BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

NASKAH PUBLIKASI. PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR AKIBAT PERCERAIAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. penting dan sangat komplek dalam proses litigasi. Keadaan kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. perceraian/pemutusan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN TERHADAP ANAK YANG TERLAMBAT MENDAPAT AKTA (Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

III. METODE PENELITIAN. empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

III. METODE PENELITIAN HUKUM. menganalisisnya. Untuk itu, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga adalah suatu wadah pertama dalam suatu masyarakat. Rumah tangga juga merupakan suatu problematika yang tumbuh dalam suatu masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi masyarakat yang baik jika rumah tangganya tidak baik. Dalam rumah tangga ini terdiri sebuah rumah, rumah dimana dijadikan tumbuh dan berkembangnya suatu keluarga yang harmonis. Dalam suatu keluarga akan menciptakan suatu kebersamaan. 1 Rumah tangga itu pada dasarnya hubungan antara jiwa dengan jiwa, hati dengan naluri, ketrentaman dengan ketenangan, hubungan antara kasih dan sayang, hubungan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dan pada dasarnya rumah tangga itu adalah hubungan yang menimbulkan suatu yang utuh dan kuat. Dalam rumah tangga, meskipun pada mulanya hanya ada dua individu saja yaitu suami istri, menjalin suatu hubunan penuh kasih sayang seolah-olah tidak akan pudar dengan berjalannya waktu, namun pada kenyataannya rasa kasih sayang itu bila tidak dirawat denan baik akan pudar, bahkan bisa hilang 1 Ummu Ibrahim Ilham. Bagaimana Menjadi Istri Yang Shalihah Dan Ibu Yang Sukses, Jakara: Darul Falah,1420H, cet 11, hal.52 1

berganti dengan kebencian. Jika suatu kebencian itu sudah timbul antara suami istri maka mereka tidak akan bisa mendapatkan suatu pemecahan masalah untuk memulihkan suatu kondisi seperti semula, yang kondisi demikian itu akan berdampak kurang baik pada anaknya. Oleh karena itu upaya memulihkan kasih sayang merupakan suatu hal yan diperlukan. 2 Undang-undang NO 1 Tahun 1974 Pasal 1 dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Namun dalam realitanya perkawinan tersebut kandas di tengah jalan yang mengakibatkan putusnya suatu perkawinan. Oleh karena itu suatu perkawinan harus benar-benar dijaga keutuhannya sehingga tidak akan putus. Putusnya suatu perkawinan itu meliputi beberapa faktor. Seperti halnya dirumuskan pada pasal 38 Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi : Perkawinan dapat putus karena: (a) Kematian, (b) Perceraian, (c) Atas putusan Pengadilan. Kematian adalah salah satu sebab putusnya suatu ikatan perkawinan karena salah satu pihak meninggal dunia baik istri ataupun suami. Untuk putusnya perkawinan akibat perceraian sudah diatur secara baku dan terperinci di dalam Undang-undang Perkawinan. Adapun putusnya suatu perkawinan itu akibat putusan pengadilan diakibatkan karena salah satu pihak baik istri maupun suami pergi tanpa kabar berita dalam jangka waktu yang cukup lama. 2 Satria effendi M.Zeim, 2004, Problematika Hukum Keluarga Islam Hukum Keluarga Islam kontemporer, Jakarta: kencana, hal.137 2

Dalam kenyataannya suatu perkawinan itu tidaklah berjalan dengan baik saja pasti terdapat suatu konflik. Konflik yang timbul dipicu karena adanya ketidakcocokan dalam suatu kondisi atau bahkan faktor lainnya. Terkadang problem yang timbul itu tidak di temukan suatu pemecahan yang baik, sehingga dapat mengakibat kan suatu perceraian. Perubahan akan pola pikir pada pandangan hidup antara suami istri yang mengakibatkan suatu perbedaan yang menimbulkan adanya percecokan. Percecokan yang mengakibat suatu ketidaknyamanan hati dalam menjalankan rumah tangga. Ketidakseimbangan itu yang menimbulkan suatu pertengkaran bahkan pengkhinatan. Suatu gugatan perceraian ini pada akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan. Di samping gugatan cerai itu yang menimbulkan putusnya suatu ikatan perkawinan. Muncul pula masalah setelah dikabulkannya gugatan perceraian itu misalnya, perebutan harta gono gini, dan apabila sudah memiliki keterunan timbul pula masalah tentang siapa yang lebih berhak mengasuh atau mendapatkan hak asuh atas anak yang masih di bawah umur. Dalam undang-undang sudah dirumuskan bahwa anak yang masih di bawah umur dalam arti masih di bawah usia 18 tahun yang kedua orang tua nya bercerai maka hak asuh anak tersebut jatuh pada ibu. Karena anak yang di bawah umur masih begitu banyak memerlukan perhatian dari sosok ibu. Namun dalam kasus tertentu adapula hakim yang memberikan hak asuh anak yang masih di bawah umur kepada bapak. Dengan banyak pertimbangan dan 3

faktor yang mendasari dilimpahkannya hak asuh anak yang masih di bawah umur kepada bapaknya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentan Pelimpahan Hak Asuh Anak di Bawah Umur akibat perceraian studi kasus di Pengadilan Agama Surakarta. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian pada penulisan sekripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam menentukan pelimpahan hak asuh anak di bawah umur bakibat perceraian. 2. Bagaimana akibat hukum orang tua kepada anak setelah bercerai. C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan pelimpahan hak asuh anak di bawah umur akibat perceraian. 2. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul antara orang tua dengan anak setelah bercerai. 4

