11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan memberikan efek, pengaruh, akibat, atau hasil yang memuaskan. Dengan kata lain, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Fauzi, 2002 : 68) mengemukakan bahwa : secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan b
12 Dengan kata lain, pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Dengan terlibatnya siswa dalam pencarian informasi maka hasil belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir, intensitas bertanya, serta interaksi yang baik. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah keberhasilan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas bertanya siswa selama proses pembelajaran dan pemahaman konsep matematis siswa setelah proses pembelajaran. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang anggota yang heterogen, berbeda jenis kelamin, latar belakang, suku, dan tingkat kecerdasan. Dengan keheterogenan tersebut mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyerap dan mentransfer informasi, menyelesaikan tugas, atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Abdurrahman (2009: 122) mengatakan bahwa kelompok. Dalam belajar kooperatif anak tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan urunan bagi keberhasilan kelompok karena nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh rata-
13 Menurut Lie (2008: 58). Numbered Heads Together (NHT) merupakan tipe pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), yang ber tujuan untuk mendorong siswa meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat. Nurhadi (2004: 121) mengungkapkan tahapan-tahapan pelaksanaan NHT sebagai berikut Numbering) Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. 2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. 3. Berpikir Bersama (Head Together) Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut 4. Pemberian Jawaban (Answering) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh Pemberian nomor pada model NHT akan membuat aktivitas siswa lebih terstruktur baik dalam diskusi maupun saat mengungkapkan hasil diskusi. Nurhadi Numbered Heads Together merupakan metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola- Hal ini sesuai dengan Lie (2008: 56) kesempatan bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga dapat Penomoran siswa berfungsi pada saat pemberian jawaban. Guru akan menyebutkan nomor dan siswa yang bersangkutan akan mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Salah satu nomor yang
14 dipanggil untuk mewakili kelompoknya memberikan jawaban secara bergantian, tetapi siswa yang akan mewakili kelompoknya tidak diberitahukan terlebih dahulu. Giliran dalam mewakili kelompok untuk mempresentasikan atau memberikan jawaban hasil diskusi kelompoknya dilakukan untuk memastikan keterlibatan seluruh siswa. Berdasarkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT melalui tahapannya, siswa diarahkan untuk bekerjasama dalam kelompoknya, saling bertukar pikiran, mengemukakan pendapat, dan saling mengemban tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa seluruh anggota kelompoknya harus memiliki kemampuan memahami seluruh jawaban dari semua pertanyaan yang diajukan, sehingga dalam proses pembelajaran yang aktif melakukan aktivitas adalah siswa. Dari uraian-uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan ciri khasnya adalah penomoran siswa pada masing-masing kelompok. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis siswa. 3. Aktivitas Bertanya Salah satu kunci keberhasilan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah aktivitas. Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur paling penting dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Slameto (2003: 36) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran dengan aktivitas
15 akan membuat siswa berpikir dan kemudian mengeluarkan kembali dalam bentuk berbeda. Karena itu dalam pembelajaran guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Siswa yang melakukan aktivitas belajar sendiri lebih mudah mengerti tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Banyak jenis-jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa pada poses belajar mengajar. Diedrich dalam Sardiman (2005: 101) membuat suatu daftar kegiatan siswa yang digolongkan sebagai berikut : 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato. 4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan masalah,menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, Menurut Diedrich dalam Sardiman (2005: 103), salah satu aktivitas yang umumnya dilakukan siswa adalah bertanya. Bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan orang lain yang berada di kelas atau sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.
