BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

1.PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional, jagung termasuk dalam tanaman serealia atau biji-bijian yang dapat hidup pada iklim tropis maupun subtropis, jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan (food) tetapi juga digunakan sebagai bahan pakan (feed) dan industri, bahkan sudah mulai digunakan sebagai bahan bakar alternatif (Biofuel). Kedudukan jagung sebagai bahan pangan nasional merupakan makananpokok utama setelah beras, sehingga menjadi penyangga ketahanan pangannasional. Perbaikan perekonomian nasional yang ditandai dengan meningkatnyapendapatan perkapita, proporsi jagung sebagai bahan pangan tergeserkanmenjadi bahan baku utama industri pakan ternak. Komponen utama (54 s.d60%) dalam ransum pakan ternak adalah jagung (Sinjal, 2009). Sebagianbesar (55%) produksi jagung nasional digunakan sebagai pakan, sisanya 30%untuk konsumsi pangan dan 15% untuk kebutuhan industri lain dan benih(hadijah 2009, Suharjito, 2011). Permintaan jagung terus mengalami peningkatan sebagai dampak dari berkembangnya industri peternakan, terutama peternakan ayam petelur, hal ini dikarenakan jagung memiliki kandungan energi, protein, dan gizi lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas, kebutuhan jagung meningkat setiap tahunnya mengikuti perkembangan industri peternakan. Peningkatan permintaan jagung oleh industri pakan, pangan dan industriturunan berbasis jagung (integrated corn industry) menyebabkan permintaanjagung terus meningkat.laju peningkatan permintaan jagung lebih besar bila dibandingkan dengan lajupertumbuhan produksi jagung, akibatnya harga jagung terus meningkat dari tahun ke tahun (Mawardi, 2007). Produksi jagung dalamnegeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga kedepan jagung memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pakan, pangan, dan insustri lainnya.

Angka produksi jagung sendiri setiap tahunnya memilikikecenderungan naik diiringi angka produktivitas yang juga terus meningkat. PadaTabel 1 dapat dilihat tingkat produksi jagung dari tahun 2006 yang hanya 11.609.463 ton meningkat setiap tahun hingga tahun 2015 yaitu 19.612.435 ton,sedangkan produktivitias sendiri telah naik pada tahun 2006 dengan nilai 3,47ton/ha menjadi 5,2 ton/ha pada tahun 2015. Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui bahwa dari tahun 2006-2010 dan 2010-2015 peningkatan angka produksi jagung rata-rata setiap tahun adalah sebesar 0,91 % dan 2,62 %,peningkatan laju produksi jagung dalam negeri ini dipengaruhi oleh tingginyapermintaan pakan ternak dari industri peternakan, hal ini didukung oleh pendapat Haryono (2012) dalam Budiono dan Ahmad Syaichu (2014) bahwaproporsi penggunaan jagung untuk pakan terhadap total kebutuhan jagungmencapai 83% dan Tangenjaya B, Yusmichad Y, dan Ilham (2002) bahwa komposisi pakan yang berasaldari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54% dan ayam petelur 47,14%. Tabel 1. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Jagung di Indonesia 2006-2015 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Perkembangan( %/Thn) 2006-2010 2010-2015 2014-2015 Produksi (Ton) 11.609.463 13.287.527 16.317.252 17.629.748 18.327.636 17.643.250 19.387.022 18.511.853 19.008.426 19.612.435 0,91 2,62 2,18 Sumber : Badan Pusat Statistik (2016) Luas Panen(hektar) 3.345.806 3.630.324 4.001.724 4.160.659 4.131.676 3.869.692 3.957.595 3.821.504 3.837.019 3.787.367 5,56 7,89 6,79 Produktivitas (Ton/Ha) 3,47 3,66 4,08 4,24 4,44 4,57 4,9 4,8 5,0 5,2 4,65 5,27 4,61 Di Sumatera Barat program swasembada jagung untuk memenuhi kebutuhan daerah telah tercapai pada tahun 2006 dengan total produksi sebesar 202.298 ton dari kebutuhan 79.122 ton. Sekitar 49,3 % dari total produksi ini merupakan kontribusi dari Kabupaten Pasaman Barat sebagai sentra produksi

