAK KABUPATEN KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

Undang (Lembaran Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO,

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BUPATI BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 3

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DESA NANGGUNG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 2001

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah di Indonesia saat ini di dasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang telah di revisi menjadi UU Nomor 12 tahun 2008, yang mengatur mengenai pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut rencananya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adanya otonomi daerah ini, menjadikan pemerintah daerah memiliki kebebasan yang memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri dalam mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Sehingga pemerintah daerah dapat mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan setempat. Implementasi kebijakan otonomi daerah ini kemudian ditunjang dengan pengembangan atau peningkatan kemampuan manajemen pemerintahan yang baik agar daerah mampu menggali dan meningkatkan penerimaan daerah. Manajemen pemerintahan menjadi penting dalam pelaksanaan otonomi karena baik buruknya pemerintahan tergantung pada cara mengelola pemerintahan. Penerapan pemerintahan yang baik akan membawa suatu daerah mencapai tujuan dari otonomi itu sendiri, dan begitupun sebaliknya.

Manajemen Pemerintahan itu sendiri menurut Budi Supriyatno (2009:27) adalah suatu proses kegiatan melakukan tatakelola atau pengelolaan pemerintahan oleh penguasa atau penyelenggara pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, selain menguatkan otonomi daerah, secara langsung juga memberikan dampak berupa pemberian otonomi kepada desadesa di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang dimiliki desa inilah, maka pengembangan atau peningkatan kemampuan manajemen pemerintahan yang baik juga turut menjalar hingga ke pemerintahan desa. Bahkan diadakan pula pelatihan tentang manajemen pemerintahan desa kepada aparatur desa untuk meningkatkan kemampuan mereka. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli Propinsi Bali pada tanggal 23-25 Mei 2012. Berikut kutipan berita mengenai pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli tersebut: Bangli (Metrobali.com)- Untuk meningkatkan kapasitas Aparatur Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten Bangli melalui Bagian Administrasi Pemerintahan Umum, Rabu (23/5) menggelar Pelatihan Perbekel se Kabupaten Bangli dalam bidang Manajemen Pemerintahan Desa. tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dalam bidang Manajemen Pemerintahan Desa. (Sumber: http://metrobali.com/?p=7448) 2

3 Berdasarkan fakta di atas, menunjukan bahwa aparatur desa pun memiliki kemampuan maanajemen yang baik, karena desa yang memiliki kemampuan manajemen pemerintahan yang baik akan lebih mudah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena dengan dimilikinya kemampuan manajemen pemerintahan yang baik akan mempermudah pemerintah desa dalam mengurusi segala hal mengenai desa, terutama yang berkaitan dengan keuangan desa, sebab keuangan merupakan unsur penting dalam menjalankan pemerintahan desa yang mandiri, dimana sebagian besar pembiayaan desa dibiayai sendiri oleh desa. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dalam pasal 67 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa segala pembiayaan atau pengeluaran desa harus melalui anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). APBDes itu sendiri terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan ditetapkan dengan peraturan desa, yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang bertujuan untuk mengelola kegiatan-kegiatan penting dan strategis di desa, dimana pembiayaannya bersumber pada pos pendapatan desa.

Sumber pendapatan desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tentang Desa yang disebutkan dalam pasal 68 ayat (1) huruf a dan b terdiri atas: a. Pendapatan Asli Desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Contoh lain-lain PADes yang sah seperti: tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa, dan lain-lain kekayaan milik desa. b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) untuk desa, dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukan bagi desa. 4 Pemerintah desa yang berupaya menciptakan kemandirian di wilayahnya akan lebih mengandalkan pendapatan yang berasal dari sumber-sumber pendapatan asli desa itu sendiri dalam pembiayaan segala urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa, dari pada lebih mengandalkan pendapatan yang berasal dari pemerintah atasnya. Pendapatan asli desa akan dapat terus mengalir bahkan meningkat jumlahnya apabila pemerintah desa mampu mengelola dengan baik sumbersumber pendapatan asli desanya sehingga pendapatan asli desa tersebut mampu menghasilkan secara optimal. Selama ini banyak desa yang masih sangat tergantung terhadap Kabupaten/Kota atasnya dalam hal anggaran sehingga proses pembangunan di desa juga mengalami ketergantungan bantuan dari Kabupaten/Kota atasnya. Upaya desa untuk menyediakan fasilitas publik yang ada di desa yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pun mengalami hambatan karena minimnya dana yang tersedia.

