BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia. cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB 1 PENDAHULUAN. larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari. Namun, kecanduan dalam merokok masih belum bisa lepas dari masyarakat di dunia. WHO memperkirakan prevalensi orang merokok setiap tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The Tobacco Atlas 3rd edition 2009 terkait persentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk Eropa Timur dan pecahan Uni Soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat, 8% pada penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu, ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Vietnam (14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malysia (2,90%), Kamboja (2,07%), Laos (1,23%), Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%). (1) World Health Organization (WHO,2011) memprediksi bahwa pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau akan menjadi masalah kesehatan utama di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahun dimana separuhnya terjadi di Asia. Kematian di Asia akibat masalah tembakau akan meningkat hampir 4 kali lipat dari 1,1 juta (tahun 1990) menjadi 4,2 juta (tahun 2020). (2) Indonesia merupakan salah satu negara tertinggi angka prevalensi merokoknya didunia, dengan 46,8% laki-laki dan 3,1% perempuan usia 10 tahun keatas yang diklasifikasikan sebagai perokok. Jumlah perokok mencapai 62,8 juta, 40% diantaranya berasal dari kalangan ekonomi bawah. (3) 1

2 Perokok Indonesia mampu menghabiskan 182 miliar batang rokok pertahunnya. Memang, satu dari setiap tiga orang dewasa di Indonesia merokok. Lebih dari setengah rumah tangga Indonesia mempunyai sedikitnya satu orang perokok. Hampir semuanya (91,8%) perokok itu merokok di dalam rumah. Oleh karena itu, diperkirakan lebih dari 97% penduduk Indonesia terpapar asap rokok secara tetap disekitar rumah mereka. Sebanyak 43 juta diantaranya adalah anak-anak berusia 0-14 tahun. (4) Rata-rata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur 10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi penduduk umur 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam Riskesdas (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%). (4) Data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) menginformasikan bahwa sebanyak 6,5 juta orang Indonesia dewasa menderita berbagai penyakit karena merokok. Selain dampaknya terhadap kesehatan perilaku merokok juga sangat jelas berhubungan dengan kemiskinan. (2) Dampak ekonomi akibat rokok begitu jelas terlihat, yaitu sebanyak 74303 perokok aktif di Indonesia mengeluarkan lebih dari 1 juta rupiah untuk biaya konsumsi rokok perbulan. Mengingat kompleksnya permasalahan akibat rokok yang berdampak bagi kesehatan maupun sosial ekonomi maka dilakukan upaya-upaya pengendalian konsumsi tembakau di berbagai negara. Melalui lembaga WHO, pada tahun 2003 telah disepakati adanya Framework Convention On Tobacco Control

3 (FCTC) yaitu sebuah instrumen hukum internasional untuk mendukung negaranegara anggota WHO dalam mengembangkan program pengendalian tembakau di tingkat nasional, yang hingga saat ini sudah ada 169 negara meratifikasi. Penyebaran informasi tentang pengaruh buruk dari perilaku merokok yang semakin meluas, maka semakin banyak individu yang ingin berhenti merokok tetapi banyak kesulitan yang dihadapi, sehingga banyak yang belum berhasil. Kesulitan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu karena faktor ketergantungan nikotin yang bersifat adiktif dan faktor psikologis karena merasa kehilangan kegiatan tertentu. Tekanan dalam pergaulan sosial yang dianggap tidak sopan karena menolak rokok. Oleh sebab itu, sangat diperlukan bantuan dan dukungan dari semua pihak, bagi individu yang sudah berniat untuk berhenti merokok. (5) Sejak tahun 1999, di Indonesia sudah dimulai upaya pengendalian konsumsi tembakau. Pengurangan dan pemberhentian merokok menjadi kewajiban semua pihak. Profesi kesehatan, baik tenaga medis maupun non medis salah satu elemen terpenting dalam pelaksanaan promosi kesehatan berhenti merokok dan menjadi contoh bagi masyarakat. Kebiasaan merokok pada petugas kesehatan harus segera dihentikan. Caranya dengan memberi intruksi secara tegas kepada pasien untuk berhenti merokok. Namun hingga saat ini peran tenaga kesehatan dalam upaya mengurangi konsumsi jumlah tembakau belum optimal. Lebih prihatinnya lagi, masih banyak tenaga kesehatan yang mengkonsumsi rokok bahkan ditempat umum. Hal ini menunjukan kurangnya kepedulian tenaga kesehatan terhadap upaya promosi kesehatan berhenti merokok bagi pasien dan masyarakat. Seharusnya petugas kesehatan mempunyai peran yang penting dan strategis dalam upaya mengurangi dan menghilangkan kebiasaan merokok di masyarakat. Dengan melaksanakan promosi kesehatan untuk berhenti merokok bagi pasien dan masyarakat. (5)

