BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global pada saat ini. Prevalensi global diabetes pada orang dewasa diperkirakan meningkat dari 6,4 % pada tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et al., 2012). Internasional Diabetes Federation (IDF) memprediksi insiden diabetes akan meningkat dari 366 juta pada tahun 2011 menjadi 552 pada tahun 2030 nantinya. Peningkatan tajam insiden diabetes ini 70-80% terjadi di negara berkembang sedangkan di negara maju lebih kurang 20% ( Reutens & Atkins 2011 ; Ramachandran et al., 2012 ). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan insidensi dan prevalensi diabetes melitus (DM) di berbagai penjuru dunia. Menurut World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati urutan peringkat keempat jumlah pasien diabetes terbanyak di dunia setelah India China dan Amerika Serikat (AS) dan terdapat 8,4 juta pasien diabetes di Indonesia pada tahun 2000 dan akan meningkat menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild et al., 2004). Lebih dari 90% pasien diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) (( Deshpande et al., 2008; Wild et al., 2004). Banyaknya perkiraan jumlah pasien yang menderita DM ini berhubungan dengan berkurangnya rentang umur harapan hidup, peningkatan komplikasi mikro dan makrovaskular, dan turunnya kualitas hidup (Wild et al., 2004).

Prevalensi DM menurut International Diabetes Federation (IDF) peningkatannya mencapai 1,9 %, sehingga DM menjadi penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan menurut WHO tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes melitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia meningkat menjadi 57%. Tingginya prevalensi diabetes melitus disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik dan faktor risiko yang dapat diubah, misalnya kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Massa Tubuh, lingkar pinggang dan umur (Harding & Anne 2003.) Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia akibat insensifitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus (Wild et al., 2004). Penyebab kematian dan kesakitan utama pada penderita diabetes (baik DM tipe 1 maupun DM tipe 2) adalah penyakit kardiovaskuler. Penyulit mikrovaskuler merupakan penyebab terjadinya retinopati, neuropati dan nefropati, sedangkan makroangiopati pada diabetes bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan otak) ( Waspadji 2011). Disfungsi endotel dapat terjadi baik pada penderita DM tipe 2 dan juga pada penderita DM tipe 1 terutama bila telah terjadi manifestasi klinis mikroalbuminuria. Disfungsi endotel juga dapat terjadi pada individu

dengan resistensi insulin (pasien obese) atau yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita DM tipe 2 (toleransi glukosa terganggu) dan penderita diabetes gestasional. Peningkatan komplikasi pada DM terjadi akibat gangguan pembuluh darah, baik makrovaskular maupun mikrovaskular (Waspadji 2011). Gangguan pada pembuluh darah diawali adanya peningkatan viskositas dari darah yang mengalir, sehingga meningkatkan tekanan yang diterima oleh endotel. Tekanan yang diterima oleh pembuluh darah ini diantaranya berasal dari gaya gesek akibat aliran darah (shear stress). Peningkatan kadar gula darah akan diikuti oleh peningkatan viskositas darah yang sebanding dengan shear stress yang ditimbulkan. Peningkatan viskositas darah berkontribusi pada peningkatan tekanan darah penderita diabetes yang diduga menjadi faktor yang berperan dalam awal mula proses kegagalan organ lain dalam komplikasi DM (Waspadji., 2011). Endotel ataupun endothelium sangat berperan penting didalam menjaga keseimbangan dinamik antara faktor vasokonstriktif dengan faktor vasodilatatif, namun keadaan berbeda ketika terjadi cedera endotel atau disfungsi endotel pada kondisi stres oksidatif. Stres oksidatif diyakini memiliki peran penting dalam patofisiologi terjadinya hipertensi, sindroma metabolik, diabetes maupun aterosklesrosis. Stres oksidatif dapat menyebabkan disfungsi endotel dan hipertensi, melalui perangsangan inaktivasi Nictric oxide (NO) yang dimediasi oleh Reactive oxygen species (ROS). Nitric oxide merupakan senyawa endothelium derived relaxing factor yang berperan penting dalam pengaturan homeostasis vascular (Barton 2010). Vasodilator yang dihasilkan oleh endotel diantaranya adalah NO, endoteliumderived hyperpolarizing faktor, dan prostasiklin. Vasokonstriktor diantaranya adalah cyclooxigenase-derived contracting factors, endotelin, dan angiotensin II (Creager, MA

& Luscher, TF 2003). Kenaikan kadar endotelin-1 pada sirkulasi darah pasien DM diduga memiliki peran penting dalam patofisiologi hipertensi pada pasien DM (Singh et al., 2011). Kadar endotelin-1 lebih tinggi pada pasien DM dibandingkan dengan individu sehat, dan lebih tinggi pada pasien DM dengan hipertensi dan nefropati dibandingkan pasien DM tanpa komplikasi (Singh et al., 2011). Peningkatan kadar endotelin-1 dalam sirkulasi bisa disebabkan karena adanya penurunan jumlah reseptor endotelin-b yang berfungsi dalam bersihan zat tersebut (Barton 2010). Endotelin-1 yang utama dihasilkan oleh sel endotel pembuluh darah dapat menimbulkan konstriksi pada otot polos pembuluh darah sehingga mengecilkan diameter pembuluh darah dan berakibat pada kenaikan tekanan darah (Barton 2010). Suatu gen baru yang menghasilkan protein di permukaan sel, signal peptide- CUB_EGF domain containing protein (SCUBE) ditemukan di vaskuler endotelial dan organ-organ yang kaya akan sirkulasi (Wu et al., 2004). Tiga isoform SCUBE yang sudah diketahui, yaitu SCUBE1, SCUBE2, dan SCUBE3, yang diekspresikan pada berbagai sel dan jaringan manusia, tikus, dan zebrafish (Ali et al., 2013). Gen SCUBE1 dan SCUBE2 sudah diidentifikasi terdapat dalam berbagai organ dan endotel vaskuler (Yang et al., 2002). Gen SCUBE1 diketahui terekspresi pada platelet dan berperan sebagai molekul adesif antar sel (Tu CF et al., 2006 ; Tu CF et al., 2008). Pada penelitian lanjut, diketahui bahwa konsentrasi plasma SCUBE1 meningkat pada pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) dan Acute Ischemic Stroke (AIS) tetapi tidak pada pasien kronik Coronary Artery Disease (CAD) ( Dai et al., 2002). Sementara itu, gen SCUBE3 terekspresi dominan pada osteoblas, sel endotel, dan sel otot polos vaskuler

(Wu et al 2004). Pada mencit transgenic SCUBE3 ditemukan terjadinya peningkatan ekspresi gen ini bersamaan dengan peningkatan transforming growth factor (TGF)-β dan secara progresif menyebabkan hipertrofi jantung pada hewan coba tersebut, yang mengimplikasikan keterlibatan gen SCUBE3 pada penyakit kardiovaskuler (Yang et al 2007). Gen SCUBE2, selain berperan penting pada proses embriogenesis, gen ini juga menunjukkan keterlibatannya pada kanker payudara. Peningkatan ekspresi SCUBE2 diketahui terkait dengan rekurensi payudara (Xavier & Cobourne 2011 ). Penelitian mengenai keterlibatan gen SCUBE2 pada penyakit kardiovaskuler masih terbatas hingga saat ini. Pada penelitian gen SCUBE2, memperlihatkan bahwa gen ini terekspresikan tinggi pada mencit setelah 2 minggu mengalami ligasi arteri karotis parsial sebagai human model penebalan tunika intima. Peningkatan ekspresi gen ini juga terlihat signifikan pada mencit Low Density Lipoprotein Reseptor knock out (LDLr-/-) setelah 8 minggu diberi diet tinggi lemak sebagai hewan model aterosklerosis (Ali et al., 2013). Observasi lebih lanjut dengan imunohistokimia dan imunofluoresens, terlihat ekspresi SCUBE2 ini pada serial section arteri koroner manusia mulai dari penebalan tunika intima hingga pembentukan plak aterosklerosis lanjut dimana ditemukan adanya sel busa (foam cell) dan necrotic core. Pada tahap penebalan tunika intima, SCUBE2 terekspresi pada sel-sel otot polos pembuluh darah ( Ali et al 2013). Pada plak aterosklerosis lanjut, SCUBE2 terekspresi bersama dengan sel-sel otot polos pembuluh darah dan makrofag, serta sel busa (Ali et al 2013).

Penelitian mengenai ekspresi SCUBE pada penderita DM hingga saat ini belum ada. Ekspresi SCUBE2 pada spektrum yang lebih luas memungkinkan bahwa protein ini juga ditemukan pada penderita DM, sebagaimana DM diketahui paling banyak menyebabkan morbiditas dan mortalitas terutama komplikasinya kepada penyakit kardiovaskuler, dimana pada penyakit kardiovaskuler ini diawali dengan adanya disfungsi endotel baik akibat shear stress maupun oxydative stress. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui ekspresi gen SCUBE2 yang muncul ketika terjadi disfungsi endotel, dan hubungannya dengan ekspresi endotelin-1 pada penderita DM tipe 2. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada ekspresi Endothelin-1 penderita diabetes melitus tipe 2? 2. Apakah ada ekspresi SCUBE2 penderita diabetes melitus tipe 2? 3. Apakah terdapat hubungan antara ekspresi Endothelin-1 dengan ekspresi SCUBE-2 pada penderita diabetes melitus tipe 2? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara ekspresi Endothelin-1 dengan ekspresi gen SCUBE-2 pada penderita diabetes melitus tipe 2. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.Mengetahui ekspresi Endothelin-1 penderita diabetes melitus tipe 2. 2.Mengetahui ekspresi gen SCUBE2 penderita diabetes melitus tipe 2.

3.Mengetahui hubungan ekspresi Endotelin-1 dengan ekspresi gen SCUBE2 pada penderita diabetes melitus tipe 2. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang hubungan endotelin-1 dan ekspresi SCUBE2 pada penderita diabetes melitus tipe 2. 1.4.2 Manfaat untuk Terapan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para klinisi dalam penatalaksanaan pengobatan Diabetes Melllitus tipe 2 di masa mendatang. 1.4.3 Manfaat untuk Masyarakat Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan ekspresi endotelin-1 dengan ekspresi gen SCUBE2 pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.