BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan akhlak. Minimnya pengetahuan masyarakat. kondisi masyarakat berupa dekadensi akhlak. Oleh karena itu, untuk

dokumen-dokumen yang mirip
INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK DALAM KITAB WASHOYA AL ABA I LIL ABNA

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Efendi Konsep Pendidikan Akhlak Peserta

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan non formal atau masyarakat. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. guna meraih bekal-bekal keilmuan untuk keberlangsungan hidupnya. Islam

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. peran di lingkungannya secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara mendasar, karena membawa kepada perubahan individu sampai

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB IV ANALISIS DAMPAK PERILAKU PERANTAU TERHADAP MORALITAS REMAJA DESA KANDANGSERANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. wajib diberikan pada setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan (Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu problem yang paling mendasar dalam pendidikan Islam adalah masalah pendidikan akhlak. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pendidikan akhlak, akan semakin memperparah dan memperburuk kondisi masyarakat berupa dekadensi akhlak. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran islam, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat di dalamnya. Pendidikan akhlak secara global mengandung dua cakupan yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Sedangkan ruang lingkup materi dan subtansi pendidikan akhlak meliputi: akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan. 1 Atau bisa disimpulkan sebagai tuntutan tanggung jawab sebagai individu, anggota masyarakat dan sebagai bagian dari umat. Perpaduan tiga unsur ini dalam pendidikan Islam bukan tanpa dasar, tapi berlandaskan dalil-dalil dalam Al- Qur an maupun Al-hadis. 2 Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan akhlak yang terkandung dalam pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang 1 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 27-23. 2 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Penerjemah Abdul Hayyie Alkattani Dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.173. 1

2 beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. 3 Yang harus berperan dalam pendidikan akhlak adalah semua pihak, baik orang tua maupun masyarakat. Termasuk juga lembaga pendidikan yang mempunyai punya andil besar dalam pengembangan khususnya sisi knowledge. Ini yang kemudian disebut sebagai kesadaran kolektif. Pendidikan akhlak di sekolah, yang biasanya terkandung dalam pendidikan agama, dirasa perlu karena 3 motif: 1. Melemahnya ikatan keluarga, sekolah berganti peran menjadi pengganti keluarga di dalam memperkenalkan nilai-nilai moral karena keluarga yang seharusnya menjadi guru pertama dari anak, mulai kehilangan fungsinya. Sehingga terjadi kekosongan dalam perkembangan anak. 2. Terjadi krisis moral dan kecenderungan negatif pada kehidupan remaja dewasa ini. 3. Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya nilai-nilai etik, moral dan budi pekerti sebagai suatu moralitas dasar dan sangat esensial bagi keberlangsungan kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini kitab Washoya Al-Abai lil Abna karya Muhammad Syakir merupakan salah satu dari kitab klasik yang mashur di dalam dunia pesantren. Kitab yang lebih populer dengan sebutan ( washoya) merupakan kitab akhlaq untuk santri tingkat pemula (mubtadi-iin). 4 3 Sekretariat Negara Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4 M. Ma ruf, Asrori, Pelajaran Dasar tentang Akhlak, Washoya Al-Abaa lil Abnaa, (Surabaya: Al- Miftah, 2001), hlm. 3