4 Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesi yang lain adalah terlaksananya Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Dalam peraturannya disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok disetiap wilayahnya termasuk fasilitas pelayanan kesehatan. Peraturan ini bertujuan untuk perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok dan memberikan ruang serta lingkungan yang bersih dan sehatn bagi masyarakat. (6) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, salah satu tugas pokok Puskesmas adalah Promosi Kesehatan. (6) Hal ini di dasari bahwa setiap masalah kesehatan pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-masalah kesehatan. (7) Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014, dari 10 indikator Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) persentase paling rendah adalah tidak merokok yaitu sebanyak 53,69% dengan target 70%. Ini menunjukkan bahwa belum maksimalnya promosi kesehatan berhenti merokok di Kota Padang. Puskesmas Pauh adalah salah satu Puskesmas yang belum optimal dalam pencapaian target promosi kesehatan prilaku hidup bersih dan sehat terutama pada indikator tidak merokok yaitu 20,7% dari target 70%. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan staff bidang promosi kesehatan, penyebabnya yaitu tenaga yang

5 kurang kompeten dalam menjalankan setiap program yang ada dan belum maksimalnya koordinasi lintas program dalam memberikan promosi kesehatan. Selain itu, media pendukung dalam promosi kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan penyuluhan baik langsung ataupun tidak langsung sangat sedikit khususnya untuk promosi kesehatan berhenti merokok. Ini menimbulkan tidak maksimalnya penyuluhan yang disampaikan sehingga masyarakat kurang termotivasi. Dari observasi awal yang dilakukan, masih banyak masyarakat yang merokok dikawasan tempat tinggal dan terpapar dengan istri serta anak-anaknya. Secara tidak langsung, ini dapat membahayakan kesehatan keluarga terutama anakanak mereka. Dalam pencapaian target promosi kesehatan berhenti merokok dalam rangka penurunan angka perokok aktif di wilayah kerja Puskesmas Pauh, peran tenaga kesehatan sangat penting. Berhasil atau tidaknya promosi kesehatan tergantung pada tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat terkait bahaya merokok bagi kesehatan dan lingkungan semenarik mungkin. Promosi kesehatan akan lebih maksimal jika dibantu dengan media informasi yang dapat menarik perhatian pasien dan masyarakat agar nantinya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik. Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pelaksanaan program promosi kesehatan berhenti merokok di wilayah kerja Puskesmas Pauh Padang tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program promosi kesehatan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhenti merokok di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mendapatkan informasi mendalam mengenai pelaksanaan program merokok di Puskesmas Pauh. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mendapatkan informasi mendalam tentang pelaksanaan program merokok di Puskesmas. 2. Mendapatkan informasi mendalam tentang input pelaksanaan program merokok di Puskesmas. 3. Mendapatkan Didapatkannya informasi mendalam tentang proses pelaksanaan program promosi kesehatan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhenti merokok di Puskesmas. 4. Mendapatkan informasi mendalam tentang output pelaksanaan program merokok di Puskesmas. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis; mendapatkan pengalaman berharga dan menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan. 2. Bagi Puskesmas; menjadi masukan dan evaluasi bagi pihak Puskesmas Pauh dalam pelaksanaan promosi kesehatan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhenti merokok sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan

7 pemahaman agar dapat berhenti merokok karena berdampak negatif pada diri sendiri dan orang lain. 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ; sebagai pedoman bagi rekan-rekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas untuk penulisan dan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pelaksanaan program promosi kesehatan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhenti merokok. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu Analisis Pelaksanaan Program Promosi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kesehatan Berhenti Merokok. Hal ini dilihat dari unsur-unsur input, proses, dan output dari pelaksanaan promosi kesehatan tersebut.