BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia khusunya pelajar sekarang ini, dalam menaati aturan yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menganggap bahwa penanaman nilai-nilai budi pekerti pada anak hanyalah tanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral keimanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian terhadap perlindungan sosial bagi para pekerja di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam mengajar. Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan pendidikan diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai peran pengajaran yang cukup penting, hal tersebut sering tidak

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sektor pemerintahan, turut bertanggung jawab atas keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata Pramuka merupakan singkatan dari prajamuda karana, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Disamping itu berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. oleh tuhan dikarenakan telah dibekali akal dan pikiran. Melalui akal dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

KONSTRUKSI WACANA NASONALISME DAN PATRIOTISME PADA FILM MERAH PUTIH (ANALISIS SEMIOTIK PADA FILM MERAH PUTIH)

TIK (Kompetensi Dasar) II. Gambaran Umum III. Relevansi terhadap pengetahuan IV. Sub-sub Bab Landasan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan

PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

I. PENDAHULUAN. sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apalagi jika hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. rendahnya tingkat kejahatan/ kriminalitas yang terjadi ditengah tengah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Remaja adalah generasi penerus, dimana sosok remaja diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang tertuju pada perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan seharihari. Pembangunan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pergolakan sosial dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan juga dapat membawa dampak terhadap masyarakat khususnya berhubungan dengan banyaknya tingkat pengangguran di kalangan usia produktif. Pembangunan bangsa Indonesia ke depan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan serta penghasilan yang tetap dan layak. Masalah pengangguran tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Masalah pengangguran di negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surut perekonomian dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun sosial politik. Tingginya angka pengangguran, ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata dan 1

2 berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita serta terbatasnya penerapan sum - ber daya manusia (SDM). Pengangguran merupakan orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT). Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi krisis sosial. Suka atau tidak suka pengangguran akan identik dengan kemiskinan dan perilaku menyimpang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi kehidupan yang sedang mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan keterbatasan potensi sumber daya yang tersedia juga turut membuka celah timbulnya perilaku menyimpang dan tindak kejahatan. Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang juga diperkuat oleh pola kehidupan yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya yang seringkali bertentangan dengan nilai atau norma dalam masyarakat. Tingkat pengangguran di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Hasil pendataan yang dilakukan badan pusat statistik (BPS) angka pengangguran kelompok usia produktif ini mencapai 60,5 % dari jumlah pemuda yang ada. Jika tak segera dilakukan langkah-langkah tepat angka pengangguran ini akan terus meningkat dan akan menjadi sumber persoalan sosial dimasyarakat. Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora, MB Zubarkhum Tjereng menyatakan bahwa:

3 Selain pengangguran persoalan lain yang dihadapi kalangan muda adalah keterbatasan sumber daya pembiayaan bagi kegiatan pemuda, tingkat pendidikan rendah, penyakit menular dan kekurangan gizi, kemerosotan karakter, pergaulan bebas, narkoba dan masalah lainnya (http://www. scribd.com/doc/36577052/masalah-pengangguran-di-indonesia) Berdasarkan fakta di atas sangat diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan. Berkaitan dengan mutu pendidikan diperlukan uluran tangan dari perguruan tinggi sesuai dengan tri darma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat dengan upaya untuk mendidik dan melatih warga masyarakat sesuai kebutuhan daerah agar menguasai ketrampilan fungsional praktis yang dimanfaatkan untuk bekerja baik disektor informal maupun nonformal sesuai dengan peluang kerja (Job Oppofinities). Permasalahan faktual yang dihadapi masyarakat di Wilayah Klaten dewasa ini adalah permasalahan besarnya jumlah penduduk miskin dan banyaknya jumlah pengangguran yang mendesak harus segera dientaskan mengingat kemiskinan akan berujung pada disintegrasi dan kerawanan sosial. Kondisi kemiskinan serta pengangguran yang dialami warga masyarakat di Wilayah Klaten pada dasarnya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan berusaha hampir sebagian besar. Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku agar selalu taat pada peraturan atau hukum. Adapun misi atau tanggung jawab Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sumarsono dkk. (2005:4), yaitu:

4 Untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan sikap serta perilaku yang bersendikan nilai-nilai budaya bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan terwujud sikap, perilaku yang baik dan bertanggung jawab, sehingga bangsa Indonesia khususnya sebagai generasi penerus bangsa mempunyai kesadaran hukum tinggi. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kalangan pengangguran usia produktif perlu diketahui lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Perilaku Menyimpang Di Kalangan Pengangguran Usia Produktif dan Solusinya Alternatifnya di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. B. Perumusan Masalah Penyimpangan-penyimpangan yang sudah dilakukan di kalangan pengangguran sekarang ini cenderung meningkat. Banyaknya perilaku menyimpang oleh kalangan pengangguran usia produktif, dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Permasalahan yang terkait dengan judul di atas sangat luas, sehingga tidak mungkin dari banyaknya permasalahan yang ada dapat dijangkau dan terselesaikan. Berdasarkan judul yang telah dibuat, agar tidak terjadi salah tafsir perlu dilakukan perumusan masalah.

5 Perumusan masalah adalah bagian terpenting yang harus ada dalam karya ilmiah. Sebelum melakukan penelitian harus mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada. Proses pemecahan masalah akan terarah dan terfokus apabila permasalahannya dapat dirumuskan secara jelas. Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang di kalangan pengangguran usia produktif di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten? 2. Bagaimana bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kalangan pengangguran usia produktif di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten? 3. Apa solusi alternatif yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah perilaku menyimpang di kalangan pengangguran usia produktif di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan titik puncak untuk merealisasikan aktifitas yang akan dilaksanakan sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini, perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah pemecahan masalahnya. Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 1. Tujuan Umum a. Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku menyimpang di kalangan pengangguran usia produtif di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. b. Untuk mengetahui bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kalangan pengangguran usia produktif di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. c. Untuk mengetahui solusi alternatif yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah perilaku menyimpang di kalangan pengangguran usia produktif di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. 2. Tujuan Khusus Untuk mendeskripsikan perilaku menyimpang di kalangan pengangguran usia produktif dan solusi alternatifnya di Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan serta pedoman untuk penelitian berikutnya yang sejenis. b. Sebagai suatu penelitian maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat membandingkan antara ilmu yang diperoleh secara teori dengan pengalaman langsung yang diperoleh di lapangan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. b. Bagi Masyarakat Membuka wawasan masyarakat mengenai perilaku menyimpang di kalangan pengangguran usia produktif dan solusi alternatifnya, sebagaimana fokus kajian penelitian ini. c. Bagi Desa Meningkatkan potensi kualitas sumber daya manusia yang mampu mengembangkan dan melatih warga masyarakat agar menguasai ketrampilan yang dimanfaatkan baik disektor informal maupun nonformal sesuai dengan peluang kerja. E. Daftar Istilah Daftar istilah menurut Maryadi dkk. (2010:11), adalah suatu penjelasan istilahistilah yang terdapat dalam kata-kata kunci yang ada pada judul penelitian. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perilaku Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:859), merumuskan bahwa perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. 2. Menyimpang

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1067), merumuskan bahwa: 1. Menyimpang adalah membelok atau menempuh jalan yang lain atau jalan simpangan: sampai keperempatan. 2. membelok supaya jangan melanggar atau terlanggar (oleh kendaraan dsb); menghindar. 3. tidak menurut apa yang sudah ditentukan, tidak sesuai dengan rencana. 4. menyalahi (kebiasaan dsb): tindakannya. 5. menyeleweng (dari hukum, kebenaran, agama, dsb). 3. Perilaku menyimpang Perilaku menyimpang menurut Siahaan (2009:72), menyatakan bahwa: Perilaku atau kondisi yang bertentangan dengan norma sosial dimana perilaku dan kondisi itu dipelajari, kepatuhan dan konformitas terhadap seperangkat norma kelompok dapat berarti melanggar norma kelompok lain serta orang mendapatkan norma melalui proses sosialisasi saat berinteraksi dengan orangorang dari kelompoknya. 4. Kalangan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:493), merumuskan bahwa kalangan adalah galangan atau lingkaran. 5. Usia umur. 6. Produktif Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1255), merumuskan bahwa usia adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:897), merumuskan bahwa produktif adalah 1. bersifat mampu menghasilkan. 2. Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dsb); menguntungkan: tabungan masyarakat dapat dipinjamkan kembali untuk keperluan. 7. Alternatif Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:33), merumuskan bahwa alternatif

9 adalah pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan. 8. Perilaku Menyimpang Di Kalangan Pengangguran Usia Produktif dan Solusi Alternatifnya. Perilaku menyimpang adalah perilaku atau kondisi yang dilakukan oleh seseorang yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial dalam masyarakat serta perilaku yang dianggap tidak baik oleh masyarakat. Faktor perilaku menyimpang dibagi menjadi dua yaitu secara subjektif dan objektif, terlebih-lebih apabila perilaku menyimpang dilakukan oleh kalangan pengangguran usia produktif, merupakan sebuah masalah yang komplek tidak hanya menyangkut masalah sosial bagi masyarakat luas, tetapi juga merupakan masalah yang eksistensial bagi individu yang menjalaninya. Usia produktif merupakan golongan angkatan kerja yang seharusnya mendapat pekerjaan dan terlibat dalam kegiatan produksi, sehingga tidak dipungkiri banyaknya pengangguran mengakibatkan timbulnya perilaku menyimpang seperti mabok-mabokan, perjudian, perampokan, pelecehan seksual, kemerosatan karakter dan lain-lain.