II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

Transkripsi:

11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan memberikan efek, pengaruh, akibat, atau hasil yang memuaskan. Dengan kata lain, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Fauzi, 2002 : 68) mengemukakan bahwa : secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan b

12 Dengan kata lain, pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Dengan terlibatnya siswa dalam pencarian informasi maka hasil belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir, intensitas bertanya, serta interaksi yang baik. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah keberhasilan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas bertanya siswa selama proses pembelajaran dan pemahaman konsep matematis siswa setelah proses pembelajaran. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang anggota yang heterogen, berbeda jenis kelamin, latar belakang, suku, dan tingkat kecerdasan. Dengan keheterogenan tersebut mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyerap dan mentransfer informasi, menyelesaikan tugas, atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Abdurrahman (2009: 122) mengatakan bahwa kelompok. Dalam belajar kooperatif anak tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan urunan bagi keberhasilan kelompok karena nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh rata-

13 Menurut Lie (2008: 58). Numbered Heads Together (NHT) merupakan tipe pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992), yang ber tujuan untuk mendorong siswa meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mendiskusikan jawaban yang paling tepat. Nurhadi (2004: 121) mengungkapkan tahapan-tahapan pelaksanaan NHT sebagai berikut Numbering) Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. 2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. 3. Berpikir Bersama (Head Together) Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut 4. Pemberian Jawaban (Answering) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh Pemberian nomor pada model NHT akan membuat aktivitas siswa lebih terstruktur baik dalam diskusi maupun saat mengungkapkan hasil diskusi. Nurhadi Numbered Heads Together merupakan metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola- Hal ini sesuai dengan Lie (2008: 56) kesempatan bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga dapat Penomoran siswa berfungsi pada saat pemberian jawaban. Guru akan menyebutkan nomor dan siswa yang bersangkutan akan mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Salah satu nomor yang

14 dipanggil untuk mewakili kelompoknya memberikan jawaban secara bergantian, tetapi siswa yang akan mewakili kelompoknya tidak diberitahukan terlebih dahulu. Giliran dalam mewakili kelompok untuk mempresentasikan atau memberikan jawaban hasil diskusi kelompoknya dilakukan untuk memastikan keterlibatan seluruh siswa. Berdasarkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT melalui tahapannya, siswa diarahkan untuk bekerjasama dalam kelompoknya, saling bertukar pikiran, mengemukakan pendapat, dan saling mengemban tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa seluruh anggota kelompoknya harus memiliki kemampuan memahami seluruh jawaban dari semua pertanyaan yang diajukan, sehingga dalam proses pembelajaran yang aktif melakukan aktivitas adalah siswa. Dari uraian-uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan ciri khasnya adalah penomoran siswa pada masing-masing kelompok. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis siswa. 3. Aktivitas Bertanya Salah satu kunci keberhasilan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah aktivitas. Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur paling penting dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Slameto (2003: 36) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran dengan aktivitas

15 akan membuat siswa berpikir dan kemudian mengeluarkan kembali dalam bentuk berbeda. Karena itu dalam pembelajaran guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Siswa yang melakukan aktivitas belajar sendiri lebih mudah mengerti tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Banyak jenis-jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa pada poses belajar mengajar. Diedrich dalam Sardiman (2005: 101) membuat suatu daftar kegiatan siswa yang digolongkan sebagai berikut : 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato. 4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan masalah,menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, Menurut Diedrich dalam Sardiman (2005: 103), salah satu aktivitas yang umumnya dilakukan siswa adalah bertanya. Bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan orang lain yang berada di kelas atau sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.

16 Menurut Siswoyo (2010), dalam kegiatan pembelajaran, bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Pada kegiatan pembelajaran di kelas, bertanya dapat diterapkan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lain dan antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke dalam kelas. Aktivitas bertanya dapat ditemukan pada kegiatan diskusi, kerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati. Kegiatankegiatan tersebut akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya. Menurut Nurhadi (2004), dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 2). Mengecek pemahaman siswa 3). Memecahkan persoalan yang dihadapi 4). Membangkitkan respon kepada siswa 5). Mengetahui sejauh mana keinginan siswa 6). Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 7). Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehandaki guru 8). Untuk membangkitkan labih banyak lagi pertanyaan dari siswa Aktivitas bertanya juga akan terjadi ketika siswa berdiskusi dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mendorong atau menumbuhkan dorongan untuk bertanya. 4. Pemahaman Konsep Matematis Dalam kamus Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan

17 matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadia pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut Dimyati (2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan

18 syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep. Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep No Indikator Ketentuan Skor 1 Menyatakan ulang a. Tidak menjawab 0 suatu konsep b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 c. Menyatakan ulang suatu konsep 2 2 Mengklasifikasikan a. Tidak menjawab 0 objek menurut sifat b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu 1 tertentu sesuai tetapi tidak sesuai dengan konsepnya dengan konsepnya c. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu 2 sesuai dengan konsepnya. 3 Memberi contoh dan a. Tidak menjawab 0 non contoh b. Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2 4 Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika 5 Menyatakan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep 6 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu 7 Mengaplikasikan konsep B. Kerangka Pikir a. Tidak menjawab 0 b. Menyatakan konsep dalam bentuk representasi 1 matematika tetapi salah c. Menyatakan konsep dalam bentuk representasi matematika dengan benar a. Tidak menjawab 0 b. Menyatakan syarat perlu dan syarat cukup suatu 1 konsep tetapi salah c. Menyatakan syarat perlu dan syarat cukup suatu 2 konsep dengan benar a. Tidak menjawab 0 b. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tetapi salah c. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu dengan benar a. Tidak menjawab 0 b. mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2 (Sartika, 2011 : 22) 2 1 2 Penelitian tentang efektivitas pembelajaran matematika dengan NHT terhadap aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi

19 variabel bebas adalah NHT dan yang menjadi variabel terikat adalah aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis. Belajar merupakan suatu proses yang membuat perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang diperolehnya. Untuk dapat memproses perolehan pengalaman belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Oleh karena itu, aktivitas memiliki peranan penting dalam suatu pembelajaran. Salah satu aktivitas yang sering dijumpai dalam pembelajaran adalah aktivitas bertanya. Bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang masih dalam lingkungan kelas tersebut. Bertanya merupakan salah satu induk dalam strategi yang mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu dan memperoleh informasi sehingga melatih siswa untuk berfikir kritis. Untuk mendorong para siswa secara aktif dapat menganalisa dan mengeksplorasi gagasan-gagasan, pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat dijadikan rangsangan siswa untuk berfikir, berdiskusi dan berspekulasi Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, langkah pertama dalam pembelajaran dimulai dari tahap penomoran pada siswa di tiap-tiap kelompok dan setiap anggota kelompok memiliki nomor yang berbeda. Langkah kedua yaitu pengajuan pertanyaan pada masing-masing kelompok. Pengajuan pertanyaan berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan oleh guru kepada tiap kelompok dan dikerjakan siswa secara bersama pada masing-masing kelompok. Langkah ketiga adalah berfikir bersama atau berdiskusi. Dalam berdiskusi siswa berpikir bersama untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKK. Siswa dengan

20 kemampuan rendah dapat bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi atau guru, sehingga akan terjadi aktivitas bertanya siswa selama pembelajaran. Kemudian langkah terakhir atau langkah keempat adalah pemberian jawaban. Dalam langkah ini, guru memilih satu nomor dan siswa dengan nomor yang dipilih akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk terpilih. Hal ini menyebabkan setiap anak berusaha mengetahui jawaban dari setiap permasalahan. Secara individu, siswa berusaha memahami setiap permasalahan karena merasa dirinya akan terpilih untuk mempresentasikan hasil diskusi dan akan merasa malu jika tidak mampu menjawab permasalahan yang diberikan. Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk bertanya. Dalam presentasi siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa lain memperhatikan presentasi dan memberikan tanggapan. Akivitas bertanya siswa yang baik akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Siswa yang bertanya akan mendapatkan informasi atau ilmu baru yang belum ia ketahui, pemahamannya terhadap materi akan bertambah. Semakin siswa banyak bertanya, semakin paham ia terhadap materi yang dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT diharapkan dapat membuat siswa aktif bertanya dan memahami konsep matematis dengan baik. C. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah 1. Faktor-faktor mempengaruhi yang tidak diteliti dalam penelitian ini diabaikan. 2. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa sama.

21 D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Umum Hipotesis dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT efektif diterapkan pada pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012 ditinjau dari aktivitas bertanya dan pemahaman konsep matematis siswa. 2. Hipotesis Kerja Hipotesis kerja dirumuskan sebagai berikut : a. Aktivitas bertanya siswa dalam pembelajaran dengan NHT lebih baik dari aktivitas bertanya siswa dengan pembelajaran konvensional. b. Pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran dengan NHT lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional.