BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

dokumen-dokumen yang mirip
Disusun Oleh: PANJANG MURYONO A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang banyak. didik) untuk memperoleh kedewasaaan jasmani, rohani maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di indonesia merupakan masalah nasional. Meningkatkan mutu. merupakan petunjuk adanya usaha yang dilakukan siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang beradab menganggap pendidikan sebagai suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran (Munib, 2010: Hal.139). Pendidikan Nasional Bab I pasal 3 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan alam yaitu dengan cara mencari tahu tentang alam secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tantangan utama bangsa Indonesia dewasa ini dan di masa depan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Depdiknas, 2003). Dalam pendidikan terdapat suatu suasana atau proses pembelajaran yang pada paradigma baru ini sering kita sebut dengan pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Corey dalam Ruminiati (2007: 114), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga. Siswa akan memperoleh pembelajaran yang bermakna bila siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan paradigma baru dalam belajar, yaitu perubahan dari belajar yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi belajar berpusat pada diri siswa (student centered). 1

2 Dalam paradigma baru belajar yang berpusat pada siswa (student centered), siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi, kepribadian, bakat, dan minat yang mereka miliki. Sehingga diharapkan dalam proses belajarnya siswa berusaha untuk menemukan makna dari setiap konsep yang dipelajarirnya dengan bimbingan guru. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Dengan mengandalkan keaktifan siswa ini diharapkan hasil belajar yang dicapai siswa lebih bertahan lama dapat melekat dalam diri siswa. Sehingga dapat membentuk struktur keilmuan yang utuh. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru memiliki tugas untuk menyediakan berbagai fasilitas dan kebutuhan siswa dalam proses belajarnya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Untuk dapat melaksanakan tugas ini guru harus berusaha untuk merancang skenario pembelajaran yang inovatif dan kreatif sesuai dengan perkembangan pendidikan dan pembelajaran yang berkembang di dunia modern (modern learning). Inovasi pendidikan yang berkembang akhir-akhir ini menuntut guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dengan multi strategi dan media. Sedangkan peran guru sebagai motivator lebih menekankan pada pemberian penghargaan dan motivasi kepada siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan motivasi yang lebih untuk dapat mencapai hasil belajar di atas nilai rata-rata kelas.

3 Bertolak dari hal di atas, realitas pembelajaran yang berlangsung di SD sekarang ini masih banyak yang menggunakan paradigma lama, yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru. Pembelajaran ini sering disebut dengan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang masih menekankan pada ceramah yang diberikan oleh guru sebagai transfer ilmu pengetahuan. Pembelajaran ini hanya mengandalkan pengetahuan guru dan mengesampingkan kreativitas dan daya aktif siswa. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan yang menyangkut status formal warganegara yang pada awalnya diatur dalam UU No.2 tahun 1949. UU ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warganegara Indonesia (Wirataputra dalam Ruminiati, 2007: 125). UU ini telah diperbaharui dalam UU No. 62 tahun 1958. Dalam perkembangannya, UU ini dianggap cukup diskriminatif, sehingga diperbaharui lagi menjadi UU No. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan, yang telah diberlakukan mulai 1 Agustus 2006. Sedangkan menurut Ruminiati (2007: 115) pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan yang berkaitan langsung dengan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif (nilai) dimana sikap seseorang khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan teman bermainnya. Menurut Dwi Tyas Utami (2010: 66) PKn mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan moralitas kehidupan berbangsa. Berdasarkan pendapat di atas PKn adalah Pendidikan moral yang berkaitan langsung dengan masyarakat, dengan moralitas

4 kehidupan berbangsa dan cenderung pada pendidikan afektif (nilai) dimana sikap seseorang khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan teman bermainnya. PKn menuntun siswa untuk mendalami syarat-syarat dan hakekat menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang baik. Warga negara Indonesia yang baik adalah warga yang taat pada pancasila dan UUD 1945. Ia taat dan setia kepada pancasila yang menjunjung tinggi hak, kebebasan, martabat manusia, dan toleransi. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu model atau strategi pembelajaran. Model atau strategi pembelajaran merupakan cara kerja yang dipergunakan oleh seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di luar kelas. PKn yang berisi fakta dan peristiwa keseharian yang sangat dekat dengan kehidupan siswa mestinya menarik dan menyenangkan. Siswa dapat mengungkapkan apa yang dilihat atau dialami dan kemudian membandingkannya dengan konsep-konsep dalam PKn. Gagne dan Briggs dalam Dwi Tyas Utami (2010: 68) mengatakan bahwa suatu hasil belajar memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda. Karena itu, suatu strategi pembelajaran yang digunakan sering kali hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu di bawah kondisi tertentu. Dan untuk belajar tipe yang lain di bawah kondisi yang lain, diperlukan strategi pembelajaran yang berbeda (Degeng dalam Dwi Tyas Utami (2010: 68). Dari realitas yang terjadi dalam proses pembelajaran PKn di SDN 02 Lemahbang khususnya di kelas VI, banyak guru yang masih menggunakan strategi-strategi konvensional. Strategi dalam proses pembelajaran hanya

5 dijalankan dengan ceramah dan transfer pengetahuan oleh guru saja. Guru belum mampu berinovasi dengan menggunakan strategi-strategi terbaru yang lebih variatif dan mampu merangsang belajar siswa. Perlu diketahui bahwa strategi ceramah yang banyak dijalankan oleh guru kebanyakan itu bersifat monoton dan verbalistik. Pencapaian hasil belajar dari strategi tersebut hanya mengarah pada domain kognitif saja. Sehingga terkesan pencapaian hasil belajar hanya sebagai target formalitas dari kurikulum yang telah ditentukan. Dalam hal ini domain afektif dan psikomotor justru dikesampingkan dan tidak ditanamkan dalam diri siswa. Padahal dalam pembelajaran PKn domain afektif/ sikap merupakan aspek penting yang harus dicapai siswa di setiap akhir pembelajaran. Aspek ini membentuk watak dan kepribadian siswa. Dari paparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki strategi pembelajaran PKn yang yang banyak dilakukan oleh guru selama ini. Agar target nilai yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap materi PKn dapat terealisasi. Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru kelas VI, diketahui bahwa selama ini siswa masih kurang aktif dalam bertanya dan menjawab. Mereka yang aktif hanya 20%, dan dari siswa tersebut yang mempunyai kemampuan menjawab 15%. Pada pelaksanaan ulangan formatif, hasil belajar yang dicapai siswa kelas VI sangat jauh dari memuaskan, dari 36 siswa yang tuntas adalah 13 siswa atau sekitar 35% dan nilai rata kelas 65. Penggunaan berbagai macam model pembelajaran PKn disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakteristik materi, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa,

6 waktu dan kebutuhan belajar bagi siswa itu sendiri. Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu assessment search. Strategi pembelajaran assessment search merupakan strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu pengajar dalam menilai mata pelajaran dan pada saat yang sama dapat melibatkan siswa sejak dari awal. Strategi ini membantu untuk memberi tugas tentang masalah khusus kepada siswa, sementara yang lainnya dapat menjelaskan sebuah gambaran secara menyeluruh. Menurut Silberman dalam (Sarjuli, 2009: 71) Assesment search merupakan suatu cara yang menarik untuk memberi tugas materi pelajaran secara cepat dan pada saat bersamaan melibatkan siswa sejak awal untuk mengetahui masing-masing siswa dan kemampuan belajar dengan kerjasama. Inovasi sangat diperlukan dalam pembelajaran PKn, yaitu menjadikan pembelajaran PKn menjadi pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi siswa dengan memberikan tugas secara cepat dan melibatkan siswa bekerjasama dalam kelompoknya untuk mengetahui kemampuan belajarnya. Guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dapat menggembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui model pembelajaran assessment search. Strategi assessment search ini mendorong siswa untuk dapat

7 saling berbagi pengetahuan tentang mata pelajaran PKn dengan temannya serta dapat menemukan solusi dari berbagai kesulitan yang dihadapi ketika mempelajari PKn. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti memilih judul PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ASSESMENT SEARCH PADA SISWA KELAS VI DI SDN 02 LEMAHBANG KARANGANYAR TAHUN 2012/ 2013. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan spesifikasi atau penajaman uraian di latar belakang terhadap hakikat masalah yang diteliti (Maryadi dkk, 2011: 5). Dengan demikian, permasalahan yang terdapat pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah strategi pembelajaran active learning tipe Assesment search dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas VI di SDN 02 Lemahbang Kabupaten Karanganyar? 2. Apakah strategi pembelajaran active learning tipe Assesment search dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VI di SDN 02 Lemahbang Kabupaten Karanganyar?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian umum menggambarkan secara singkat dalam satu kalimat tentang hasil yang ingin dicapai melalui penelitian (Agam, 2009: 84). Berdasarkan perumusan masalah tersebut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas VI di SDN 02 Lemahbang Kabupaten Karanganyar dengan menerapkan strategi pembelajaran active learning tipe assesment search. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VI di SDN 02 Lemahbang Kabupaten Karanganyar dengan menerapkan strategi pembelajaran active learning tipe Assesment search. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat pada pembaca baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran mengenai perbaikan strategi pembelajaran dan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe assessment search dalam pembelajaran PKn di Sekolah Dasar serta dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan peningkatan hasil pencapaian tujuan pembelajaran.

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru 1) Memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. 2) Memberikan pengalaman langsung bagi guru, khususnya peneliti yang terlibat dalam menerapkan strategi yang lebih inovatif dalam pembelajaran PKn. 3) Meningkatkan profesionalisme guru.