EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

Kata kunci: Media Gambar, Hasil Belajar Kognitif, Hasil belajar Afektif

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

The Efectiveness Of Learning Base Card Sort Game Method to PPKn Learning Result Of Students in Man 1 Mataram. Nurul Fitriyani

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

OLEH Emilia Dewiwati Pelipa, MM dan Sawalidah STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina KM.04 Sengkuang

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complex Instruction Terhadap Hasil Belajar IPS

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume II No 1, Januari 2016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

Lukas Edi Sugianto, Benediktus Ege, M.Pd STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina-Sengkuang-Sintang

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

Jurusan Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Sengkuang, Sintang, Kalimantan Barat.

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

STKIP persada Khatulistiwa, Jl. Pertamina KM 4- Sengkuang- Sintang

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Gunung Pati, Semarang. Diterima: 3 Maret Disetujui: 4 April Dipublikasikan: 30 Juli 2016 ABSTRACT

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Kata Kunci : Model Problem Based Learning, Model Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar Kognitif

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN IPA MITIGASI BENCANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA DAN METODE EKSPOSITORY TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

Wistyan Okky Saputra dan Dr. Mukhamad Murdiono, M. Pd. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

PENERAPAN MODEL TEAM GAME TOURNAMENT

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DISERTAI MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PARIAMAN ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

ABSTRACT. : Mnemonic learning model students human excretion system subject learning achievement. ABSTRAK

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

JURNAL OLEH: ADRIYAN MUTMAYANI E1M

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH U. SISWANTO NIM F

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR METODE RESITASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS XII IPS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS PADA SISWA SMA

ABSTRAK

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH MODEL INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

KEEFEKTIFAN STRATEGI TIMBAL BALIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU GIZI SISWA KELAS X SMK N 3 PURWOREJO

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA LKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

Kartika Putri Adi, Afrinel Okwita, Tri Tarwiyani Dosen Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK ISLAM DDI PONIANG MAJENE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP

PENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMA AL-ISTIQAMAH SIMPANG EMPAT ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 7 Bandar

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PRESTASI BELAJAR IPA

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS XI SMAN 3 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MACROMEDIA FLASH 8 TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL WORD SQUARE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BIOGRAFI SISWA KELAS X SMA N 10 SIJUNJUNG ABSTRACT

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan Maple II Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN ARENDSTERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 BANDA ACEH

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.1, Maret 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Transkripsi:

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA (SMA Negeri 2 Sintang Tahun Pelajaran 2014/2015) Benediktus Ege & Riana Vintin STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Jl. Pertamina-Sengkuang, Sintang ege_benediktus@yahoo.co.id Abstract: This research aims to identify the effectiveness of Inquiry teaching model towards the science s skill process of cell material. There are two variables; independent variable was inquire teaching model and dependent was variable science s process skill. The method in this research was quantitative descriptive method. This research was quasy experiment and research design was nonequavalent control group Design. The technique of sampling that was used was purposive sampling. The data collection technique was measurement. The instruments that was used was test. Based on the measurement of the student s result the average of the pretest was 61,6 for experiment class and 61,90 for class control and the average of the post test s score was 78,9 for experiment class and 71,14 for class control. The improving of the skill s science class was formulated by N- Gains experiment class the result was N-Gains experiment class was 71,14 for the class control, the improvement of the skill process of science s students can be measured by N-Gains the average result N-Gains was 0,45 it is categorised Good and to the class control the N-Gains was 0,25 the result was categorised low. The data analysis was U test Mann Whitney to the pretest data, because the class control pretest the data distributed was not normal, meanwhile the post test s data used T test because the amount of students were 30 students in the experiment class and 29 students to the control class and both of the data post test distributed were normal and homogen. The result of the pretest indicate that Z observed is -0,106 meanwhile Z table was = 5% is ±1,96, it can be concluded that -1,96-0,106 1,96 Ho was accepted it means that there is no significant difference of science s skill process between students in the class control and experiment in pretest.in post test the result was t observed is 3,21 meanwhile, t table to α = 5% with db (N 1 + N 2 2 = 57) is 2,00. This mean t observed > t table (3,21 > 2,00 Ha was accepted, it means that there was significant difference of science s skill process of cell material in the class control with the conventional method and experiment class in using inquire. The effectiveness of model inquiri 0,78 was categorised low. Keywords: Effectiveness, inquire, the science skill process, cell Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi Sel. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas model pembelajaran inkuiri dan variabel terikat keterampilan proses sains. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan yaitu Quasy-exsperiment dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes. Berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata pretest 61,6 untuk kelas eksperimen dan 61,90 untuk kelas kontrol serta nilai rata-rata posttest 78,9 untuk kelas eksperimen dan 71,14 untuk kelas kontrol. Peningkatan Keterampilan proses sains siswa dihitung dengan rumus N Gains kelas eksperimen didapatkan hasil nilai rata-rata N Gains sebesar 0,45 masuk kategori Sedang dan pada kelas kontrol didapatkan hasil nilai rata-rata N Gain sebesar 0,25 masuk kategori Rendah. Teknik