D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Dari hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan penetahuan bagi penulis terkait tentang masalah pelimpahan hak asuh anak di bawah umur akibat perceraian 2. Bagi Masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, memberikan penetahuan kepada masyarakat dan memberikan informasi khususnya bagi mereka yang sedan menjalani perkara perceraian. Mereka dapat memahami tentang pelimpahan hak asuh anak yang masih di bawah umur akibat perceraian. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembanngan ilmu hukum pada umumnya dan ilmu perdata pada khusus nya yang berkaitan tentang pelimpahan hak asuh anak yang masih di bawah umur akibat perceraian. E. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yan bertujuan mempelajari suatu atau 5

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisis. 3 Oleh karena itu sebelum penulis melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih dahulu menenai metode yang akan dipakai. Adapun metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan yang berupa penelitian normatif, maka metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif. Penelitian itu sendiri merupakan penelitian hukum yang mendasarkan pada konstruksi data yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten. Penelitian yuridis normatf itu sendiri adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika ilmu hukum dari sisi normatifnya (menelaah norma tertulis), dimana penelitian ini menekankan pada penggunaan data sekunder atau studi kepustakaan. Hal ini berkaitan dengan upaya penelitian yang mengkaji dan menganalisis peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah pelimpahan hak asuh anak di bawah umur akibat perceraian. 2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif ini pada umumnya bertujuan untuk mendiskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap masalah 3 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiyono,2004, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum,Surakarta: Fakultas Hukum UMS, hal 1 6

tentang pelimpahan hak asuh anak di bawah umur sebagai akibat dari perceraian. 4 3. Sumber Data a. Data Sekunder Data sekunder merupakan data utama yang diperoleh melalui kajian bahan pustaka dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: 1) Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan erat dengan permasalahan yang akan diteliti, meliputi: a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Undang-undangg No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan c. Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan undang-undang No 1 Tahun 1974 d. Yurisprudensi 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa literatur dalam tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini serta artikelartikel, makalah dan salinan dokumen yang berkaitan dengan permasalahan tentang pelimpahan hak asuh atas anak di bawah umur akibat perceraian. 3) Bahan Hukum Tersier 4 Bambang Sunggono, 2012, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal 35 7

Yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: a) Kamus Hukum b) Ensikklopedia b. Data Primer Adapun yang dimaksud dengan data primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu dengan melakukan penelitian langsung di lapangan. 1) Lokasi Penelitian Dalam hal ini penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Agama Surakarta. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan karena instansi tersebut yang berwenang untuk mengurus, memeriksa, dan menetapkan putusan tentang pelimpahan hak asuh atas anak di bawah umur akibat perceraian. Pemilihan wilayah di Kota Surakarta itu sendiri supaya mudah dijangkau oleh peneliti, karena peneliti berdomisili di wilayah Surakarta, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar dalam penyusunan dan penulisan penelitian ini. 2) Subjek Penelitian Dalam penelitian ini penulis menetapkan subjek-subjek yang diteliti yaitu dengan informan atau responden yang berkompeten 8

dalam menjelaskan masalah dalam perkara pelimpahan hak asuh anak di bawah umur ini yaitu hakim Pengadilan Agama Surakarta. 3) Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data yang diperlukan yaitu : 1. Studi Kepustakaan Metode studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis serta mempelajari data-data sekunder yang terdiri dari 3 bahan hukum yang tersebut diatas. 2. Studi Lapangan a) Daftar Pertanyaan Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan tersusun secara urut dan sistematis. b) Wawancara Wawancara merupakan metode dimana langsung bertatap muka dengan responden untuk melakukan tanya jawab menanyakan perihal fakta-fakta hukum yang akan di teliti, pendapat maupun persepsi dari responden, serta saran-saran dari responden yang berkaitan dengan objek penelitian. 5 Dalam hal ini peneliti 5 Suratman dan Philips Dillah, 2003, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, hal 127. 9

bertindak sebagai interviewer dan yang menjadi responden atau narasumbernya adalah hakim Pengadilan Agama Surakarta. 3. Metode Analisis Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menganalisis data yang meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku kepustakaan, jurisprudensi dan literature lainya yang berkaitan dengan pelimpahan hak asuh anak di bawah umur akibat perceraian. Yang kemudian akan dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan responden sebagai narasumber yang bersangkutan, untuk kemudian dilakukan pengumpulan dan penyusunan data secara menuraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan, memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam sekripsi ini, maka diperlukan sistematika penulisan. Dimana sistematika penulisan skripsi ini meliputi: BAB I Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penelitian BAB II Tinjauan pustaka. Bab ini membahas tentang pengertian anak di bawah umur, pengertian perceraian, pengertian pelimpahan hak asuh anak 10

di bawah umur, tinjauan tentang batas umur, yang berhak mengasuh anak sebagai akibat perceraian, tangung jawab orang tua kepada anak setelah bercerai, dasar hukum pelimpahan hak asuh anak. BAB III Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Bab ini menguraikan dengan jelas tentang: Pertimbangan hakim dalam menentukan pelimpahan hak asuh anak di bawah umur akibat perceraian, bagaimana akibat dari Orang Tua kepada anak setelah bercerai. BAB IV Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berguna untuk menyempurnakan penelitian di masa mendatang. 11