BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 95 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM SARANA SANITASI BERBASIS SEKOLAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 32.1 TAHUN 2015 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA BENDERANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN DAN RELOKASI PERUMAHAN MASYARAKAT

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 43 TAHUN TAHUN 2011 TENTANG OPERASI PASAR MURAH KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN PEMBANGUNAN SARANA SANITASI BERBASIS SEKOLAH

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 236 TAHUN 2011

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA TIDAK TERDUGA TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 216 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 21 TAHUN 2016

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR TAHUN 9017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN /2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN TENTANG

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI KARAWANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH, BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN BELANJA TIDAK TERDUGA

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI KARAWANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2O17 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DANA DESA DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2017

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2017

Transkripsi:

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN SERIBU SARANA SANITASI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pencapaian target MDGs pada pemenuhan akses sanitasi masyarakat dan implementasi Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman maka perlu didukung Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi; b. bahwa Gerakan Seribu Sarana Sanitasi dilaksanakan melalui upaya penguatan perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta meningkatkan akses sanitasi dengan penyediaan sarana sanitasi layak pada area beresiko sanitasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang

-2-4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5223); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; 10. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 11. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 14. Peraturan Menteri.

-3-14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 atas Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 15. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 01 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0108); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0210); 18. Peraturan Bupati Nomor 75 Tahun 2015 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang; Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN SERIBU SARANA SANITASI KABUPATEN TANGERANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Tangerang. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. 6. Sanitasi

-4-6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah upaya merubah perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat melalui pemberdayaan dengan cara Pemicuan. 7. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat. 8. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang selanjutnya disebut Pokja AMPL adalah kelompok kerja yang bertugas mengkoordinasikan dan merumuskan kegiatan terkait air minum dan penyehatan lingkungan di Daerah. 9. Tim Teknis adalah unsur SKPD yang terkait dengan kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi yang keanggotaannya ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang. 10. Kelompok Wirausaha Sanitasi atau Kelompok Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disebut KWS/KSM adalah unsur masyarakat yang peduli dan mempunyai kemampuan dalam pengelolaan sanitasi masyarakat yang keanggotaannya ditetapkan dengan surat keputusan Camat. 11. Gerakan Seribu Sarana Sanitasi adalah program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan sarana sanitasi layak bagi masyarakat di area beresiko sanitasi. 12. Area Beresiko adalah desa yang memiliki permasalahan sanitasi berdasarkan survey Environment Health Risk Assesment (EHRA) dan tercantum dalam buku putih sanitasi. 13. Sanitasi Layak adalah sarana sanitasi berupa jamban keluarga yang dilangkapi dengan tanki septik sehingga tidak mencemari lingkungan. 14. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga memerlukan bantuan pemerintah. 15. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah. 16. Naskah

-5-16. Naskah Perjanjian Hibah Daerah selanjutnya disingkat NPHD adalah naskah perjanjian hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah antara Pemerintah Daerah dengan penerima hibah. 17. Petunjuk Teknis Pengelolaan Kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi yang selanjutnya sebut Juknis adalah petunjuk pengelolaan yang dibuat oleh Tim Teknis yang meliputi tata cara pengelolaan kegiatan, penyaluran dana, pemilihan lokasi dan sasaran penerima manfaat dan pemanfaatan BOP. Pasal 2 Tujuan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi adalah: a. meningkatkan akses sanitasi; b. mendayagunakan KWS/KSM; dan c. membantu masyarakat yang belum mampu memiliki akses santasi melalui pembangunan sarana sanitasi layak dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat oleh KWS/KSM. BAB II PELAKSANAAN PROGRAM Bagian Kesatu Prinsip Dasar Pasal 3 Prinsip dasar pelaksanaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi meliputi: a. berorientasi pada Area Beresiko sanitasi: b. partisipasitif; c. transparansi; dan d. akuntabilitas. Pasal 4 (1) Yang dimaksud dengan berorientasi pada Area Beresiko sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a adalah prioritas pelaksanaan pada area beresiko sanitasi. (2) Yang dimaksud dengan partisipasif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b adalah melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. (3) Yang

-6- (3) Yang dimaksud dengan transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c adalah menjamin adanya keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pengelolaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi. (4) Yang dimaksud dengan akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dalam pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Strategi Operasional Pasal 5 Strategi operasional Gerakan Seribu Sarana Sanitasi yaitu: a. peningkatan kepedulian individu, keluarga dan masyarakat terhadap sanitasi melalui Pemicuan; b. pengelolaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi oleh KWS/KSM; dan c. penerapan pola partisipatif dengan meningkatkan pemberdayaan kelompok masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensi serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Bagian Ketiga Kriteria Lokasi Pasal 6 Kriteria lokasi pelaksanaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi meliputi: a. area beresiko sanitasi; b. sudah dilaksanakan pemicuan STBM; atau c. diutamakan bagi desa yang masih memerlukan peningkatan akses sanitasi Bagian Keempat Penetapan Sasaran Penerima Manfaat Pasal 7 Penetapan sasaran penerima manfaat pelaksanaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi meliputi: a. KWS/KSM melaksanakan pendataan dan menetapkan calon sasaran diketahui Kepala Desa; b. KWS/KSM menyerahkan data calon sasaran kepada Tim Teknis; c. Tim Teknis