3 Isi kitab washoya Al-Abai lil Abna mengarah pada pengetahuan, pemahaman, dan implementasi santri yang mempelajarinya, supaya mereka dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Melihat dari kenyataan pada zaman modern seperti saat ini, kitab akhlaq sangat penting untuk memperbaiki setiap generasi muslim demi terwujudnya manusia yang berakhlaqul karimah. Karena begitu sangat pentingnya bab akhlaq, Allah SWT menyebutkan di dalam Al-Qur an lebih kurang 1500 ayat. Salah satu ayat Al- Qur an yang berbicara tentang akhlaq tersebut terdapat dalam surat Al-Infithar ayat 13-14, yaitu: یم ح ج ي جا رل ف ا لف ن وا یم ع ن ي ل ف ر برا ا ن ا لا Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik itu berada dalam syurga Na im, bagi orang yang durhaka itu adalah neraka Jahim (QS. al- Infithaar: 13-14). 5 Dan banyak lagi hadist-hadist Nabi, baik perkataan maupun perbuatan yang memberikan pedoman akhlaq yang mulia dalam seluruh aspek kehidupan, misalnya seperti apabila kita bertemu dengan sekelompok orang, maka ucapkanlah salam dengan sebaik-baiknya kalimat yaitu Assalamu alikum. Mengingat realitas kehidupan orang tua dan para guru sekarang ini yang kesulitan memahamkan pendidikan anak-anak dan siswa mengenahi akhlaq, maka kitab seperti ini menjadi penting diperhatikan oleh mereka. Ada pula fenomena orang tua yang menuntut anak-anaknya berprestasi dalam lingkup pengetahuan yang sifatnya teoritis, tapi tidak menuntut anak-anaknya untuk berprestasi dalam berperilaku yang baik dan bermartabat. Orang tua 5 Departemen Agama RI.. Al-Qur an Dan Tafsirnya. (Jakarta: Duta Grafika, 2009), hlm. 579

4 lebih bangga jika nilai matematika, fisika, kimia, bahasa inggris anak-anaknya tinggi, sebaliknya orang tua kurang menghiraukan nilai (Akhlaq) anaknya yang rendah. Padahal pendidikan dalam keluarga memeliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. 6 Banyak dijumpai anak-anak sekarang ini yang seharusnya berperilaku baik malah berperilaku sebaliknya, seperti kurang ta dzim pada guru, kurang menghormati orang yang lebih tua, dan kurang menyayangi sesama seusia mereka. Di madrasah Al-Jailani dalam menerapkan internalisasi nilai-nilai akhlak dalam kitab washoya al-aba i lil-abna desa sukorejo, para santri di tuntut untuk selalu mempunyai sikap akhlakul karimah dengan selalu mempraktekkan isi dari kitab tersebut seperti hormat dan ta dim kepada guru dan khususnya kepada kedua orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari latar belakang di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh tentang: Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Kitab Washoya Al Abaa Lil Abnaa Karya Muhammad Syakir dalam Meningkatan Budi Pekerti Santri di Madrasah Diniyyah Al-Jailani Desa. Sukorejo Kec. Bangsalsari kabupaten Jember B. Fokus Penelitian 1. Apa bentuk nilai-nilai akhlak dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna dalam meningkatan budi pekerti santri Madrasah Diniyyah Al-Jailani? 2. Bagaimana cara internalisasi nilai-nilai akhlak dalam kitab Washoya Al- Aba i Lil-Abna dalam meningkatkan budi pekerti santri? 6 Syaiful Bahri Djamarah,. Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineke Cipta, 2008), hlm.24

5 3. Bagaimana hasil internalisasi Akhlak dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil- Abna dalam meningkatan budi pekerti santri? C. Tujuan Penelitian Tujuan pokok dalam suatu penelitian ialah memecahkan masalahmasalah sebagai suatu yang dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, perumusan tujuan penelitian hendaknya tidak menyimpang dari usaha memecahkan masalah-masalah tersebut. Hal ini penting di perhatikan, karena tujuan penelitian yang kabur atau tidak jelas akan mengakibatkan kaburnya metodologi penelitian yang digunakan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendiskripsikan bentuk internalisasi nilai-nilai akhlak dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna dalam meningkatan budi pekerti santri Madrasah Diniyyah Al-Jailani. 2. Untuk mendiskripsikan cara internalisasi nilai-nilai akhlak dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna dalam meningkatan budi pekerti santri Madrasah Diniyyah Al-Jailani. 3. Untuk mendiskripsikan hasil nilai-nilai akhlak dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna dalam meningkatan budi pekerti santri Madrasah Diniyyah Al-Jailani. D. Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian, disamping tujuan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam penelitian juga diharapkan memberikan beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut sebagai

6 bentuk aplikasi dari hasil penelitian yang dilakukan. Kegiatan penelitian ini diharapkan memiliki manfaat yang bisa diambil antara lain: 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan keilmuan tentang Internaliasasi nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna, terutama akhlak santri yang ada di Madrasah Diniyyah Al-Jailani. Oleh karenanya, Internalisasi akhlak yang telah diterapkan dari kitab Washoya Al-Aba i Lil Abna haruslah bisa diwujudkan oleh ustadz, demi mempersiapkan bekal santri-santri kita menjadi anak yang mempunyai Akhlakul Karimah 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Diniyah Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan merupakan sumbangsih pemikiran ustadz untuk memberikan tauladan yang baik kepada santri, terutama pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna i. b. Bagi Peneliti 1) Memperoleh pengetahuan tentang apa saja yang Internalisasi nilainilai akhlak yang sudah diterapkan di Madrasah Diniyyah Al- Jailani. Khususnya yang ada dalam kitab Washoya Al-Aba i Lil- Abna. 2) Sebagai wahana proses belajar, khususnya dalam bidang penelitian dan penulisan karya ilmiah yang baik dan benar.

7 E. Definisi Istilah Defenisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud peneliti. 7 Untuk mempermudah dan menghindari perbedaan interpretasi terhadap pokok bahasan penelitian yang berjudul Internalisasi Nilai-nilai Akhlak dalam Kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna dalam Meningkatkan Budi Pekerti Santri di Madrasah Diniyyah Al-Jailani Desa. Sukorejo Kec.Bangsalsari. Maka perlu diuraikan kata-kata yang dianggap penting antara lain: 1. Internalisasi Secara etimologi internalisasi berasal dari kata intern atau kata internal yang berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan internalisasi berarti penghayatan. 8 Dalam kamus bahasa Indonesia internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. 9 7 Tim penyusun,. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Jember: STAIN Jember Press 2012), hlm 42 8 Pius. A. Partanto.. Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkulo, 2001), hlm. 267. 9 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka Kamus Besar, 2007), hlm.439

8 2. Nilai Nilai berasal dari bahasa latin valere yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, belaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang di pandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. 3. Budi Pekerti Budi pekerti adalah tingkah laku yang mencerminkan perangai, watak, atau akhlak seseorang. Budi pekerti sering diartikan sebagai moralitas yang mengandung makna antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku. Menurut NN bahwa budi pekerti diartikan sebagai alat batin untuk menimbang perbuatan baik dan buruk. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pola sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu. 10 4. Kitab Washoya Al-Aba i Lil Abna i Kitab Washoya Al-Aba i Lil-Abna i adalah sebuah kitab yang berisi wasiat-wasiat seorang guru terhadap muridnya tentang moral, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari dari Mesir. Pengarang kitab ini berpendapat bahwa materi moral yang terkandung dalam kitab ini sudah memenuhi kebutuhan bagi pelajar pemula. Maka sesuai dengan tingkatannya kitab ini telah memenuhi tuntunan dasar pendidikan moral yang baik yang bersifat ritual maupun moral. 10 Ensiklopedi Sastra Indonesia. (Jakarta: Titian Ilmu Bandung, 2004), hlm. 135

9 J. Sistematika Pembahasan Agar dalam pembahasan ini tidak keluar dari jalur yang telah di tentukan dan agar lebih berarti susunannya, maka perlu kiranya memberikan gambaran sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab satu berisi pendahuluan yang merupakan pertanggung jawaban metodologis terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan. Pada bab dua adalah kajian kepustkaan, berisi kajian terdahulu dan kajian teori, kajian teori di dalamnya meliputi pengertian internalisasi nilainilai akhlak, tahapan internaliasasi nilai-nilai akhlak, proses internalisasi nilainilai akhlak, nilai-nilai akhlak, dan gambaran umum isi kitab Washoya Al- Aba i Lil-Abna. Pada bab tiga membahas tentang metode penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Pada bab empat membahas tentang penyajian data dan analisis yang berisi gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan. Pada bab lima peneliti membuat kesimpulan, memberikan saran sebagai bahan masukan kepada pengasuh, ustadz, wali santri, dan para masyarakat umumnya yang harus mengarahkan putra-putrinya untuk lebih mengedepankan akhlakul karimah.