NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR DEXTRA DI RSO.PROF.DR.R.

dokumen-dokumen yang mirip
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI PUSKESMAS KARTASURA

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR SUBTROCHANTOR FEMUR SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB I PENDAHULUAN. atau keadaan patologis (Dorland,1994) tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR DEXTRA DI RSO. PROF. DR. R. SOEHARSO

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF PEMASANGAN PLATE AND SCREW PADA FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 TENGAH DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREWS

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR COLUMN FEMUR DEXTRA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDHI Dr. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2015

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI PERTROKANTER FEMUR DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan tindakan operasi pemasangan Plate and Screw, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA PEMASANGAN PLAT AND SCREW FRACTUR CRURIS 1/3 TENGAH SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR INTERTROCHANTOR FEMUR SINISTRA DI RS ORTOPEDI PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA DI RST SOEJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROTHESE DI RS. ORTHOPEDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE SUPRACONDILER HUMERI SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA MERAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

Di susun oleh : ARFIAN EKA NUGRAHA J

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASKA OPERASI FRAKTUR TIBIA-FIBULA 1/3 DISTAL

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa,

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang kesehatan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST OPERASI MALUNION FRAKTUR PATELLA SINISTRA DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS REFRAKTUR FEMUR BAGIAN MEDIAL SINISTRA e.c METAL FAILURE DI RS ORTOPEDI PROF. Dr. SOEHARSO SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR TROCHANTOR MAYOR DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

PENTALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FRACTUR CRURIS 1/3 MEDIAL DEXTRA DENGAN TERAPI LATIHAN DAN INFRA RED DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI ARTHROPLASTY FRAKTUR COLLUM FEMUR DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST AMPUTASI ABOVE KNEE ET CAUSA BUERGER DISEASE

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST ORIF FRAKTUR OLECRANON SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RS. PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW JOINT SINISTRA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

Oleh: ANANG RAFIK SETIYANTO J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSPOST OPERATIF FRAKTUR PATELLA SINISTRADI RSUD DR.SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Kata kunci : Fraktur olekranon dekstra, infra merah, terapi latihan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR TIBIA 1/3 DISTAL DEKSTRA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI TOTAL KNEE REPLACEMENT ET CAUSA OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI DR. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR DEXTRA DI RSO.PROF.DR.R.SOEHARSO Disusun Oleh: FRISKA YULIRIANA J 100 090 053 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI JURUSAN FISIOTERAPI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

HALAMAN PENGESAHAN Dipertahankan di depan Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan diterima unruk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III Fisioterapi. Hari : Selasa Tanggal : 31 juli 2012 Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Nama terang Tanda Tangan Penguji I : Wahyuni,SSt. FT, MPH ( ) iii

ABSTRAK PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR INTERTROCHANTER FEMUR DEXTRA DI RSO.PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA (FRISKA YULIRIANA, J100090053) Karya Tulis Ilmiah Halaman isi 49, 6 tabel, 6 gambar, grafik 4, 3 lampiran Latar Belakang : fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikena stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya penyebabnya adalah trauma besar pada impaksi langsung dapat mengakibatkan fraktur transversal atau komunitif yang sering menghasilkan fraktur terbuka. Trauma tidak langsung berenergi rendah atau puntiran (twisting) Dalam kasus fraktur intertrochanter femur tindakan yang biasa dapat di lakukan untuk reposisi antar fragmen adalah dengan reduksi terbuka atau operasi. Ini dilakukan karena pada kasus ini memerlukan pemasangan internal fiksasi untuk mencegah pergeseran antar fragmen pada waktu proses penyambungan tulang Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi static contraction dapat mengurangi nyeri dan oedema, memelihara lingkup gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot dan latihan jalan dengan metode non weight bearing dapat meningkatkan altifitas fungsional jalan pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra. Hasil : Setelah dilakukan terapi selama enam kali didapat hasil adanya penurunan nyeri dan oedema, peningkatan kekuatan otot, peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan aktivitas jalan. Kesimpulan : Static contaction dapat mengurangi nyeri dan oedema, terapi latihan dapat memelihara LGS, meningkatkan kekuatan otot dan latihan jalan dengan metode non weight bearing dapat meningkatkan aktifitas fungsional jalan pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra Kata Kunci : fraktur intertrochanter femur dextra, static contraction, terapi latihan, latihan jalan non weight bearing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang maju seperti sekarang ini, dan dengan seiring perkembangan IPTEK yang pesat. Begitu juga pembangunan dibidang transportasi yang semakin maju dan canggih sehingga meningkatnya aktifitas dan mobilitas manusia. Meningkatnya aktifitas manusia diikuti juga dengan meningkatnya kendaraan bermotor. Insiden kecelakaan lalu lintas sering disebabkan karena pengguna kendaraan bermotor tidak tertib mematuhi peraturan dalam berlalu-lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan fraktur atau patah tulang bahkan timbulnya korban jiwa, contohnya fraktur intertrochanter femur. Fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikena stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Appley,1995). Salah satu penyebabnya adalah trauma besar pada impaksi langsung dapat mengakibatkan fraktur transversal atau kominutif yang sering menghasilkan fraktur terbuka. Trauma tidak langsung berernegi rendah atau puntiran (twisting) Dalam kasus fraktur intertrochanter femur tindakan yang biasa dapat di lakukan untuk reposisi antar fragmen adalah dengan reduksi terbuka atau operasi. Ini dilakukan karena pada kasus ini memerlukan pemasangan internal fiksasi untuk mencegah pergeseran antar fragmen pada waktu proses penyambungan tulang (Appley,1995). Metode viksasi ini akan mengorbankan jaringan lunak untuk pemasangan fiksasi serta pengelupasan periosteum (periosteal stripping) yang signifikan. dan luka pada otot yang menyebabkan terjadinya; 1) oedema, (2) nyeri, (3) keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), penurunan kekuatan otot, (5) gangguan aktifitas fungsional dalam melakukan aktifitas sehari-hari seperti berjalan (Murthy vasantha, 2011).