-7- c. Tim Teknis melakukan verifikasi terhadap calon sasaran yang diusulkan oleh KWS/KSM; dan d. berdasarkan dokumen laporan hasil verifikasi, Tim Teknis mengusulkan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai daftar nominatif calon sasaran penerima manfaat Gerakan Seribu Sarana Sanitasi dengan keputusan Bupati. Bagian Kelima Kriteria Sasaran Penerima Manfaat Pasal 8 Kriteria sasaran penerima manfaat Gerakan Seribu Sarana Sanitasi adalah: a. calon sasaran adalah masyarakat di area beresiko sanitasi yang sudah terpicu dan belum memiliki sarana sanitasi layak; b. penduduk Kabupaten Tangerang, yang di buktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK); c. MBR; d. belum memiliki sarana sanitasi layak; dan/atau e. belum pernah mendapatkan bantuan perbaikan sarana sanitasi. Bagian Keenam Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pasal 9 Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi: a. persiapan; b. perencanaan meliputi menetapkan penerima, pendataan dan verifikasi sasaran penerima manfaat, pemberkasan, penandatanganan NPHD, dan proses pencairan; c. sosialisasi; d. pelaksanaan meliputi penyiapan lapangan, manajemen material dan tenaga kerja, dan pembangunan; e. monitoring evaluasi; dan f. pelaporan. Bagian Ketujuh

-8- Bagian Ketujuh Pelaksana Kegiatan Pasal 10 Pelaksana kegiatan dalam Gerakan Seribu Sarana Sanitasi Kabupaten Tangerang adalah: a. Tim Teknis; dan b. KWS/KSM. Pasal 11 (1) Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a mempunyai fungsi sebagai berikut: a. menyusun peraturan Bupati tentang pedoman pelaksanaan gerakan Seribu Sarana Sanitasi; b. sosialisasi pelaksanaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi kepada stakeholder; c. membuat Juknis pengelolaan kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi; d. melaksanakan verifikasi data calon penerima hibah (KWS/KSM); e. melaksanakan verifikasi data calon sasaran/penerima manfaat yang diajukan oleh KWS/KSM; f. mengusulkan penerima hibah (KWS/KSM) kepada Bupati; g. memfasilitasi proses penandatanganan NPHD; h. mengkoordinasikan perencanaan kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi; i. memberikan pembekalan teknis pelaksanaan kegiatan kepada KWS/KSM; j. melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan anggaran dan pelaksanaan kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi yang dilaksanakan oleh KWS/KSM; dan k. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Bupati berdasarkan laporan yang disampaikan oleh KWS/KSM melalui Pokja AMPL. (2) KWS/KSM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b mempunyai fungsi sebagai berikut: a. melakukan sosialisasi kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi pada tingkat kecamatan/desa/kelurahan dan sasaran; b. melaksanakan

-9- b. melaksanakan koordinasi dengan Camat dan lurah/kepala Desa dalam pengelolaan kegiatan; c. mendata calon sasaran penerima manfaat dan menyampaikan kepada Tim Teknis; d. menyusun proposal Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan rencana kegiatan; e. membuat permohonan pencairan dana Hibah kepada Bupati Tangerang melalui Tim Teknis; f. menandatangani NPHD; g. menandatangani pakta integritas; h. melaksanakan pengelolaan keuangan dan kegiatan teknis pembangunan sarana sanitasi i. menyelesaikan permasalahan/kendala di wilayah kerjanya; j. membuat laporan progres pelaksanaan kegiatan kepada Tim Teknis; dan k. membuat dan menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan fisik dan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan biaya pembangunan sarana sanitasi dan operasional kegiatan kepada Bupati Tangerang melalui Tim Teknis. Bagian Kedelapan Pemanfaatan Dana Pasal 12 Bantuan dana hibah dimanfaatkan untuk: a. pengadaan cetakan tanki septik, diperlukan untuk membangun tangki septik yang memenuhi syarat kesehatan; b. Pembangunan sarana terdiri dari Sarana Sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal terdiri dari lubang pembuangan kotoran/kloset, lantai dan tanki septik, baik berupa amban keluarga maupun jamban/tangka septik bersama (share); c. biaya operasional KWS/KSM dipergunakan untuk: 1. Pemicuan/pendampingan STBM; 2. sosialisasi dan koordinasi; 3. pendataan sasaran; 4. pembelian ATK; 5. pembelian sarana penunjang kegiatan; 6. penggandaan

-10-6. penggandaan laporan; 7. pembayaran honor pendamping; 8. transportasi konsultasi ke Tim Teknis dan pelaporan; dan 9. pelaksanaan monitoring dan evaluasi; Bagian Kesembilan Jumlah Bantuan Pasal 13 (1) Jumlah bantuan pembangunan sarana sanitasi Gerakan Seribu Sarana Sanitasi tiap KWS/KSM ditetapkan dalam NPHD. (2) Penetapan NPHD sesuai jumlah yang diajukan KWS/KSM yang tertuang dalam proposal pengajuan bantuan hibah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang melalui program pembangunan jamban. BAB III PENDANAAN Bagian Kesatu Mekanisme Pencairan Dana Pasal 14 (1) KWS/KSM membuka rekening pada bank umum nasional terdekat yang dipergunakan khusus untuk pelaksanaan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi. (2) Penyaluran dana hibah dilakukan melalui pemindahbukuan dari rekening kas umum daerah kepada rekening KWS/KSM setelah ditandatanganinya NPHD. (3) KWS/KSM menyusun proposal ditujukan kepada Bupati melalui Tim Teknis yang berisikan: a. latar belakang; b. maksud dan tujuan kegiatan; c. rencana kegiatan; d. rincian penggunaan dana/rab; e. sumber dana; f. jumlah sasaran dilengkapi nama sasaran dan alamat sasaran; g. melampirkan foto copy SK pendirian KWS/KSM dan susunan pengurus; h. melampirkan foto copy rekening tabungan atas nama KWS/KSM yang mengusulkan; i. melampirkan

-11- i. melampirkan foto copy NPWP; j. melampirkan foto copy KTP (ketua dan pemegang rekening); k. melampirkan foto copy anggaran dasar/anggaran rumah tangga KWS/KSM yang mengusulkan; l. melampirkan surat pernyataan kesanggupan dari KWS/KSM untuk melaksanakan Program Gerakan Seribu Sarana Sanitasi dan kesanggupan menyelesaikan pembangunan sarana sanitasi sesuai dengan rencana yang dibuat; dan m. melampirkan pakta integritas. (4) Proposal dari KWS/KSM yang dimaksud pada ayat (3) dilakukan verifikasi adminitrasi oleh Tim Teknis. (5) Tata cara pencairan dana berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Mekanisme Pengelolaan Keuangan Pasal 15 (1) Pengelolaan keuangan dilakukan oleh KWS/KSM dan dicatat dalam buku kas umum KWS/KSM yang disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) KWS/KSM mengelola dana untuk pembangunan sarana dan biaya operasional kegiatan sesuai dengan Juknis. BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 16 Monitoring dan evaluasi wajib dilaksanakan oleh Tim Teknis dan KWS/KSM untuk mengetahui progres pelaksanaan kegiatan meliputi: a. kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; b. pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan; c. progres/gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan; d. kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya; dan e. gambaran dan/atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program. BAB V

-12- BAB V MEKANISME PELAPORAN Pasal 17 (1) KWS/KSM wajib membuat laporan progres pelaksanaan program Gerakan Seribu Sarana Sanitasi yang memuat: a. kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; b. pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan 50% (lima puluh persen) dan 100% (seratur persen); c. gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan; d. kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya; e. gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program; dan f. KWS/KSM menyampaikan laporan progres kegiatan kepada Tim Teknis. (2) KWS/KSM wajib membuat laporan akhir pelaksanaan program Gerakan Seribu Sarana Sanitasi yang memuat: a. kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan; b. seluruh capaian target sasaran yang telah dilaksanakan; c. dokumentasi pelaksanaan 0 % (nol persen), 50% (lima puluh persen) dan 100% (seratur persen); d. berita acara serah terima hasil pembangunan sarana sanitasi dan kesediaan pemanfaatan oleh MBR yang ditanda tangani oleh KWS/KSM dan MBR; dan e. KWS/KSM menyampaikan laporan akhir kegiatan kepada Bupati Tangerang melalui Tim Teknis. (3) KWS/KSM wajib membuat laporan pertanggung jawaban keuangan yang memuat: a. buku kas umum KWS/KSM; b. foto copy Rekening program Gerakan Seribu Sarana Sanitasi atas nama KWS/KSM penerima hibah tertanggal akhir pelaksanaan program; c. realisasi dana pembangunan sarana sanitasi MBR berupa daftar nama penerima disertai dengan dokumentasi 0 % (nol persen), 50% (lima puluh persen) dan 100% (seratur persen); d. realisasi biaya bagi pembangunan sarana sanitasi MBR dilengkapi bukti pengeluaran dana berupa Nota/Kwitasi pembelian per MBR; e. laporan

-13- e. laporan keuangan diketahui oleh Kepala Desa/Lurah dan Camat; dan f. KWS/KSM menyampaikan laporan pertanggung jawaban keuangan kepada Bupati Tangerang melalui Tim Teknis. (4) Laporan akhir diserahkan kepada Tim Teknis paling lambat (satu) bulan setelah kegiatan selesai. (5) Apabila KWS/KSM tidak dapat menyelesaikan kegiatan sesuai batas waktu atau target sasaran yang ditetapkan maka wajib mengembalikan sisa dana ke kas daerah. BAB VI WAKTU PELAKSANAAN Pasal 18 Pelaksanaan kegiatan Gerakan Seribu Sarana Sanitasi selama 1 (satu) tahun anggaran BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 1 Juni 2015 BUPATI TANGERANG, Ttd. Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 1 Juni 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANGERANG, Ttd. A. ZAKI ISKANDAR ISKANDAR MIRSAD BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2015 NOMOR 102