pengolahan data menggunakan Uji U Mann Whitney pada data pretest, karena pada kelas kontrol pretest data berdistribusi tidak normal, sedangkan pada data postest menggunakan Uji T karena jumlah siswa 30 orang pada kelas eksperimen dan 29 orang pada kelas kontrol dan kedua data postest berdistribusi normal serta homogen. Pada hasil pretest diketahui bahwa nilai Z hitung adalah -0,106 sedangkan nilai Z tabel pada = 5% adalah ±1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa -1,96-0,106 1,96 maka yang diterima yaitu H o yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen sebelum pembelajaran (pretest). Pada hasil postest diketahui bahwa nilai t hitung adalah 3,21 sedangkan nilai t tabel pada α = 5% dengan db (N 1 + N 2 2 = 57) adalah 2,00. Hal ini berarti nilai t hitung > t tabel (3,21 > 2,00) maka Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa pada kelas kontrol dengan metode konvensional dan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Efektivitas model pembelajaran inkuiri 0,78 kategori Rendah. Kata Kunci: Efektivitas, Inkuiri, Keterampilan Proses Sains, Sel PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung dalam berkembangnya suatu negara, sehingga pendidikan pada saat ini menjadi prioritas utama yang harus dikembangkan dan didukung oleh suatu negara. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terdiri dari atas tiga jalur, yakni pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Bangsa Indonesia mewajibkan rakyatnya untuk melaksanakan wajib belajar sembilan tahun dalam pendidikan formal yang berlangsung di sekolah. Sekolah menjadi sarana untuk mendalami dan menggali pengetahuan melalui berbagai sumber. Adapun sumber yang dapat memberikan informasi pengetahuan yaitu guru, buku-buku (yang ada diperpustakaan serta buku pegangan dan di internet), serta lingkungan. Setiap sumber yang ada, haruslah saling mendukung agar proses pembelajaran yang diperoleh oleh siswa dapat terpenuhi dengan baik. Proses pembelajaran merupakan inti dari semua kegiatan pendidikan, sehingga haruslah

dilaksanakan dengan sangat baik. Proses pembelajaran di dalam kelas dipimpin oleh guru mata pelajaran, sehingga guru memiliki peran yang sangat penting. Menurut Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen terutama Pasal 1 ayat 1 Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa guru memiliki tanggung jawab yang sangat penting terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Pada kenyataannya tidak semua tugas tersebut dapat terlaksana dengan baik, bahkan adapula beberapa tugas yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan survei tahap awal kepada perwakilan tiga orang dari setiap kelas XI IPA di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sintang pada tanggal 5 Mei 2014, diperoleh informasi tentang proses pembelajaran khususnya mata pelajaran biologi, yakni penerapan model pembelajaran kurang bervariasi, serta pengajaran di kelas masih bersifat konvensional (teacher centered). Proses pembelajaran biologi belum berlangsung secara optimal sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran rendah dan siswa cenderung menjadi pasif sebagai penerima informasi. Selain itu kurangnya pemanfaatan fasilitas sekolah (laboratorium, perpustakaan, dan WIFI) yang dapat mendukung proses pembelajaran biologi, kemudian penggunaan media pembelajaran belum maksimal. Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Daryanto (2009: 2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Daryanto (2009: 178) menyatakan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara instruktur dan pembelajar dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi (Indrawati dalam Trianto, 2007: 134). Hal ini dikarenakan model pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk membuat seseorang mencari dan memahami