B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui static contraction dapat mengurangi nyeri dan oedema pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra 2. Mengetahui manfaat terapi latihan dapat memelihara lingkup gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra 3. Mengetahui manfaat latihan jalan dengan metode non weight bearing dapat meningkatkan altifitas fungsional jalan pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diskripsi kasus 1. Definisi Fraktur intertrochanter yaitu dari leher ke dasar melampaui tingkat patah tulang lebih rendah terdapat pada bagian trochanter mayor (Appley,1995) 2. Etiologi Fraktur intertrochanter femur biasanya disebabkan karena jatuh dengan posisi kaki tertambat sementara daya pemuntir ditransmisikan/dipindahkan ke femur (fraktur type spiral). Akibat benturan langsung atau angulasi, sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor (fraktur type oblique atau melintang). 3. Patologi Apabila tulang mengalami fraktur maka akan timbul kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak yang mengelilinginya. Untuk pengembalian secara cepat maka perlu tindakan operasi (Soelarto,2010). Pada tindakan operasi, yang dilakukan saat incisi/pembedahan maka cairan akan menyusup/ menggenang diantara sel, akan mengakibatkan terjadinya radang akut, sehingga pembuluh darah yang rusak akan menyebabkan bengkak, bengkak yang terjadi akan merangsang atau menekan nociceptor sehingga akan menyebabkan timbulnya nyeri dan rasa sakit akibat luka operasi akan menyebabkan pasien tidak mau untuk bergerak dalam tempo yang lama dan tidak mau melakukan aktivitas. Dan apabila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan keterbatasan LGS pada sendi panggul dan lutut, serta menurunnya kekuatan otot dan gangguan fungsi kaki untuk berjalan (Garrison, 1996) 4. Tanda dan gejala Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada pasien pasca operasi fraktur intertrochanter femur adalah: timbul nyeri, terdapat oedema,

keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan fungsional jalan 5. Komplikasi Komplikasi luka muskulokeletal mencakup setiap komplikasi immobilitas, tergantung tipe dan perluasan luka. Secara sepesifik komplikasi yang berhubungan dengan fraktur tulang adalah sindrom emboli lemak,sindrom kompartemen, nekrosis avaskuler, osteomyelitis dan gas ganggren. B. Teknologi Intervensi Fisioterapi Adapun modalitas yang digunakan penulis pada kasus ini adalah terapi latihan yang meliputi : 1. Static contraction Static contraction merupakan kontraksi otot tanpa di sertai perubahan panjang otot dan perubahan LGS, statik kontraksi bertujuan mengurangi oedema sehingga nyeri berkurang dan dapat memperlancar aliran darah dan menjaga kekuatan otot agar tidak terjadi atropi (Kisner 1996). 2. Active movement Active movement merupakan gerakan yang timbul dari kekuatan kontraksi otot pasien sendiri secara sadar (Kisner 1996). 3. Passive exercise Passive exercise merupakan gerakan yang dihasilkan dari kekuatan luar atau tanpa diikuti kerja otot itu sendiri. Latihan gerak pasif yang dilakukan adalah : Relaxed passive movement Relaxed passive movement yaitu gerakan yang dilakukan sepenuhnya oleh terapis dan pasien dalam posisi rileks serta tidak ikut menggerakkan bagian tubuh yang digerakkan. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara pasif, sehingga diharapkan dapat melancarkan sirkulasi darah, sebagai rileksasi otot, mencegah terjadinya perlengkatan jaringan dan untuk memelihara LGS dan elastisitas otot yang telah di capai (Kisner, 1996).