5 Pemerintah desa yang memiliki kecakapan dalam pengelolaan keuangan desa, terutama kemampuan dalam menggali sumber-sumber pendapatan asli inilah yang akan mampu menciptakan kemandirian desa. Kemampuan dalam menjaga dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan asli desa agar mampu terus menghasilkan inilah yang menjadi tantangan bagi pemerintah desa. Hal ini menjadi penting karena pendapatan asli desa diketahui merupakan sumber dana yang digunakan dalam penyusunan APBDes untuk menyelenggarakan pemerintahan desa yang bertujuan mengelola kegiatan-kegiatan penting dan strategis di desa. Berdasarkan pra-riset yang penulis lakukan pada tanggal 30 April 2012 di Kampung Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dalam Peraturan Kampung tentang Anggaran Penerimaan dan Belanja Kampung (APBK/APBDes) diketahui bahwa sumber penerimaan untuk keperluan belanja rutin dan belanja pembangunan masih mengandalkan bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai sumber pembiayaan utama. Peraturan Kampung Tanggulangin pada tahun 2010 menunjukan penerimaan APBK Rp. 393.894.000,00 dan mengalami penurunan pada tahun 2011 yang hanya mencapai Rp. 388.587.000,00. Penerimaan Kampung Tanggulangin yang berasal dari Pendapatan Asli Kampung (PAK/PADes) pada tahun 2010 dan 2011 sebenarnya tidak mengalami perubahan, yaitu tetap berjumlah Rp. 86.500.000,00. Pengurangan penerimaan pendapatan terjadi karena adanya pengurangan dari pos bantuan pemerintah propinsi yang semula pada tahun 2010

6 berjumlah Rp. 20.074.000,00 menjadi Rp. 14.767.000,00 pada tahun 2011. Fakta ini menunjukan bahwa Pemerintah Kampung Tanggulangin mampu menjaga jumlah penerimaan pendapatan yang bersumber dari pendapatan asli desa, akan tetapi belum mampu untuk meningkatkan penerimaan pendapatan desa yang bersumber dari pendapatan asli desa. Fakta tersebut juga mengindikasikan bahwa aparatur Kampung Tanggulangin kurang memiliki inovasi untuk meningkatkan jumlah penerimaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Kampung. (Sumber: APBK Tanggulangin Tahun 2010 dan 2011, data diolah kembali oleh penulis). Pelaksana tugas Sekertaris Kampung Tanggulangin Bapak Sucipto dalam wawancara pada tanggal 30 April 2012, menyatakan bahwa setiap kegiatan yang akan dilaksanakan pemerintah Kampung Tanggulangin selalu terlebih dahulu diadakan musyawarah bersama seluruh aparat pemerintahan kampung dan para tetua kampung, baik itu kegiatan yang bersifat perayaan maupun kegiatan pembangunan. Sedangkan untuk pengelolalan sumbersumber asli desa hanya dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentu saja semakin menguatkan indikasi bahwa aparatur kampong kurang atau bahkan tidak memiliki inovasi untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Kampung. Sumber Pendapatan Asli Kampung Tanggulangin antara lain tediri dari pasar kampung, gedung serba guna kampung, tanah bengkok, pungutan jasa administrasi, dan lain-lain penerimaan yang sah.

7 Pengelolaan sumber-sumber Pendapatan Asli Kampung Tanggulangin, ada yang pengelolaannya sepenuhnya dilaksanakan oleh aparatur kampung dan ada yang pengelolaannya sebagian diserahkan pada pihak lain untuk membantu aparatur kampung dalam mengelola sumber-sumber Pendapatan Asli Kampung. Pasar kampung sebagai sumber Pendapatan Asli Kampung dengan penerimaan terbesar pada Kampung Tanggulangin, yaitu berjumlah Rp. 44.000.000,00 pada tahun 2010 dan 2011, dalam pengelolaannya dibantu oleh individu-individu yang menjabat sebagai kepala pasar dan bendahara pasar. Selain itu gedung serba guna kampung Tanggulangin juga pengelolaannya diserahkan kepada individu yang disebut dengan penjaga gedung. Berdasarkan pada uraian tersebut di atas maka penulis akan melakukan penelitian tentang Pengelolaan Sumber-Sumber Pendapatan Asli Kampung dalam Meningkatkan Penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung pada Kampung Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengelolaan Sumber-sumber Pendapatan Asli Kampung dalam Meningkatkan Penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBK) pada Kampung Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.

C. Tujuan Penelitian 8 Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Pengelolaan Sumber-sumber Pendapatan Asli Kampung dalam Meningkatkan Penerimaan APBK di Kampung Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2011. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan tentang pengelolaan sumbersumber pendapatan asli desa/kampung dalam meningkatkan penerimaan APBDes/APBK pada Kampung Tanggul Angin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Aparat Pemerintah Kampung Tanggulangin tentang pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli desa/kampung dalam meningkatkan penerimaan APBDes/APBK.