BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi manusia terjadi semenjak manusia itu berada. dalam kandungan hingga akhir masa hidupnya. Hal ini sejalan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecerdasan emosional memiliki tempat yang strategis dalam upaya

BAB III METODE PENELITIAN. mendidik anak untuk dapat berkembang sesuai dengat tingkat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, subjek dan sampel penelitian, instrumen penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. SMA Negeri 6 Jakarta merupakan salah satu SMA favorit dibilangan Jakarta Selatan.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kecerdasan emosi telah diakui sebagai salah satu aspek yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi,

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat khas dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan masa depan. Masa remaja dikenal dengan sebutan masa storm and stress. Disebut demikian karena pada masa ini ditandai dengan pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Masa remaja dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1997: 185) pada masa remaja terdapat fase pubertas yang merupakan fase singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya, fase ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun. Fase pubertas berada tumpang tindih antara masa anak dengan masa remaja, sehingga diprediksi kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase ini, remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon. Hal ini memberi dampak, baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) maupun psikis seperti emosi, dan intelektual. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, teman-teman sebaya dan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang banyak dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan sosial tempat 1

2 berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang negatif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya. Permasalahan remaja yang berawal dari gejolak emosi yang ada dalam dirinya semakin hari semakin kompleks. Demikian pula perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik dalam segi sosiokultural, moral, maupun teknologi terus berlangsung semakin cepat. Sehingga menambah kompleksnya permasalahan tersebut. Tantangan bagi remaja untuk menyesuaikan diri mengahadapi perubahan pun semakin beragam, sehingga menuntut kesiapan yang lebih kuat dari remaja agar tidak terjadi perilaku salah suai. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan. Bila hal ini terjadi, maka akan timbul perilaku anormatif. Bahkan dalam perkembangan lebih ekstrem lagi bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, dan tindakan kekerasan. Banyak kejadian yang memilukan pada remaja yang ada disekitar kita, sebagai contoh: 1. 14 April 2004, pelajar sebuah SMP negeri di Semarang ditangkap dan dihajar warga karena ketahuan membobol toko, http://www.suaramerdeka.com 2. Kasus pemalakan yang dilakukan oleh dua oknum siswa SMPN 3 Kupang terhadap teman-teman mereka di sekolah http://www.indomedia.com

3 Dari kejadian di atas bisa menyimpulkan bahwa di usianya yang penuh dengan badai dan topan, remaja melakukan kenakalan-kenakalan yang bisa merugikan dirinya dan orang lain. Sekaitan dengan hal di atas, seorang tokoh kecerdasan emosi, Daniel Goleman (2000: 43) menceritakan tentang seorang siswa jenius yang salah suai dalam menghadapi suatu keadaan, siswa tersebut tega melukai gurunya hanya karena nilai yang diperoleh dari guru tersebut menyebabkan ia gagal masuk ke universitas impian. 3 10 Pebruari 2000, terjadi Tawuran antar pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Tangerang, Kamis (10/2) pukul 12.00, yang menelan seorang korban tewas. www.kompas.com 4. Siswi SMPN 10 Bekasi, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri (Kompas, Minggu, 17/7/2005). Cerita tragis yang dipaparkan Daniel Goleman, menyiratkan pesan yang mengandung tanda tanya besar: bagaimana mungkin seorang siswa yang cerdas dan terpandai di kelasnya justru berbuat sesuatu yang tidak rasional. Goleman (2000: 46) juga mengungkapkan bahwa banyak siswa yang dahulunya selalu menjadi juara kelas, setelah duduk di perguruan tinggi atau dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya di dunia kerja mengalami kegagalan dan tidak mencapai sukses seperti apa yang diharapkan. Dari berbagai kasus diketahui bahwa mereka gagal di perguruan tinggi karena berbagai alasan. Hal ini menyiratkan bahwa ada berbagai faktor yang menentukan akan keberhasilan hidup seseorang selain prestasi akademik yang dicapai.

4 Fakta-fakta tersebut memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual bukan hal yang menentukan segalanya, tetapi juga tidak dapat disepelekan. Sebagaimana yang diungkapkan Goleman (2000: 44) bahwa IQ menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka 80 persennya diisi oleh kekuatan-kekuatan lain. Salah satu kekuatan-kekuatan lain itu adalah kecerdasan emosional. Pentingnya kecerdasan emosional dalam membantu kesuksesan kehidupan yang akan datang dan juga untuk membantu mengurangi kenakalan remaja adalah dengan meningkatkan kecerdasan emosional remaja, sebagaimana yang diungkapkan Stein & Book (2000:23) bahwa untuk mencegah munculnya perilaku buruk pada remaja bisa dengan meningkatkan kecerdasan emosional remaja tersebut. Kecerdasan emosional itu bukan harga mati, oleh karena itu siswa dituntut untuk mengembangkan kecerdasan emosional yang mereka miliki. Hal ini senada dengan ungkapan Sarlito Wirawan (Yamani Ramlan, www.indomedia.com) bahwa: "EI bukan bakat, ia merupakan aspek dalam diri seseorang yang bisa dikembangkan dan dilatih. Seorang anak yang memiliki masalah pengendalian emosi, bukan berarti ia sudah ditakdirkan sebagai orang bermasalah. Tapi ia memerlukan upaya pelatihan mengembangkan EI yang lebih intensif, tentu dengan metode yang tepat. Penelitian membuktikan kalau EI bisa dikembangkan dalam berbagai tingkat usia, meski pembentukan puncaknya terjadi pada masa remaja," Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang telah dipaparkan di atas, diperlukan solusi yang berkenaan dengan pengembangan kecerdasan emosional untuk siswa sekolah menengah pertama, salah satunya adalah melalui program

5 bimbingan di sekolah. Sehingga, melalui penelitian ini dapat dirumuskan program bimbingan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa sekolah menengah pertama, dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi konselor sekolah dalam mengembangkan bidang bimbingan pribadi sosial. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Kecerdasan emosional memiliki tempat yang strategis dalam upaya mendidik anak untuk dapat berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan pribadinya. Berikut definisi dari kecerdasan emosional Goleman (2000: 45), mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdo a. Dari definisi kecerdasan emosional yang diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.

6 Karena itu, secara konseptual kecerdasan emosional pada penelitian ini didefinisikan ke dalam lima aspek utama yang diungkapkan oleh Salovey (Goleman, 2000: 43-44) yaitu sebagai berikut: a. Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan untuk mengenal dan memilahmilah perasaan, memahami hal sedang dirasakan dan mengapa hal itu dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut. Kemampuan ini didasarkan kepada 1). Mengenal dan merasakan emosi sendiri, 2), memahami penyebab perasaan yang timbul, dan 3). Mengenal pengaruh perasaan terhadap perilaku. b. Mengelola emosi (managing emotion): yaitu kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan dengan secara aktif dan positif. Kemampuan ini di dasarkan kepada 1). Bersikap toleran terhadap frustrasi. 2). Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, 3). Mampu mengendalikan perilku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain, 4). Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri dan lingkungannya, 5). Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, dan 6). Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan c. Memotivasi diri sendiri (motivating oneself): menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang amat penting dalam kaitan untuk memberikan perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri serta untuk berkreasi. Kemampuan ini di dasarkan kepada 1).

7 Mampu mengendalikan diri, 2). Bersikap Optimis, dan 3). Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotion in ohers), yaitu kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Kemampuan ini didasarkan kepada 1). Mampu menerima sudut pandang orang lain, 2). Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain, dan 3). Mampu mendengarkan orang lain e. Membina hubungan (handling relationships), yaitu kemampuan membina dan memelihara hubungan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Kemampuan ini di dasarkan kepada 1). Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain, 2). Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain, 3). Memiliki kemampuan umtuk berkomunikasi dengan orang lain, 4). Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebaya, 5). Memiliki sikap tenggang rasa, 6). Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain, 7). Dapat hidup selaras dengan kelompok, 8). Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama, dan 9). Bersikap demokratis. Bimbingan dan Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu yang dibimbing dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya serta dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan

8 lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya (Rohman Natawidjaja dalam Syamsu dan Juntika, 2006: 6). Dalam upaya pencapaian tujuan bimbingan dan konseling, perlu dibuat program bimbingan dan konseling yang khusus mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP. Dari batasan konseptual yang telah dipaparkan, penelitian ini dibatasi kepada kecerdasan emosional pada siswa sekolah Menengah Pertama (SMP), yang nantinya menghasilkan sebuah desain program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung tahun pelajaran 2007/2008. 2. Rumusan Masalah Rumusan dari pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung tahun ajaran 2007/2008. Rumusan tersebut secara operasional dituangkan ke dalam empat pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimanakah gambaran umum kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung tahun ajaran 2007/2008? b. Bagaimanakah gambaran aspek kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung tahun ajaran 2007/2008? c. Bagaimanakah gambaran indikator kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung tahun ajaran 2007/2008?

9 d. Bagaimanakah rancangan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung, untuk mencapai tujuan di atas, maka akan dilakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran tentang kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung, baik gambaran umum, gambaran aspek maupun gambaran indikatornya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menguatkan dasar pelaksanaan konsep bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama. 2. Manfaat secara Praktis Secara praktis penelitian ini mampu memberikan beberapa manfaat bagi khalayak. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Bagi konselor khususnya dan guru pada umumnya, hasil penelitian ini menghasilkan rancangan program bimbingan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung.

10 b) Bagi siswa sekolah menengah pertama, hasil penelitian ini memberikan manfaat untuk pengembangan diri, pengoptimalan potensi yang dimiliki, dan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri yang positif. c) Bagi Sekolah, diharapkan dapat mengembangkan kebijakan untuk menciptakan budaya sekolah yang memfasilitasi dan memperhatikan kebutuhan siswa. d) Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, temuan penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan rancangan program bimbingan untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada siswa jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. E. Asumsi Penelitian Penelitian ini dilandasi oleh beberapa anggapan dasar 1. Kecerdasan Emosional bukanlah harga mati yang bersifat permanen. Untuk mengembangkannya alangkah lebih baik kalau dimulai sejak dini, dan untuk mencegah munculnya perilaku buruk pada remaja bisa dengan meningkatkan emotional intelligence remaja tersebut (Stein & Book, 2000:23). 2. Kecerdasan Emosional bukan merupakan bakat, sehingga bisa untuk dikembangkan (Sarlito dalam Yamani Ramlan, www.indomedia.com). 3. Kecerdasan emosional merupakan faktor penting yang memberikan sumbangan besar bagi keberhasilan individu dalam kehidupan termasuk dalam belajar, yang perkembangannya tergantung pada pemberian fasilitasi dari

11 lingkungan. Artinya, kecerdasan emosional pada individu lebih banyak diperoleh lewat belajar dan terus berkembang sepanjang kehidupan. 4. Konselor harus mengetahui keadaan atau kondisi kasus sebelum memberikan saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk perbaikan (Simmons & Simmons, 1997). F. Metode Penelitian 1. Metode Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif. Metode ini dipilih dengan maksud untuk memperoleh gambaran empiris mengenai kecerdasan emosional siswa dan pelaksanaan program bimbingan yang ada di SMPN 10 Bandung. Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik, yang kemudian diambil generalisasi sebagai bahan pengembangan program bimbingan dan konseling untuk mengembangan kecerdasan emosional untuk siswa sekolah menengah pertama. 2. Populasi dan Sampel Populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung tahun ajaran 2007 / 2008. dengan alasan adalah siswa kelas VIII sudah beradaptasi dengan lingkungan sekolah, sehingga sudah tahu harus bersikap seperti apa untuk dirinya dan untuk orang lain. Pengambilan sample dilakukan secara acak sederhana, dengan arti bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih

12 sebagai sample penelitian. Teknik pengambilan sample yang digunakan sesuai dengan penjelasan Arikunto (2002:112), bahwa Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % dari jumlah populasi. 3. Instrumen penelitian Jenis instrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan angket untuk mengungkap tingkat kecerdasan emosional Konstruk instrumen dikembangkan sebagai alat pengumpul data sampel setelah divalidasi oleh tiga orang pakar sebagai judging group (kelompok panel penilai) serta diestimasi validitas dan reliabilitasnya dalam pilot study (studi uji coba). Secara operasional, data sampel diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer SPSS.014 dan program Microsoft Excel 2003. 4. Analisis Data Preoses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai. Data yang terkumpul adalah data kuantitatif mengenai gambaran kecerdasan emosional yang berasal dari angket yang akan diisi oleh siswa, yang kemudian akan diinterpretasikan. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan menghitung terlebih dahulu nilai terbesar dan nilai terkecil untuk menentukan kelompok siswa dengan kategori kecerdasan emosional Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah yang ditentukan

13 berdasarkan ketentuan dari nilai untuk setiap pilihan. Nilai yang paling rendah dari setiap jawaban adalah 1 dan yang tertinggi adalah 5. maka untuk menentukan intervalnya beradasarkan. 1-1,49 : sangat rendah 1,5 2,49 : rendah 2,5 3,49 : sedang 3,5 4,49 : tinggi 4,5 5 : sangat tinggi

14 G. Alur Penelitian Kajian Empiris Kajian Teoritik Profile KE Siswa SMP TAHAP I Rumusan Program Hipotetik untuk mengembangkan Kecerdasan Emosional siswa SMP TAHAP II Uji Rasional Program TAHAP III Rumusan Program untuk mengembangkan Kecerdasan Emosional siswa SMP TAHAP IV Bagan 1.1 Alur Penelitian