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Seorang pasien berusia 17 tahun dengan kondisi fraktur intertrochantor femur dekstra : Adanya nyeri dan oedema di daerah paha sebelah kanan, adanya penurunan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi di daerah paha sebelah kanan dan adanya penurunan aktivitas fungsional. Setelah dilakukan intervensi fisioterapi sebanyak 6x dengan modalitas terapi latihan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Penurunan nyeri didaerah paha sebelah kanan Tabel 4.1 Hasil evaluasi nyeri dengan VAS keterangan T1 T2 T3 T4 T5 T6 Nyeri Diam 20 cm 20 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm Nyeri Tekan 40 cm 40 cm 40 cm 30 cm 30 cm 20 cm Nyeri Gerak 60 cm 60 cm 50 cm 40 cm 30 cm 30 cm Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil penurunan nyeri yang diukur dengan VAS. Untuk nyeri diam T1 pada skala 20 cm menjadi T3 menghilang. Untuk nyeri tekan T1 pada skala 40 cm dan T6 menurun menjadi skala 20mm. Sedangkan untuk nyeri gerak pada T1 pada skala 60 cm dan T6 menurun menjadi skala 30 cm. Pemberian static contraction ditujukan untuk mengurangi nyeri, static contraction merupakan kontraksi otot secara isometric untuk mempertahankan kestabilan tanpa disertai gerakan,(priatna,2001). dengan gerakan ini maka akan merangsang otot-otot untuk melakukan pumping action sehingga aliran darah balik vena akan lebih cepat.apabila system peredaran darah baik maka oedema dan nyeri dapat berkurang.dapat

disimpulkan bahwa pemberian static contraction dapat untuk mengurangi nyeri pada pasien. 2. Penurunan oedema di daerah paha sebelah kanan Tabel 4.2 Hasil evaluasi oedema dengan midline Lingkar segmen T1 cm T2 cm T3 cm T4 cm T5 cm T6 cm SIAS proximal 5 cm 35 35 33 32 32 32 10 cm 45 45 43 42 40 39 SIAS distal 5 cm 50 50 48 47 47 47 10 cm 48 48 47 46 46 45 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil penurunan oedema yang diukur dengan midline. proximal patokan SIAS lingkar segmen 5cm T1 35cm menjadi T6 36cm, lingkar segmen 10cm T1 45cm menjadi T6 39cm. Untuk patokan ke Distal SIAS lingkar segmen 5cm T1 50cm menjadi T6 47cm, lingkar segmen 10cm T1 48cm menjadi T6 45cm. Penurunan oedema terjadi setelah dengan pemberian static contraction. 3. Peningkatan LGS sendi lutut kanan Tabel 4.3 Hasil evaluasi LGS sendi hip dan lutut kanan Keterangan T1 T2 T3 T4 T5 T6 HIP S=5-0 -25 S=10-0 -30 S=10-0 -40 S=20-0 -50 S=25-0 -55 S=25-0 -60 KNEE S=0-0 -25 S=0-0 -30 S=0-0 -35 S=0-0 -35 S=0-0 -45 S=0-0 -50 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil peningkatan LGS yang diukur dengan alat ukur goneometer, didapatkan hasil LGS hip dekstra secara

aktif. Dari data T1 untuk sendi hip S=5-0 -25 secara aktif. Pada T6 didapatkan peningkatan LGS pada sendi Hip S=-25º-0º-60 secara aktif. Hal ini dapat terjadi seiring dengan menurunnya nyeri maka pasien lebih mudah untuk menggerakkan sendi yang semula terbatas. Terapi latihan yang digunakan untuk meningkatkan LGS yaitu berupa latihan gerak pasif relaxed passive movement. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara pasif, sehingga diharapkan dapat melancarkan sirkulasi darah, sebagai rileksasi otot, mencegah terjadinya perlengkatan jaringan dan untuk memelihara LGS dan elastisitas otot yang telah di capai (Kisner, 1996). 4. Peningkatan kekuatan otot Tabel 4.4 Hasil evaluasi kekuatan otot Hip dengan MMT Otot Penggerak Hip T1 T2 T3 T4 T5 T6 Fleksor 3 3 3 3+ 3+ 4 Ekstensor 3 3 3 3+ 3+ 4 Adduktor 3 3 3 3 3+ 4 Abduktor 3 3 3 3 3+ 4 Tabel 4.5 Hasil evaluasi kekuatan otot Knee dengan MMT Otot penggerak Knee T1 T2 T3 T4 T5 T6 Fleksor 3+ 3+ 3+ 4 4 4 Ekstensor 3 3+ 3+ 4 4 4 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil peningkatan kekuatan otot yang diukur dengan MMT, didapatkan hasil grup otot fleksor T1= 3 menjadi T6 = 4, grup otot ekstensor T1= 3 menjadi T6= 4, grup otot abduktor T1=3 menjadi T6= 4, grup otot adduktor T1=3 menjadi T6= 4. Dengan terapi latihan secara aktif, maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot karena suatu gerakan pada tubuh selalu disertai oleh kontraksi otot, sedangkan kekuatan kontraksi itu tergantung dari sistem motor unitnya. Motor unit merupakan suatu neuron dari group otot, jadi semakin banyak

