BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan banyak pihak. Banyak berita yang mengungkap bahwa akuntan publik dianggap memiliki konstribusi dalam banyak kasus laporan keuangan serta kerugian bahkan kebangkrutan perusahaan. Pengalaman audit dijadikan suatu indikasi terhadap kasus yang banyak dijumpai. Independensi auditor yang mengacupadakode etik profesi seolah dijadikan alasan dan harus memikul tanggung jawab pihak lain yang seharusnya bertanggung jawab atas kegagalan itu. Pertimbangan tingkat materialitas seorang auditor mempengaruhi opini yang akan diberikan. Pengalaman audit seorang auditor juga dapat mempengaruhi kinerja dan opini yang diberikan. Sikap independensi auditor dapat memperkecil fraud yang dapat terjadi. Dengan berpedoman atas etika profesi, seorang auditor akan dituntut secara tidak langsung untuk bersikap profesional. Sikap profesionalisme telah menjadi bagian yang penting untuk profesi auditor, agar dapat menggambarkan kinerja auditor tersebut. Munculnya pandangan skeptis terhadap profesi akuntan publik memang beralasan karena cukup banyak laporan keuangan suatu perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, tetapi 1
2 justru mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. Misalnya, seperti kasus Bank Century yang melibatkan BPKsebagai badan yang ditunjuk untuk mengaudit hasil arus laporan keuangan yang terjadi dalam kasus Bank Century yang mengungkap adanya indikasi korupsi yang memunculkan pandangan skeptis terhadap peranan auditor dimana publik (masyarakat) memandang auditor yang kurang pengalaman audit serta bersikap tidakindependen, dan juga kurangnya sikap profesionalisme yang mengacu terhadap kode etik profesi auditor yang menimbulkan turunnya tingkat kepercayaan publik terhadap integritas pemeriksaan laporan keuangan dalam tingkat pertimbangan materialitas. (Kompas:2009) Para pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan jasa yang memiliki integritas dalam pengalaman audit, independen, dan profesional untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Pertimbangan Tingkat Materialitas seorang auditor adalah suatu kebijakan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor tentang karakteristik (misalnya integritas manajemen atau karyawan dan besarnya entitas yang akan diperiksa) lingkungan entitas yang diperiksa, dan area dalam laporan keuangan yang menjadi perhatian khusus pengguna laporan
3 keuangan. Tanpa adanya penelitian yang cukup serta pengalaman dalam situasi audit yang memiliki resiko tinggi, maka sikap skeptisme profesional tidak akan terbentuk pada akhirnya mengarah pada penyampaian opini yang tidak tepat.untuk mencapai keyakinan terhadap kewajaran informasi keuangan, maka konsep materialitas merupakan hal yang sangat penting guna mendeteksi salah saji materil yang disebabkan oleh ketidak patuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan materil terhadap penyajian laporan keuangan. Selain itu, pengalaman auditor juga menjadi acuan dalam proses pemeriksaan sehingga kebutuhan akan pertimbangan materialitas dalam pemeriksaan menjadi sangat penting bagi auditor. Pengalaman Audit juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menetapkan tingkat pertimbangan materialitas. Pengalaman audit dapat diartikan sebagai pengalaman auditor atas laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani. Alasan yang paling umum dalam menganalisis suatu masalah adalah ketidakmampuan menghasilkan dugaan yang tepat. Banyaknya kasus yang terjadi atas penentuan pertimbangan auditor disebabkan oleh pengalaman audit auditor tersebut, hal ini memunculkan ketidak percayaan para pengguna laporan keuangan terhadap auditor yang kurang pengalaman auditnya. Bazerman et al., (1997) mengemukakan bahwa seringkali akuntan bersifat subjektif dan ada hubungan yang erat antara kantor akuntan publik
4 (KAP) dan kliennya. Auditor yang paling jujur dan cermat sekalipun akan secara tidak sengaja mendistorsi angka-angka sehingga dapat menutupi keadaan keuangan yang sebenarnya dari suatu perusahaan.independensiseorang auditormerupakan sikap auditor untuk tidak memihak dalam proses pengauditan. Independensi terbagi menjadi dua aspek, yaitu : Independensi sikap mental, ditentukan oleh pikiran pemeriksa untuk bertindak dan bersikap independen dan Independensi penampilan, ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi pemeriksa.independensi serta seolah dijadikan alasan dan harus memikul tanggung jawab pihak lain yang seharusnya bertanggung jawab atas kegagalan itu. Dalam pelaksanaan audit di lapangan, tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada tahap pembuatan program pemeriksaan dapat berubah seiring dengan adanya perubahan lingkup pemeriksaan karena adanya perubahan lingkup pemeriksaan. Jika seorang auditor tidak dapat mempertahankan independensinya misalnya, karena terlibat dalam suatu conflict of interest, maka tingkat materialitas yang ditetapkan tidak akan sesuai dengan tujuan audit yang ingin dicapai. Selain sikap independensi auditor, etika profesi juga menjadi bagian yang harus di pegang teguh oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Kode Etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum (Wikipedia).Di Indonesia, etika akuntan menjadi
5 isu yang sangat menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan publik, baik akuntan independen ataupun akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah. Dampak yang paling dirasakan atas pelanggaran etika profesi seorang auditor adalah hilangnya kepercayaan perusahaan dan masyarakat terhadap kualitas dan reputasi auditor atas pelanggaran kode etik yang pernah dilakukannya. Penelitian mengenai pengalaman audit dan independensi terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik salah satunya dilakukan (Nur Samsi 2012) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pengalaman audit dan independensi berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Kemudian (Iriyadi dan Vannywati 2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa profesionalisme dan etika profesi auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang menambahkan variabel yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya. Pada penelitian ini variabel yang digunakan untuk menilai pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik adalah Pengalaman Audit, Independensi,dan Etika Profesi. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih lanjut ke dalam bentuk skripsi yang diberi judul Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.
6 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah penuis uraikan di atas, dapat dihasilkan beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : a. Apakah Pengalaman Audit berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? b. Apakah Independensi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? c. Apakah Etika Profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? C. Tujuan Penelitian dan Konstribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pengaruh Pengalaman Audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas. b. Untuk mengetahui pengaruh Independensiterhadap pertimbangan tingkat materialitas. c. Untuk mengetahui pengaruh Etika Profesiterhadap pertimbangan tingkat materialitas.
7 2. Konstribusi Penelitian a. Konstribusi Praktik Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi positif bagi auditor untuk memberikan pertimbangan yang lebih baik yang dapat diterapkan dan tepat sehingga didapatkan informasi untuk kemajuan profesi dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. b. Konstribusi Kebijakan Dengan adanya penelitian inidiharapkan adanya pemahaman proses audit dan profesinya agar generasi muda yang meneruskan profesi auditor sebagai profesi terbaik yang banyak diminati di Indonesia sebagai auditor yang berpengalaman, dan independensi yang tentunya menjunjung tinggi atas dasar kode etik profesi.