utama (Mawardi, 2007). Sentra produksi jagung yang lainnya dihasilkan dari wilayah sentra penyangga produksi jagung yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Agam, Pasaman, Solok Selatan, Tanahdatar, dan Padang Pariaman. Tabel 2. Produksi,Luas Panen, Produktivitas, dan Kebutuhan jagung Sumatera Barat Tahun 2006-2015 Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Hektar) Produktivitas (Ton/Ha) Kebutuhan (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 202.298 223.233 351.843 404.795 354.262 471.849 495.497 547.417 605.352 602.549 43.009 43.182 63.219 70.882 59.801 71.116 75.657 81.665 93.097 87.825 4,7 5,1 5,6 5,7 5,9 6,6 6,5 6,7 6,5 6,9 123.772 147.960 123.176 209.006 215.020 333.779 360.190 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Sumatera Barat (2016) Di Kabupaten Pasaman, khususnya daerah KecamatanTigo Nagari, Kecamatan Panti, Kecamatan Rao, dan Kecamatan Rao Selatan, merupakan daerah yang memiliki potensi produksi jagung yang cukup tinggi (DinasPertanian Pasaman, 2016). Jagung yang ditanam di Kabupaten Pasaman mayoritas berjenis hibrida dan hasilnya digunakan untuk pakan ternak. Tabel 3. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Pasaman Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi ( Ton) 3.267 6.412 8.742 8.080 15.616 16.180 42.230 55.242 Luas Panen ( hektar) 809 1.581 2.159 1.617 2.752 3.302 7.470 8.717 Sumber : Badan Pusat Statistik (2016) Produktivitas ( Ton/Ha) 4,0 4,1 4,1 5,0 5,7 4,9 5,7 6,3

Pengembangan usaha jagung di Kabupaten Pasaman, kususnya petani jagung masih terkendala dalam masa tanam atau masa jagung yang sifat tanamnya musiman dan dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efisiennya kinerja rantai pasok. Sehingga, Manajemen Rantai Pasok memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis jagung dan perlu dilakukan dengan baik, (Nuri, 2012) dalam (Budiono dan Ahmad Syaichu, 2014). Penanggulangan masalah persediaan jagung memerlukan kajian terhadap dinamika komoditas jagung. Dinamika komoditas jagung ini dapat dilihat melalui suatu rantai kegiatan yang dimulai dari penanganan pascapanen, penyimpanan, dan distribusi atau pemasaran komoditas sampai ke tangan konsumen. Rantai tersebut adalah rantai pasok yang merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas komoditas yang tinggi memerlukan suatu pengelolaan yang baik pada setiap tahapan mata rantai pasok tersebut. Jagung secara umum mempunyai karakteristik antara lain: (1) produk mudah rusak jika setelah panen dan penggilingan tidak langsung dikeringkan, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi. Ketiga faktor ini perlu dipertimbangkan dalam menganalisis Manajemen Rantai Pasok Jagung, dan sebagai konsekuensi sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan. Manajemen Rantai Pasok merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Jagung di kabupaten Pasaman umumnya dikonsumsi dalam bentuk pipilan, akan tetapi ini diperuntukkan untuk konsumsi peternakan ayam petelur. Petani yang menjadi pelaku utama dalam hal ini umumnya tidak mendapat keuntungan yang optimal, karena semakin panjang rantai pasok maka akan memperlemah posisi tawar petani, selain itu petani juga menjadi pihak yang kurang diuntungkan karena keterbatasan lahan, dan juga kurang menguasai informasi harga serta keterbatasan pengetahuan. Semakin lemahnya posisi tawar petani membuat petani tidak dapat menentukan harga komoditas tanamannya.

1. 2. Perumusan Masalah Saat ini, permintaan jagung yang tinggi terutama dipicu oleh kebutuhan untukmenghasilkan pakan ternak. Pada kenyataannya pemanfaatan jagung yang semulauntuk bahan makanan langsung, kini telah berubah menjadi komoditas industri peternakan.hal ini dipicu oleh pemenuhan gizi masyarakat yang berasal dari protein hewaniseperti, unggas dan ternak ruminansia. Kebutuhan pemenuhan gizi yang berasaldari hewan terus mengalami peningkatan dan mendorong berkembangan usaha peternakan yang memerlukan pakan buatan yang komponen utamanya adalahjagung. Maka untuk menyediakan gizi yang bermutu, perlu digiatkan produksi jagung. Jagung untuk bahan bakuindustri peternakan yaitu jagung gigi kuda (Zea MaysIndentata) yang umumnya berwarna kuning. Jagung tersebut ditanam pada lahansawah atau lahan kering beriklim basah dengan menerapkan teknologi maju. Permasalahan yang dihadapi jagung di Pasaman berkaitan dengankegiatan pemasaran yang dilakukan petani, pedagang pengumpul, pedagang besardanpeternak ayampetelur. Permasalahan-permasalahan tersebut timbul karena petani tidak mendapatkan informasi yangcukup mengenai kebutuhan peternak ayam petelur tentang kualitas jagung yang harusmemenuhi syarat yang telah ditentukan yaitu kadar air dibawah 18%, sehinggadampaknya pedagang besar kesulitan dalam memenuhi jumlah pasokan yang telahdisepakati antara pedagang besar dan peternak ayam petelur. Kesulitan memenuhi jumlah pasokan, maka pedagang besar menerapkansistem grading jagung kepada pedagang pengumpul, dampakanya pedagangpengumpul berspekulasi mengenai harga sehingga mereka tidak berani membeli jagungdi petani dengan harga yang tinggi. Uraian diatas mengindikasikan bahwa rantai pasok jagung di Pasaman belum berjalan dengan baik, hal ini tercermin dari spekulasi harga yang dilakukanoleh pedagang pengumpul. Perlu adanya perbaikan didalam rantai pasoksehingga didalam pelaksanaannya rantai pasok pemasaran lebih optimal dalammenyampaikan produk dari produsen ke konsumen begitu juga dengan konsumenlebih mudah mendapatkan produk dari produsen. Maka diperlukan penelitianrantai pasok dalam pemasaran jagung di Pasaman.

Berkaitan dengan suplai jagung Pasaman ke peternak ayam petelur,tentunya rantai pasok jagung di Pasaman merupakan hal yang sangat pentingdan apabila ingin memenuhi kebutuhan pasokan untuk industri peternakantentunyadibutuhkan sebuah gambaran kondisi rantai pasok untuk dapat mengoptimalisasiintegrasi rantai pasok secara kontinyu. Gambaran mengenai kondisi rantaipasok diperlukan untukmelihat sejauh mana sistem pemasaran yang berjalanantar anggota rantai pasok jagung di Pasaman, maka untuk mendapatkangambaran kondisi rantai pasok dalam pemasaran jagung di Pasaman dapatmenggunakan analisis Foot Supply Chain Network (FSCN) sesuai dengan Vorst (2006) karena kerangka tersebutdapat menjelaskan secara rinci mengenai struktur rantai, sasaran rantai,manajemen rantai, sumberdaya rantai, dan proses bisnis rantai. Penilaian marjin pemasaran sangatlah penting untuk dilakukan, karenapengukuran marjin pemasaran diperlukan untuk mengetahui sejauh mana optimalisasikegiatan pemasaran yang dilakukan anggota rantai pasok sehingga akan terlihatsejauh mana upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahandidalam pengelolaan rantai pasok tersebut. Beberapa hasil penelitianmenunjukkan bahwa untuk meningkatkan kinerja rantai pasok diperlukanintegrasi didalam rantai pasok dengan cara perencanaan bersama, mengurangi biaya pemesanan dengan melakukan outsourcingbahan baku setengah jadi, mengurangi waktu siklus dantingkat persediaan (Stanket al.,1999) dalam (Fajar, 2014), serta mengurangi ketidakpastian bisnis(childerhouse,2003) dengan penggunaan teknologi informasi untuk berbagiinformasi antar anggota rantai pasok. Peran yang dilakukan masing-masing anggota adalah sumber darikeunggulan-keunggulan kompetitif suatu rantai pasok (Porter, 1985) dalam (Asril, 2009), dalammemasarkan jagung anggota rantai pasok membentuk sistem pemasaran yangdidalamnya terdapat aliran pemasaran dimana pada setiap tingkatannya akanterbentuk nilai tambah tersendiri. Pada sistem pemasaran jagung terdapatkegiatan-kegiatan pemasaran yang dilakukan anggota rantai pasok, kegiatan yangdilakukan tersebut memiliki nilai. Nilai yang didapatkan anggota rantai pasokpada proses pemasara tersebut merupakan nilai tambah.

Berdasarkan uraian diatas, beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan meliputi : 1. Bagaimanakah profil rantai pasok jagung di Pasaman? 2. Berapakahmargin pemasaranjagung di Pasaman? 3. Berapakah nilai tambah yang dilakukan masing-masing anggota rantai pasok jagung di Kabupaten Pasaman? 1. 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui profil rantai pasok jagung di Kabupaten Pasaman 2. Mengetahui marjin pemasaran jagungdi Kabupaten Pasaman 3. Mengetahui nilai tambah pada masing-masing tingkatan rantai pasok jagungdi Kabupaten Pasaman. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi stakeholder dan pengambil kebijakan untuk pengembangan wawasan dan menganalisis permasalahan rantai pasok jagung melalui gambaran tentang profil rantai pasok, marjin pemasaran, dan nilai tambah pada masing-masing tingkatan rantai pasok jagungdi Kabupaten Pasaman dimasa mendatang.penelitian ini juga diharapkan memberikan informasi awal yang berguna dalam pengembangan topik-topik penelitian lanjutan bagi para akademisi dan peneliti mengenai rantai pasok jagung.