motor unit terekrut, maka semakin kuat, kontraksi otot tersebut. Apabila tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, otot akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat. Penyesuaian yang terjadi di dalam otot dapat terlewati melalui terapi latihan apabila kemampuan otot secara progresif terpelihara. Otot, yang mana merupakan jaringan kontraktil, menjadi lebih kuat akibat hasil hipertropi dari serabut otot dan suatu penambahan pengangkutan motor unit di dalam otot, Untuk peningkatan kekuatan otot, maka kontraksi otot harus diberikan tahanan ssehingga peningkatan level dari tension akan meningkat karena hipertropi pengangkutan motor unit di dalam otot (Kisner, 1996). 5. Kemampuan fungsional Latihan jalan dengan menggunakan kruk ini dimaksudkan untuk mempermudahkan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Latihan NWB dikarenkan kekuatan otot belum maksimal dan masih dalam proses hematoma.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pemberian tindakan terapi dengan menggunakan terapi latihan terhadap Sdr.S umur 17 tahun dengan fraktur intertronchantor femur dextra selama enam kali menunjukkan hasil bahwa : 1. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas static contraction terhadap pengurangan nyeri dan oedema pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra 2. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas terapi latihan terhadap pemeliharaan LGS dan kekuatan otot pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra 3. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas latihan jalan dengan metode non weight bearing terhadap peningkatkan aktifitas fungsional jalan pada kasus fraktur intertrochanter femur dextra B. Saran 1. Kepada pasien Pasien diharapkan melakukan latihan-latihan yang telah di ajarkan terapis, mengganjal/ meninggikan tungkai bawah kanannya untuk mengurangi oedema dan apabila berdiri maupun berjalan hendaknya tidak menggunakan tungkai kanannya untuk menumpu berat badan. 2. Kepada fisioterapis Diharapkan dapat memberikan pelayanan fisioterapi yang professional dimana harus melakukan pemeriksaan secara lengkap agar diagnosis fisoterapi dapat ditegakkan sehingga dalam tindakan terapi dapat diberikan secara tepat

3. Kepada masyarakat Kepada masyarakat disarankan apabila menjumpai penderita dengan kondisi paska atau pelepasan operasi patah tulang diharapkan segera membawa ke instansi medis.

DAFTAR PUSTAKA Appley, G. A and Solomon, Louis. 1995. Orthopedi dan Fraktur system Apley : Edisi ketujuh, Widya Medika, Jakarta Fauzi A, Rahyussalim, Aryadi, Tobing SD. Cedera Sistem Muskuloskeletal. Departemen Bedah Divisi Orthopaedi dan Traumatologi FKUI/RSCM. Desember 2009 Garrison, S. J, 1996; Dasar Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik ; Terjemahan Hipokrates, Jakarta, Hal 152 157. Kisner Carolyn and Lynn Colby, 1996; Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques; Third Edition, F A Davis Company, Philadelphia, Hal 25 57. Murthy, Vasantha, 2011 ; Terapi dan rehabilitasi fraktur; penerbit buku kedokteran, Jakarta Putz, R. dan R. Pabst. 2000. Atlas Anatomi Manusia Sobatta. Jakarta : Buku Kedokteran ECG. Wojowasito, dkk. 1982. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris dengan EYD, Bandung: Angkasa Offset. Sebastian, Deepak, 2005; principles of manual therapy; jaypee, new delhi Daniel and Worthinghams. 1986. Techniques of Manual Examination. 6 th Edition,Philadelpia: W.B Saunders Company. Reeves, Charlene, 2001; Keperawatan Medical Bedah;Salemba Medika, Jakarta Soelart0, 2010 ; kumpulan kuliah bedah; Binarupa Aksara,Tangerang Heri Priatna, 2001; Fisioterapi Millenium III. Heri Priatna, dkk; Fisioterapi : Jurnal Ikatan Fisioterapi Indonesia; Ikatan Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5. ( Brunner, Lance C, 1995 ; Hip Fracture in Adult ; (7 Juni 2012).http : // aafs.edu)