16 Menurut Siswoyo (2010), dalam kegiatan pembelajaran, bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Pada kegiatan pembelajaran di kelas, bertanya dapat diterapkan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lain dan antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke dalam kelas. Aktivitas bertanya dapat ditemukan pada kegiatan diskusi, kerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati. Kegiatankegiatan tersebut akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya. Menurut Nurhadi (2004), dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 2). Mengecek pemahaman siswa 3). Memecahkan persoalan yang dihadapi 4). Membangkitkan respon kepada siswa 5). Mengetahui sejauh mana keinginan siswa 6). Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 7). Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehandaki guru 8). Untuk membangkitkan labih banyak lagi pertanyaan dari siswa Aktivitas bertanya juga akan terjadi ketika siswa berdiskusi dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mendorong atau menumbuhkan dorongan untuk bertanya. 4. Pemahaman Konsep Matematis Dalam kamus Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan
17 matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadia pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut Dimyati (2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan
18 syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep. Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep No Indikator Ketentuan Skor 1 Menyatakan ulang a. Tidak menjawab 0 suatu konsep b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 c. Menyatakan ulang suatu konsep 2 2 Mengklasifikasikan a. Tidak menjawab 0 objek menurut sifat b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu 1 tertentu sesuai tetapi tidak sesuai dengan konsepnya dengan konsepnya c. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu 2 sesuai dengan konsepnya. 3 Memberi contoh dan a. Tidak menjawab 0 non contoh b. Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2 4 Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika 5 Menyatakan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep 6 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu 7 Mengaplikasikan konsep B. Kerangka Pikir a. Tidak menjawab 0 b. Menyatakan konsep dalam bentuk representasi 1 matematika tetapi salah c. Menyatakan konsep dalam bentuk representasi matematika dengan benar a. Tidak menjawab 0 b. Menyatakan syarat perlu dan syarat cukup suatu 1 konsep tetapi salah c. Menyatakan syarat perlu dan syarat cukup suatu 2 konsep dengan benar a. Tidak menjawab 0 b. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tetapi salah c. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu dengan benar a. Tidak menjawab 0 b. mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2 (Sartika, 2011 : 22) 2 1 2 Penelitian tentang efektivitas pembelajaran matematika dengan NHT terhadap aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi
19 variabel bebas adalah NHT dan yang menjadi variabel terikat adalah aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis. Belajar merupakan suatu proses yang membuat perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang diperolehnya. Untuk dapat memproses perolehan pengalaman belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Oleh karena itu, aktivitas memiliki peranan penting dalam suatu pembelajaran. Salah satu aktivitas yang sering dijumpai dalam pembelajaran adalah aktivitas bertanya. Bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang masih dalam lingkungan kelas tersebut. Bertanya merupakan salah satu induk dalam strategi yang mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu dan memperoleh informasi sehingga melatih siswa untuk berfikir kritis. Untuk mendorong para siswa secara aktif dapat menganalisa dan mengeksplorasi gagasan-gagasan, pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat dijadikan rangsangan siswa untuk berfikir, berdiskusi dan berspekulasi Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, langkah pertama dalam pembelajaran dimulai dari tahap penomoran pada siswa di tiap-tiap kelompok dan setiap anggota kelompok memiliki nomor yang berbeda. Langkah kedua yaitu pengajuan pertanyaan pada masing-masing kelompok. Pengajuan pertanyaan berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan oleh guru kepada tiap kelompok dan dikerjakan siswa secara bersama pada masing-masing kelompok. Langkah ketiga adalah berfikir bersama atau berdiskusi. Dalam berdiskusi siswa berpikir bersama untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKK. Siswa dengan
20 kemampuan rendah dapat bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi atau guru, sehingga akan terjadi aktivitas bertanya siswa selama pembelajaran. Kemudian langkah terakhir atau langkah keempat adalah pemberian jawaban. Dalam langkah ini, guru memilih satu nomor dan siswa dengan nomor yang dipilih akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk terpilih. Hal ini menyebabkan setiap anak berusaha mengetahui jawaban dari setiap permasalahan. Secara individu, siswa berusaha memahami setiap permasalahan karena merasa dirinya akan terpilih untuk mempresentasikan hasil diskusi dan akan merasa malu jika tidak mampu menjawab permasalahan yang diberikan. Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk bertanya. Dalam presentasi siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa lain memperhatikan presentasi dan memberikan tanggapan. Akivitas bertanya siswa yang baik akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Siswa yang bertanya akan mendapatkan informasi atau ilmu baru yang belum ia ketahui, pemahamannya terhadap materi akan bertambah. Semakin siswa banyak bertanya, semakin paham ia terhadap materi yang dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT diharapkan dapat membuat siswa aktif bertanya dan memahami konsep matematis dengan baik. C. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah 1. Faktor-faktor mempengaruhi yang tidak diteliti dalam penelitian ini diabaikan. 2. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa sama.
21 D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Umum Hipotesis dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT efektif diterapkan pada pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012 ditinjau dari aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis siswa. 2. Hipotesis Kerja Hipotesis kerja dirumuskan sebagai berikut : a. Aktivitas bertanya siswa dalam pembelajaran dengan NHT lebih baik dari aktivitas bertanya siswa dengan pembelajaran konvensional. b. Pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran dengan NHT lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional.