perwakilan pusat di daerah, gubernur yang menunjuk SPKD provinsi sebagai pengelola dana dekonsentrasi sesuai bidangnya masingmasing.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /78/KEP/ /2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

2018, No Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4.

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PIKIRAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI 2016 DALAM RANGKA PERSIAPAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH

2 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015 perlu dilakukan perubahan;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

A. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan

TEPRA KALIMANTAN TIMUR TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN (TEPRA) SAMARINDA, JULI

TENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan.

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

2 PERENCANAAN 3 PENGANGGARAN 4 PROGRES 5 PERMASALAHAN 2

BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

-i- DAFTAR ISI. Kata Pengantar... BAB I PENDAHULUAN... 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Menteri Sosial tentang Rencana Program, Kegiatan, Anggaran, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Sosial


MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

RINGKASAN SUBSTANSI PERUBAHAN UU 32/2004 BIDANG KEUANGAN DAN ASET DAERAH ISU-ISU/BAB UU 32/2004 USULAN DRAFT REVISI

2017, No Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian Ko

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 66 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2015, No dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. PLUT. KUMKM. Program. Pedoman.

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 84 / HUK / 2009 TENTANG

Transkripsi:

108 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan dana dekonsentrasi pada Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat dan mengetahui permasalahan dalam penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan dana dekonsentrasi. Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Evaluasi terhadap penganggaran dana dekonsentrasi a. Tahun 2013, dari 6 (enam) indikator yang dievaluasi, sebanyak 2 (dua) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan sebanyak 4 (empat) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 33,33 %, ssehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian tidak sesuai. b. Tahun 2014, dari 6 (enam) indikator yang dievaluasi, sebanyak 3 (tiga) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan sebanyak 3 (tiga) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 50%, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian tidak sesuai. c. Tahun 2015, dari 6 (enam) indikator yang dievaluasi, sebanyak 1 (satu) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan sebanyak 5 (lima) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 16,67 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian sangat tidak sesuai. 2. Evaluasi terhadap pelaksanaan dana dekonsentrasi a. Tahun 2013, dari 12 (dua belas) indikator yang dievaluasi, sebanyak 9 (sembilan) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan sebanyak 3 (tiga) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 75 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian cukup sesuai. b. Tahun 2014, dari 12 (dua belas) indikator yang dievaluasi, sebanyak 9 (sembilan) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan sebanyak 3 (tiga) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 75 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian cukup sesuai.

109 c. Tahun 2015, dari 12 (dua belas) indikator yang dievaluasi, sebanyak 9 (sembilan) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan sebanyak 3 (tiga) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 75 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian cukup sesuai. 3. Evaluasi terhadap pelaporan dana dekonsentrasi a. Tahun 2013, dari 7 ( tujuh) indikator yang dievaluasi, sebanyak 5 (lima) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan 2 (dua) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 71,43 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian cukup sesuai. b. Tahun 2014, dari 7 (tujuh) indikator yang dievaluasi, sebanyak 5 (lima) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan 2 (dua) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 71,43 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian cukup sesuai. c. Tahun 2015, dari 7 (tujuh) indikator yang dievaluasi, sebanyak 5 (lima) indikator sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan 2 (dua) indikator tidak sesuai. Dengan tingkat kesesuaian sebesar 71,43 %, sehingga termasuk ke dalam kriteria penilaian cukup sesuai. 4. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan dana dekonsentrasi antara lain adalah : a. Variabel Penganggaran 1) Total pagu anggaran yang berubah-ubah dan terbatasnya waktu penyusunan RKA-KL dana dekonsentrasi menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian rincian biaya kegiatan dengan standar biaya. Konsekuensinya terdapat beberapa kegiatan yang tidak bisa dicairkan anggarannya dan kalaupun dapat dicairkan, akan menjadi temuan dan harus dikembalikan ke kas negara. 2) Prosedur penetapan pengelola dana dekonsentrasi belum sesuai aturan yang berlaku, dimana penetapan personil pengelola dana dekonsentrasi tidak melalui surat keputusan (SK) Gubernur. Selaku

110 perwakilan pusat di daerah, gubernur yang menunjuk SPKD provinsi sebagai pengelola dana dekonsentrasi sesuai bidangnya masingmasing. 3) Belum adanya sinkronisasi kegiatan yang dibiayai dana dekonsentrasi dengan kegiatan yang dibiayai oleh APBD. Akibatnya keberadaan dana dekonsentrasi sebagai penopang kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan APBD menjadi tidak terwujud. 4) Terjadinya tumpang tindih kewenangan antara pusat dan daerah dalam pelaksanan kegiatan dana dekonsentrasi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya peraturan menteri tentang pelimpahan wewenang sehingga tidak jelas kewenangan antara pusat dan daerah/provinsi terkait kegiatan yang dibiayai oleh dana dekonsentrasi. b. Variabel Pelaksanaan 1) Terlambatnya penyampaian petunjuk teknis beberapa kegiatan sehingga menyebabkan keterlambatan pelaksanaan kegiatan. Akibatnya tujuan dan sasaran kegiatan tidak tercapai secara optimal. 2) Prosedur pelaksanaan teknis beberapa kegiatan belum sesuai aturan yang berlaku. Seperti pada kegiatan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi dimana penetapan pejabat penilai kesehatan usaha simpan pinjam koperasi tidak melalui Surat Keputusan Menteri Koperasi dan UKM sehingga hasil penilaian kurang optimal. c. Variabel Pelaporan 1) Kurangnya akuntabilitas pelaporan dana dekonsentrasi oleh SKPD. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pelaporan pertanggungawaban keuangan dana dekonsentrasi kepada gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah. 5. Variabel penganggaran merupakan variabel yang banyak memiliki ketidaksesuaian dengan peraturan yang berlaku karena penganggaran dana dekonsentrasi merupakan kegiatan rutin dari Kemenkop dan UKM sehingga dianggap sebagai suatu kebiasaan yang kadangkala sering mengabaikan peraturan yang berlaku. Disamping itu, adanya fenomena bahwa

111 kementerian/lembaga dalam mengalokasikan dana dekonsentrasi belum sesuai kebutuhan daerah karena tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan daerah itu sendiri. Kementerian/lembaga pun memiliki prinsip untuk lebih mengutamakan kebutuhan anggaran pada instansi masing-masing sehingga dalam pengalokasian dana dekonsentrasi kepada daerah pun seperti setengah hati. Menurut hasil penelitian Nur (2008) bahwa adanya perubahan pagu anggaran dana dekonsentrasi disebabkan karena adanya faktor lobby dan negoisasi antara daerah/dinas terkait dengan bagian perencanaan kementerian/lembaga teknis terkait. Dimana dikatakan bahwa lobby dan negoisasi sangat penting dalam proses perencanaan dana dekonsentrasi, disamping antara dinas teknis dan kementerian/lembaga juga dapat antara dinas teknis dengan partai politik dalam rangka melancarkan draft perencanaan dana dekonsentrasi sesuai dengan kebutuhan daerah. Kemampuan sumberdaya manusia bagian perencana / program dinas teknis terkait dalam hal meyakinkan kementerian/lembaga juga dapat menyebabkan besar atau kecilnya alokasi dana dekonsentrasi pada suatu daerah sehinngga perubahan pagu anggaran selalu berfluktuasi sampai pada saat finalisasi anggaran. 6. Tidak adanya penerapan sanksi terhadap pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku menjadikan pelaksanan kegiatan dianggap sudah sesuai aturan. B. SARAN 1. Penganggaran Dana Dekonsentrasi a. Untuk mengurangi terjadinya ketidaksesuaian antara rincian biaya kegiatan dengan standar biaya dari Peraturan Menteri Keuangan, sebaiknya Kementerian Koperasi dan UKM tidak melakukan perubahan terhadap pagu anggaran dari penetapan pagu anggaran awal. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat sebaiknya meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur dalam finalisasi RKA-KL melalui bimbingan teknis penggunaan aplikasi RKA-KL. Juga mengoptimalkan peranan masing-masing aparatur yang mengikuti finalisasi RKA-KL

112 dengan cara pembagian tugas dan tanggung jawab pada bagian verifikasi sesuai rincian kegiatan dengan standar biaya dan bagian entri kegiatan melalui aplikasi RKA-KL. b. Surat keputusan pengelola dana dekonsentrasi harus ditetapkan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah sehingga gubernur dapat melakukan koordinasi dengan pengelola dana dekonsentrasi terkait pelaporan dan pertanggungjawaban dana dekonsnetrasi. c. Dalam rangka mewujudkan sinkronisasi kegiatan dana dekonsentrasi dan kegiatan APBD gubernur harus menyampaikan kegiatan yang dibiayai oleh dana dekonsentrasi pada pembahasan rancangan APBD dengan DPRD. d. Untuk menghindari tumpang tindih kewenangan dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi, sebaiknya pihak yang terkait dengan pengelolaan dana dekonsentrasi harus memahami tentang kewenangan masingmasing dengan mengacu pada lampiran UU No. 23 Tahun 2014. Kementerian Koperasi dan UKM harus membuat peraturan menteri tentang pelimpahan wewenang kegiatan dana dekonsentrasi setiap tahun anggaran sehingga jelas kegiatan yang dilimpahkan ke daerah/provinsi. 2. Pelaksanaan dana Dekonsentrasi a. Agar pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh dana dekonsentrasi mencapai target yang telah ditentukan, maka Kementerian Koperasi dan UKM harus menyerahkan petunjuk teknis (juknis) kegiatan pada Bulan Desember sebelum tahun anggaran. Sehingga kegiatan dapat langsung dilaksanakan pada bulan Januari tahun anggaran berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan tepat waktu, tepat sasaran serta sesuai aturan yang berlaku. Jika belum ada juknis terkait pelaksanana dana dekonsentrasi, Dinas Koperasi dan UMKM sebaiknya tetap mengacu pada juknis lama sampai diterimanya juknis yang baru. b. Kementerian Koperasi dan UKM agar segera menerbitkan surat keputusan menteri tentang pejabat penilai kesehatan usaha simpan pinjam koperasi

113 berdasarkan usulan dari kabupaten/kota sehingga terdapat legalitas pejabat penilai dan hasil penilaian menjadi lebih berkualitas. 3. Pelaporan Dana Dekonsentrasi Pelaporan pertanggungawaban keuangan sebaiknya disampaikan oleh pengelola keuangan dana dekonsentrasi kepada gubernur karena gubernur merupakan wakil pemerintah dalam pelimpahan wewenang di daerah. Sehingga jika terjadi permasalahan terkait pengelolaan keuangan dapat segera dicarikan solusi terbaik. Sebaiknya ada sanksi dari Kementerian Koperasi dan UKM terhadap SKPD yang tidak melakukan pelaporan dana dekonsentrasi kepada gubernur, berupa pengurangan dana dekonsentrasi untuk tahun berikutnya sesuai aturan yang berlaku. 4. Untuk mengurangi ketidaksesuaian antara pelaksanaan dana dekonsentrasi secara keseluruhan dengan peraturan terkait, perlu adanya pembinaan dan pengawasan berjenjang dari Kementerian Keuangan kepada Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Koperasi dan UKM kepada gubernur dan gubernur kepada SKPD provinsi. 5. Jika masih saja terjadi ketidaksesuaian antara penyelenggaraan dana dekonsentrasi secara keseluruhan dengan peraturan terkait, maka perlu dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan dana dekonsentrasi untuk triwulan berikutnya. Dapat juga pengurangan serta penghentian alokasi dana dekonsentrasi untuk tahun anggaran berkutnya serta pilihan terakhir adalah pengalihan dana dekonsentrasi menjadi dana alokasi khusus (DAK). C. Implikasi Penelitian 1. Agar pelaksanaan dana dekonsentrasi secara keseluruhan sesuai dengan peraturan yang berlaku, Kementerian Koperasi dan UKM harus memberikan pengawasan dan pembinaan kepada stake holder dalam pengelolaan dana dekonsentrasi mulai dari bagian perencanaan dana dekonsentrasi di Kementerian Koperasi dan UKM, Gubernur Sumatera Barat dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat. 2. Dalam rangka peningkatan pengetahuan dan kemampuan sumber daya manusia pengelola dana dekonsentrasi bidang Koperasi dan UMKM di

114 Provinsi Sumatera Barat, perlu dilakukan sosialisasi dan bimbingan teknis mengenai peraturan yang terkait dengan pengelolaan dana dekonsentrasi. D. Keterbatasan Penelitian. 1. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) saja. Untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian terhadap beberapa SKPD dan melakukan pembandingan pelaksanaan dana dekonsentrasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta antara SKPD tersebut. 2. Penelitian ini hanya melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan dana dekonsentrasi, untuk selanjutnya dapat melakukan evaluasi terhadap pengalihan dana dekonsentrasi yang menjadi Dana Alokasi Khusus.