BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

karena merupakan modal awal yang harus dimiliki sehingga seyogyanya 1 Herlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Hal ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam rangka memacu

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang menyandang predikat guru professional. Hal tersebut tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mengangkat harkat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggis Nusantri, 2014 Kompetensi Guru Seni Budaya Dalam Meingplementasikan Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi. Pendidikan tidak hanya membentuk kecerdasan, tetapi juga membekali dengan kompetensi dan pembentukan watak peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang dijabarkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara garis besar menurut pengertian diatas bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan potensi diri untuk kepentingan diri maupun kepentingan masyarakat luas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan hanya sebagai berkumpulnya murid dengan guru, akan tetapi kegiatan tersebut ada dalam lingkup suatu sistem yang saling berhubungan, pola manajemen yang teratur dan terkait satu sama lainnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang harus didukung oleh semua unsur mulai dari kepala sekolah, guru, komite, tenaga kependidikan, siswa, dan orang tua siswa. Salah satu komponen sekolah yang amat menentukan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan adalah guru. Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak berinteraksi dengan para peserta didik dibandingkan dengan personel lainnya di sekolah. Dengan peran sentralnya seorang guru, tugasnya di sekolah bukan hanya mengajar melainkan banyak hal, salah satunya yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah. Seperti 1

2 mengajar dan membimbing para murid, memberikan penilaian belajar peserta didik, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Menurut UUD No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan demikian dapat dikatakan guru merupakan pekerja profesional dalam bidang mengajar, yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada internal maupun eksternal sekolah. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta profesional, agar kualitas pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri dalam membangun dunia pendidikan. Berdasarkan data yang didapat di internet, menurut Sanusi menjelaskan bahwa: Disekolah-sekolah di Indonesia masih banyak terlihat adanya masalah kinerja guru, seperti guru masih ada yang belum membuat persiapan pembelajaran sebelum mengajar (RPP), guru yang belum dapat mengkondusifkan keadaan kelas menjadi tenang ketika ada siswa yang melakukan keributan dikelas, guru dalam pelaksanaan pembelajaran juga belum menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa, belum lagi kasus guru yang tertidur di kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 21 Oktober 2015 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Hegarmanah Kecamatan Cikancung bahwa ada masalah yang di temui berkaitan dengan pengembangan keprofesian guru diantaranya guru jarang masuk kelas, belum adanya motivasi untuk guru berkarya, masih ada guru yang belum menguasai ilmu teknologi (IT), kehadiran guru masih kurang hal ini terlihat dari daftar hadir guru yang rata-rata kehadiran guru sebesar 68%, metode belajar yang digunakan tidak

3 variatif atau masih menggunakan metode ceramah hal ini terlihat dari RPP yang di buat guru. Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa kinerja guru SMP masih rendah. Munculnya permasalahan pembelajaran tentu saja di sebabkan berbagai hal misalnya: pembinaan yang kurang efektif dari supervisor, rendahnya hubungan kolegial guru melakukan tukar pengalaman mengenai pembelajaran, terlalu sedikitnya informasi baru mengenai pembelajaran yang bisa diakses guru. Semua permasalahan tersebut sebetulnya tidak perlu terjadi, jika ada kemauan bersama untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Segala sesuatu yang dilakukan guru dalam dunia pendidikan biasanya dikenal dengan istilah kinerja guru yang dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolalan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Sanjaya, 2005, hlm. 13-14). Jadi kinerja guru dapat dilihat dalam aspek kegiatan menjalankan tugasnya yaitu pada proses pembelajaran. Guru memang merupakan faktor yang menentukan dalam penyelenggaraan pengembangan sumber daya manusia dan menempati posisi kunci dalam sistem pendidikan nasional. Dampak kualitas kemampuan professional dan kinerja guru bukan hanya akan berkontribusi terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan (output) melainkan juga akan berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan tersebut (outcome), yang pada gilirannya kemudian akan nampak pengaruhnya terhadap kualitas peradaban dan martabat hidup masyarakat, bangsa serta umat manusia pada umumnya. Kinerja guru yang efektif dan efisien akan menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh, yaitu lulusan yang berdaya guna dan berhasil guna

4 sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya jika kinerja guru rendah maka sumber daya yang dihasilkan kurang berkualitas sehingga potensi dalam dirinya tidak berkembang dengan baik. Oleh karena itu, kinerja guru dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi lebih baik, yang berdasarkan kemampuan bukan kepada asal-usul keturunan atau warisan, juga menjunjung tinggi kualitas, inisiatif dan kreativitas dan produktivitas peserta didik. Berkaitan dengan kinerja guru, peranan dan perhatian kepala sekolah sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme kinerja guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, Penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya. Kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang manajer yang harus dapat memantau keberlangsungan proses belajar dan pembelajaran di sekolah. Seperti dikatakan oleh Mulyasa (2013, hlm. 82) kepala sekolah diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran serta melakukan pengawasan pelaksanaannya. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor di sekolah harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki menajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Oteng Sutisna (dalam Dadang Suhardan, 2010, hlm. 74) mengemukakan bahwa: Jika guru belajar, tumbuh kembang, dan bertambah mampu, karena kepala sekolah sebagai supervisor membimbing, pertumbuhan guru, prestasi dan hasil belajar siswa juga akan tumbuh lebih pesat.

5 Menurut Danim (2010, hlm. 51) bahwa: Fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya tindakan terhadap guru dalam wujud layanan profesi. Dengan kata lain, diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi guru. Orang-orang yang paling dekat dan dipandang mampu untuk membantu mengatasi kesulitan guru saat mengajar adalah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah penanggung jawab lembaga tingkat dasar dan menengah. Kepala sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap mutu pendidikan, dengan cara memberikan arahan dan bimbingan atau pembinaan kepada guru-guru agar dapat memberikan layanan belajar yang bermutu untuk para siswanya. Perhatian kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dapat dilakukan melalui supervisi. Supervisi sendiri menurut Kimbal Willes (dalam Dadang Suhardan, 2010, hlm. 38) menyatakan bahwa supervisi pendidikan merupakan usaha untuk membantu menciptakan situasi belajar mengajar ke arah yang lebih baik. Tujuan supervisi secara umum adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran. Supervisi merupakan salah satu media dalam mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar. Melalui supervisi, kemampuan guru diperbaiki, ditingkatkan, dan dikembangkan semaksimal mungkin agar guru menjadi sosok yang profesional sesuai dengan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Kontribusi supervisi terhadap peningkatan kemampuan guru tidak diragukan lagi. Bahkan sekarang ini, supervisi menjadi jaminan kualitas pendidikan di sekolah (supervision as quality assurance). Terkait dengan pelaksanaan supervisi di atas, dan berdasarkan temuan di lapangan yang peneliti dapat melalui wawancara dengan sebagian guru sekolah menengah pertama kecamatan Cikancung bahwa hasil supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sudah dilaksanakan secara optimal untuk

6 perbaikan kegiatan belajar mengajar apalagi hasil laporan supervisi dibuat oleh kepala sekolah sehingga guru mampu melakukan perbaikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dari uraian di atas, maka terlihat betapa pentingnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru. Selain karena sudah menjadi kewajiban kepala sekolah, supervisi kepada guru pun mencakup pemberian bantuan, baik bantuan teknis yang berupa teknis penyusunan rencana mengajar, silabus, dan berbagai perangkat pembelajaran guru, maupun bantuan dorongan moral agar memiliki semangat kerja dalam menjalankan tugasnya. Dengan begitu, proses pembelajaran yang bermutu pun dapat tercapai apabila guru tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pelaksanaan supervisi di sekolah memiliki beragam bentuk/model, tergantung dari kebutuhan sekolah pada aspek mana yang mau diperbaiki atau ditingkatkan. Pada masing-masing model memiliki penekanan dan cakupan yang berbeda. Ada yang menekankan pada aspek administratif, kelembagaan, manajerial, akademik, maupun pembelajaran. Model supervisi yang dapat digunakan di antaranya: 1) model konvensional, 2) model ilmiah, 3) model klinis, dan 4) model artistik. Model supervisi klinis sangat cocok sekali dalam melakukan pengembangan kinerja guru, karena supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih di tekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Acheson dan Gali (dalam Syaiful Sagala, 2010, hlm. 195) menyatakan bahwa: Supervisi klinis adalah suatu proses yang interaktif, berkenaan dengan suatu gaya mengajar guru, agar proses supervisi klinis menjadi efektif

7 maka antara kepala sekolah (supervisor) dengan guru bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan memiliki ide, emosi, dan tindakan untuk pengembangan professional guru. Melalui kegiatan supervisi klinis maka permasalahan kesulitan mengajar bagi guru dan cara untuk menumbuh kembangkan kinerja mengajar guru akan dapat teratasi. Kepala sekolah sebagai supervisor harus pandai mengatur dan bertanggung jawab tentang kelancaran proses pembelajaran. Hal itu sesuai dengan yang dikatakan Goodwin (2005, hlm. 13) bahwa : Kepala sekolah harus lebih paham akan cara mengajar dan belajar, tidak berarti kepala sekolah bertugas sebagai pendidik, melainkan untuk memperlancar pekerjaannya sebagai supervisor yang membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Supervisi klinis sebagai suatu sistem instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan secara langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan dukungan, membantu dan melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja guru dalam mendidik para siswa. Supervisi klinis merupakan suatu kerangka pengembangan dan praktik, sehingga ditemukan bagaimana cara mengajar efektif, menjadikan peserta didik belajar, penggunaan model-model belajar yang tepat, perubahan modelmodel belajar sesuai kebutuhan materi pelajaran. Berdasarkan teori tersebut bahwa proses-proses supervisi klinis konsisten dengan pendekatan kemanusiaan dalam meningkatkan kualitas mengajar guru. Melalui penerapan supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti model, strategi, metode, pendekatan dan teknik mengajar serta materi yang diajar secara konstan juga berubah kearah yang lebih baik. Supervisi klinis dapat diyakini sebagai salah satu kunci untuk memenuhi kualitas mengajar yang baik dan cara menjadikan peserta didik belajar menjadi lebih baik dan berkualitas. Menurut Cogan (dalam Sagala, 2010, hlm. 194) menegaskan bahwa : Proses penyediaan bantuan oleh kepala sekolah sebagai supervisor untuk guru, setelah kepala sekolah melakukan supervisi klinis berupa

8 analisa hasil pengamatan pengajaran, umpan balik dari implementasi pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dari hasil analisis tersebut akan ada pengembangan gagasan peningkatan untuk memperbaiki performansi guru di kelas, dengan tujuan untuk mengembangkan professional guru dan perbaikan pengajaran. Pendekatan klinis menggunakan unsur-unsur dari sebuah pertemuan antara supervisor dengan guru yang sepakat dan berencana untuk melakukan observasi saat mengajar. Teknik klinis ini dilakukan dengan memberi contohcontoh bagaimana pertemuan yang produktif sehingga memecahkan masalahmasalah dalam pembelajaran. Supervisi klinis diasumsikan kegiatan yang dilakukan kepala sekolah bersama guru untuk memecahkan berbagai masalah sehingga dapat memperbaiki kinerja mengajar guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (2004, hlm. 5) mengemukakan bahwa guru merupakan penjamin kualitas pendidikan yang sebenarnya. Mengingat pentingnya peran guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendididkan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Supervisi Klinis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Se-Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. B. Rumusan Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru, dari permasalahan tersebut di rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru di SMP Se-Kecamatan Cikancung? 2. Bagaimana gambaran supervisi klinis kepala sekolah di SMP Se- Kecamatan Cikancung? 3. Bagaimana pengaruh supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Kecamatan Cikancung? C. Tujuan Penelitian

9 Tujuan penelitian merupakan sasaran atau harapan yang akan dicapai dengan penyelenggaraan penelitian ini. Dengan kata lain bahwa tujuan penelitian merupakan arah yang akan dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang diharapkan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Se- Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Terdeskripsinya kinerja mengajar guru di SMP Se-Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. b. Terdeskripsinya pelaksanaan supervisi klinis kepala sekolah di SMP Se-Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. c. Teranalisisnya pengaruh supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Se-Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang harus dibuktikan tingkat kebenarannya dengan bukti-bukti. Menurut Sugiono (2009, hlm, 96) yang menyatakan bahwa Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empirik yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian belum jawaban yang empirik dengan data.

10 Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian di rumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang signifikan dari supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Se-Kecamatan Cikancung Kab.Bandung. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini baik secara teori maupun secara praktis, antara lain: 1. Manfaat secara teori Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi para guru, diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu dorongan untuk dapat bekerja lebih baik lagi dan menyadari akan pentingnya kinerja mengajar guru yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan. b. Bagi kepala sekolah, penelitian ini sebagai masukan untuk lebih meningkatkan perhatiaannya terhadap kualitas pendidikan dan kinerja guru melalui kegiatan supervisi klinis sehingga memberikan dorongan kepada guru untuk lebih giat lagi dalam meningkatkan kinerja guru. c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi inspirasi bagi para peneliti selanjutnya, khususnya yang meneliti tentang masalah supervisi kepala sekolah dalam upaya meningkatan kinerja mengajar guru sehingga masalah-masalah yang muncul dapat segera di atasi secara benar, tepat dan cepat. d. Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan disiplin ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam menambah wawasan tentang supervisi klinis bagi seluruh civitas akademik jurusan Administrasi Pendidikan.

11 F. Struktur Organisasi Skripsi Secara umum skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I, membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian baik tujuan secara umum maupun secara khusus, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis sampai pada struktur organisasi skripsi. Bab II, membahas mengenai kajian pustaka yang berisi teori dari berbagai ahli mengenai supervisi klinis kepala sekolah dan kinerja mengajar guru, hubungan antara supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru. Bab III, membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, mulai dari desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian yang di gunakan, sampai pada analisis data yang diperoleh. Bab V, terdiri dari dua hal utama, yaitu temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah di rumuskan sebelumnya. Bab VI, membahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian.