BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi antara usia 12 sampai dengan 21 tahun (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, EFIKASI DIRI, DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SMA NEGERI DAN SMA SWASTA DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era pembangunan saat ini, hampir setiap negara di dunia berusaha untuk menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya manusia menjadi salah satu komponen penting dalam era ini. Peningkatan produktifitas sumber daya manusia harus dibangun sejak usia remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang terjadi antara usia 12 sampai dengan 21 tahun (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, 2008 : 203). Masa remaja ditandai dengan perubahan bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi, dan aspek fungsional (Robert M. Kliegman, et al., 2007 : 35). Ditinjau dari segi umur, remaja dapat dibagi menjadi remaja awal (early adolescent) pada umur 12 sampai 15 tahun, remaja menengah (middle adolescent) pada umur 15 sampai 18 tahun, dan remaja akhir (late adolescent) pada umur 18 sampai 21 tahun (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, 2008). Perkembangan pesat pada Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) juga berdampak pada semakin meningkatnya permasalahan remaja. Salah satu permasalahan yang timbul yakni perilaku seksual remaja saat berpacaran. Berpacaran menurut Freud dalam Imran (1999) muncul pada masa awal pubertas yang terjadi sebagai akibat perubahan hormon dan mulai berfungsinya organ seksual. Pacaran merupakan masa pencarian pasangan, penjajakan, dan proses memahami berbagai sifat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (Setiawan & Nurhidayah, 2008). Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran dianggap sebagai identitas. Umumnya, seorang 1

2 remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar, sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang pergaulan. Hasil survei perilaku seksual siswa di PKBI Jawa Tengah tahun 2013 diketahui bahwa aktivitas berpacaran yang dilakukan oleh remaja meliputi mengobrol (100%), berpegangan tangan (80%), mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir (51%), mencium leher (28%), petting (22%), dan intercouse (6,2%) (dalam Alfiani, 2013). Dari data tersebut diketahui bahwa berpacaran di kalangan remaja tidak saja menjadi pemenuhan kebutuhan sosiologis tetapi juga menjadi pemenuhan kebutuhan biologis. Pernyataan tersebut didukung dengan data BKKBN (2015) yang menyatakan bahwa sebanyak 46% remaja berusia 15-19 tahun sudah melakukan hubungan seksual. Kemudian data tersebut diperkuat dengan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang menyatakan bahwa pria yang pernah melakukan hubungan seksual lebih tinggi sebanyak 8% daripada wanita (Badan Pusat Statistik, 2012). Fenomena berpacaran remaja saat ini yang cenderung ke arah perilaku seksual pranikah berpengaruh terhadap status kesehatan reproduksi remaja dan kualitas remaja di masa mendatang. Beberapa dampak dari perilaku seksual pranikah yakni aborsi, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual (IMS) bahkan HIV/AIDS. Data Sensus Nasional pada tahun 2014 menunjukkan bahwa sebesar 48-51% perempuan yang hamil merupakan usia remaja (BKKBN, 2015). Data BKKBN juga menyebutkan bahwa terjadi 2.500.000 kasus aborsi setiap tahunnya dengan berbagai alasan. Sebanyak 800.000 kasus dilakukan pada usia remaja 15-19 tahun sehingga diperkirakan setiap hari ada 2.000 remaja yang melakukan aborsi (dalam berita Metro, 2016).

3 Berdasarkan data dari PKBI Provinsi Bali pada tahun 2015 dari 29 kasus KTD sebesar 89,7% terjadi pada kelompok umur 15-19 tahun. Data lain menyebutkan bahwa dari 1162 kasus IMS di Provinsi Bali sebanyak 7,7 % berasal dari kelompok umur 15-19 tahun (PKBI Provinsi Bali, 2015). Berdasarkan data dari KPA kota Denpasar hingga akhir Desember 2015 temuan kasus HIV/AIDS mencapai 13.319, kasus terbanyak ditemukan di kota Denpasar yakni sebesar 39,4%, sedangkan dari total kasus yang ditemukan sebanyak 2% berasal dari kelompok umur 15-19 tahun (KPA Kota Denpasar, 2016). Perilaku seksual pranikah pada remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah meliputi pengetahuan dan sikap (Sarwono dalam Darmasih, 2011). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2014). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rosdarni dkk. (2015) yang menyatakan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah berpeluang lebih dari 1,5 kali untuk melakukan perilaku seksual pranikah berisiko dibandingkan remaja yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Sikap menjadi faktor internal yang mendorong perilaku seksual karena seseorang yang sudah tahu akan berpikir dan berusaha sehingga muncul niat untuk berperilaku tertentu. Tanpa adanya sikap seseorang tidak memiliki kesiapan atau kesediaan untuk bertindak (Notoadmodjo, 2014). Remaja yang memiliki sikap negatif berpeluang 1,5 kali untuk melakukan perilaku seksual pranikah yang berisiko dibandingkan remaja yang memiliki sikap positif (Rosdarni et al., 2015). Faktor internal lain yang juga mempengaruhi perilaku seksual remaja yakni efikasi diri. Hasil penelitian Kusumastuti (2015) menunjukkan bahwa dari 3 faktor internal yang diteliti

4 faktor efikasi diri berpengaruh paling besar terhadap perilaku seksual remaja sebesar 0.237. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja yakni kelompok teman sebaya (peer group), sumber-sumber informasi, keluarga, sosialbudaya, religiutas, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu (Alfiani, 2013; Darmasih, 2011). Hasil penelitian Kusumastuti (2015) menyatakan bahwa teman sebaya merupakan faktor penguat terhadap pembentukan perilaku remaja termasuk perilaku seksual. Disebutkan pula dalam penelitian Kusumastuti (2015) bahwa teman sebaya berpengaruh positif sebesar 0.222 terhadap perilaku seksual. Maka dari itu, upaya untuk mengontrol perilaku seksual pranikah remaja dapat dilakukan melalui pembentukan program yang menyasar kelompok teman sebaya (peer group). Di Provinsi Bali terutama di Kota Denpasar, pada beberapa sekolah sudah terdapat beberapa program terkait dengan kesehatan reproduksi remaja yang menyasar kelompok teman sebaya (peer group), diantaranya program KSPAN dan program PIK R/M. Program Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) dibentuk oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). KSPAN merupakan program yang berada di sekolah tingkat SMP dan SMA. Tujuan program KSPAN yakni memberikan informasi mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja dan konseling serta penanggulangan HIV/AIDS dan Narkotika (SMA 6 Denpasar, 2013). KSPAN yang berstatus aktif menurut data dari KPA Kota Denpasar (2016), berada di sekolah SMA Negeri 2 Denpasar, SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, dan SMP Dwijendra Denpasar. Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M) merupakan program kesehatan reproduksi remaja yang juga menyasar kelompok teman sebaya (peer group) di tingkat SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. PIK R/M

5 dibentuk oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) yang terbentuk di kota Denpasar berdasarkan Surat Keputusan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) tahun 2015, berada di SMA Negeri 2 Denpasar, SMA Negeri 8 Denpasar, SMA Dharma Praja Denpasar, SMP Dwijendra Denpasar, SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, SMK 3 Denpasar, SMPK 1 Harapan Denpasar, SMP Widya Sakti Harapan Denpasar, SMP Nasional Denpasar, dan SMP Pemecutan Denpasar. Berdasarkan data dari BKBPP dan KPA Kota Denpasar (2015) terdapat 3 sekolah yang memiliki KSPAN berstatus aktif dan PIK R yakni SMA Negeri 2 Denpasar, SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, dan SMP Dwijendra Denpasar. Dengan adanya program KSPAN dan program PIK R yang menyasar kelompok teman sebaya (peer group) di sekolah-sekolah tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan efikasi diri terkait seksualitas remaja. Akan tetapi, hasil penelitian Nurlaili (2012) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai IMS di SMA Negeri lebih rendah dibandingkan di SMA Swasta. Kemudian berdasarkan data tersebut, peneliti memilih SMA Negeri dan SMA Swasta sebagai lokasi penelitian. Peneliti memilih remaja di tingkat SMA sebagai sampel penelitian karena remaja di tingkat SMA sedang mengalami pembentukan identitas diri (Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, 2008 : 204). Pembentukan identitas diri ini akan mempengaruhi perilaku yang dimunculkan remaja termasuk perilaku seksual. Perilaku seksual pranikah yang muncul dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya yang kurang baik. Pernyataan tersebut semakin diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah seorang siswa alumni angkatan 2012 dari SMA Negeri dan SMA Swasta yang menyatakan bahwa terdapat siswa yang menikah usia dini akibat KTD padahal

6 terdapat program KSPAN dan PIK R di kedua sekolah tersebut [Swandewi & Yuni, wawancara, 11 Maret 2016]. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui Pengetahuan, Sikap, Efikasi Diri, dan Perilaku Seksual Remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. Hal ini tentu sangat penting diperhatikan untuk mengetahui perilaku seksual pranikah pada remaja sehingga nantinya dapat diciptakan bentuk promosi kesehatan yang cocok dan tepat untuk mengontrol perilaku seksual pranikah pada remaja. Rumusan Masalah Dari latar belakang diketahui bahwa gaya berpacaran remaja mengarah ke perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual pranikah menyebabkan terjadinya aborsi, KTD, IMS bahkan HIV/AIDS. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah yakni kelompok teman sebaya/peer group (Alfiani, 2013; Darmasih, 2011). Di Provinsi Bali terutama di Kota Denpasar, pada beberapa sekolah sudah terdapat beberapa program terkait dengan kesehatan reproduksi remaja yang menyasar kelompok teman sebaya (peer group), diantaranya program KSPAN dan program PIK R/M. Berdasarkan data dari BKBPP dan KPA Kota Denpasar (2015) terdapat 3 sekolah yang memiliki KSPAN berstatus aktif dan PIK R. Dengan adanya program KSPAN dan program PIK R diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan efikasi diri terkait seksualitas remaja. Akan tetapi, perilaku seksual pranikah pada remaja yang mengalami pembentukan identitas diri muncul dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya yang kurang baik. Pernyataan tersebut semakin diperkuat dengan hasil wawancara dengan alumni 2012 dari SMA Negeri dan SMA Swasta yang menyatakan bahwa terdapat siswa yang menikah usia dini akibat KTD padahal terdapat program KSPAN dan PIK R di kedua sekolah tersebut [Swandewi & Yuni,

7 wawancara, 11 Maret 2016]. Sehubungan dengan masalah tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, efikasi diri, dan perilaku seksual remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar? 2. Bagaimana perilaku seksual remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar? 3. Bagaimana pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar? 4. Bagaimana sikap remaja terhadap seksualitas pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar? 5. Bagaimana efikasi diri remaja terhadap seksualitas pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar? 6. Bagaimana distribusi perilaku seksual remaja berdasarkan pengetahuan, sikap, dan efikasi diri? Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, efikasi diri, dan perilaku seksual remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar.

8 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui perilaku seksual remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. 4. Untuk mengetahui sikap remaja terhadap seksualitas pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. 5. Untuk mengetahui efikasi diri remaja terhadap seksualitas pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. 6. Untuk mengetahui distribusi perilaku seksual remaja berdasarkan pengetahuan, sikap, dan efikasi diri. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan serta menyumbangkan pemikiran bagi pengembangan teori keilmuan khususnya dibidang promosi kesehatan. Peneliti berikutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi terutama dalam penelitian yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual remaja tentunya dengan menggunakan sampel lain.

9 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada : 1. Pemerintah yang secara khusus ditujukan kepada KPA dan BKBPP Kota Denpasar mendapatkan informasi yang berkaitan perilaku seksual remaja saat ini sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi dalam menetapkan strategi promosi kesehatan yang tepat dan efisien melalui program KSPAN dan PIK R. 2. Sekolah yang secara khusus ditujukan kepada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar mendapatkan informasi yang berkaitan perilaku seksual remaja saat ini sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih tanggap dalam mengawasi dan mengontrol siswanya terutama terkait perilaku seksual. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bidang promosi kesehatan yang menekankan pada aspek pengetahuan, sikap, efikasi diri, dan perilaku seksual remaja pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Denpasar. Remaja yang dimaksud adalah remaja menengah (middle adolescent) pada umur 15 sampai 18 tahun dan bersedia menjadi informan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga tidak melihat pengaruh antar variabel.