KEPALA DESA KETEP KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KETEP NOMOR 4 TAHUN 2016 T E N T A N G BADAN USAHA MILIK DESA DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KETEP, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa; Mengingat b. bahwa Rancangan Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desa Ketep Kecamatan Sawangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, telah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desa Ketep Kecamatan Sawangan; : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093); 6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015, tentang Pendirian, Pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296); 7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015, tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 297); 8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015, tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 297) 9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 786) 10. Peraturan Bupati Magelang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa
Kabupaten Magelang Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2016 Nomor 4) 11. Peraturan Desa Ketep Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Tahun Anngaran 2016 (Lembaran Desa Ketep Tahun 2016 Nomor 3); Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KETEP dan KEPALA DESA KETEP MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN. Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini, yang dimaksud : a. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. b. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. c. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. d. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa. e. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa. f. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB-Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. g. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. h. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. i. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 2 Maksud didirikan Badan Usaha Milik Desa adalah sebagai upaya menampung seluruh kegiatan usaha di bidang ekonomi masyarakat dan pelayanan umum yang ada di Desa Ketep yang dikelola oleh desa. Pasal 3 Tujuan didirikan BUMDes adalah : a. Meningkatkan perekonomian desa. b. Optimalisasi asset desa untuk kemanfaatan dan kesejahteraan desa. c. Sebagai bagian dari upaya penggalian pendapatan asli desa. d. Sebagai wadah yang menampung berbagai jenis usaha perekonomian di desa. e. Sebagai wadah pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Pasal 4 (1) Pemberian modal dari Pemerintah Desa atau yang disebut penyertaan modal Badan Usaha Milik Desa adalah sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2) Selain sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Modal BUMDes bisa berasal dari Tabungan masyarakat; Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten; Pinjaman dan Kerjasama usaha dengan pihak lain. (3) Kepemilikan Modal BUMDes Pemerintah Desa Ketep yang berasal dari Pemerintah Desa, Bantuan Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten paling sedikit 51%, dan yang berasal dari Kerjasama usaha atau penyertaan modal dengan pihak lain paling banyak sebesar 49 % dari total nilai modal BUMDes. (4) Penyertaan modal sebagaimana dalam ayat (1) oleh Pemerintah Desa dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja Pelaksana Operasional, dengan memperhatikan maksud dan tujuan BUMDes serta mempertimbangkan prinsip yang tertuang dalam ayat (3) pasal ini.
Pasal 5 (1) Modal BUMDes yang berasal dari pemerintah desa merupakan kekayaan desa yang dipisahkan; (2) Modal BUMDes yang berasal dari tabungan masyarakat merupakan simpanan masyarakat; (3) Modal BUMDes yang berasal dari bantuan pemerintah dapat merupakan dana tugas pembantuan; (4) Modal BUMDes yang berasal dari pinjaman merupakan pinjaman lembaga keuangan; (5) Modal BUMDes yang berasal dari kerjasama usaha dapat diperoleh dari pihak swasta dan/atau masyarakat yang berupa penyertaan modal; Pasal 6 Badan Usaha Milik Desa bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha yang terdiri usaha: a. Usaha Jasa Pembiayaan. b. Aneka Usaha. c. Usaha penyewaan (renting). d. Usaha Pelayanan Masyarakat. Pasal 7 (1) Pengurus BUMDes terpisah dari organisasi pemerintahan desa. (2) Pengurus BUMDes dipilih dalam rapat umum komisaris. (3) Organisasi BUMDes ditetapkan dalam rapat umum komisaris. Pasal 8 (1) Susunan kepengurusan Organisasi BUMDes terdiri dari: a. Penasihat atau komisaris; b. Pengawas ; dan c. Pelaksana Operasional. (2) Penasihat atau komisaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa. (3) Pelaksana operasional terdiri atas direktur dan kepala unit usaha. (4) Direktur memimpin usaha BUMDes. (5) Kepala Unit Usaha memimpin jenis usaha BUMDes. Pasal 9 (1) Penasehat atau Komisaris berkewajiban: a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan pengelolaan BUMDes; b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUMDes; dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUMDes. (2) Penasehat atau Komisaris berwenang: a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan usaha Desa; dan b. melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUMDes. Pasal 10 (1) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) mewakili kepentingan masyarakat. (2) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari: a. Ketua; b. Sekretaris merangkap anggota; c. Anggota. (3) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUMDes sekurangkurangnya 1 (satu) tahun sekali. (4) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk: a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2); b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUMDes; dan c. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana Operasional. (5) Masa bakti Pengawas diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes. Pasal 11 (1) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDes sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban: a. melaksanakan dan mengembangkan BUMDes agar menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa; b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa lainnya. (3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUMDes setiap bulan; b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUMDes setiap bulan;
c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUMDes kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Pasal 12 (1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) Pelaksana Operasional dapat menunjuk Anggota Pengurus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam mengurus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha. (2) Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan harus disertai dengan uraian tugas berkenaan dengan tanggung jawab, pembagian peran dan aspek pembagian kerja lainnya. Pasal 13 Hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan Desa ini akan tetapkan dan disempurnakan di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa dan peraturan Pengelola BUMDes lainnya. Pasal 14 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dalam Lembaran Desa oleh Sekretaris Desa. Ditetapkan di Ketep Pada tanggal 20 September 2016 KEPALA DESA KETEP Diundangkan di Ketep Pada tanggal 21 September 2016 SEKRETARIS DESA KETEP A R I F I N TIYONO LEMBARAN DESA KETEP TAHUN 2016 NOMOR 4