informasi, salah satunya model pembelajaran inkuiri. Model inkuiri merupakan suatu rangkaian belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Trianto, 2007: 135). Menurut Trianto (2007: 135) Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Berdasarkan pernyataan tersebut, model pembelajaran inkuiri lebih tepat menggunaannya untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains merupakan model yang berorientasi kepada proses IPA. Menurut Rustaman (1997: 95) Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan keterampilan proses sains siswa pada kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sintang melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pada materi sel. Peneliti berharap dengan model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa dapat membuat siswa lebih lagi memahami dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi sel. Adapun judul penelitian yang diangkat adalah efektivitas model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel di kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sintang tahun pelajaran 2014/ 2015. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah umum dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel di kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sintang?. Agar menjadi lebih jelas, maka dirumuskan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan model inkuiri pada materi sel? 2. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah pembelajaran tanpa menggunakan model inkuiri pada materi sel? 3. Apakah terdapat peningkatan keterampilan proses sains pada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol?

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 5. Bagaimanakah efektivitas model inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel? METODE Menurut Sugiyono (2013: 2) Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Selanjutnya Sugiyono (2013: 8) Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah quasy experimental dengan nonequivalent control group design. Nonequivalent control group design hampir sama dengan pretest-posttest control group design, perbedaannya adalah pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2013: 77). Kelas eksperimen dan kelas kontrolnya dipilih secara Purposive Sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai keterampilan proses sains siswa pada materi sel diperoleh dari hasil pretest dan postest. Data tentang nilai pretest di tampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Nilai Pretest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Nilai Nilai Jumlah Kategori Terendah Tertinggi ratarata siswa Eksperime 30 92 61,6 30 Sedang n Kontrol 57 91 61,9 29 Sedang Hasil analisis data pretest pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 30 dengan nilai rata-rata 61,6 dari 30 orang siswa. Hasil analisis

data pretest di kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 57 dengan nilai rata-rata sebesar 61,9 dari 29 siswa. Adapun, nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol di tampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai Postest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kontrol 57 91 71,14 29 Sedang Hasil analisis data posttest diperoleh nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 68 dengan nilai rata-rata 78,9 dari 30 orang siswa. Sementara itu data posttest kelas kontrol nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 57 dengan nilai rata-rata 71,14 dari 29 orang siswa. Peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri pada kelas eksperimen dapat diketahui dengan perhitungan N Gain. Ada pun hasil perhitungan N Gain dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 N - Gains Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas N Nilai Ideal Nilai Rata- rata Kelas Nilai Nilai Jumlah Kategori Terendah Tertinggi ratarata siswa Eksperimen 68 96 78,9 30 Tinggi Ratarata Indeks Gains Kategori Eksperimen 30 100 Pretest Posttest 0,45 Sedang 61,6 78,9 Kontrol 29 100 Pretest Posttest 0,25 Rendah 61,90 71,14 Untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol maka diuji dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas dan homogenitas data pretest dan postest. Uji normalitas dilakukan baik untuk data pretest maupun posttest kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol yang dianalisis dengan rumus chi-kuadrat. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data yang dikaji Pretest Eksperimen Pretest Kontrol Posttest Eksperimen Posttest kontrol X SD X 2 Hitung X 2 Tabel Α Ket. 61,6 15,72 5,43 7,81 0,05 Normal 61,90 6,41 343,36 7,81 0,05 Tidak Normal 78,9 8,54 5,93 7,81 0,05 Normal 71,14 9,96 2,24 7,81 0,05 Normal Berdasarkan Tabel 4.9 pada taraf signifikan α = 5% (0,05), X 2 hitung pretest kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen 5,43 < 7,81 (berdistribusi normal). Pretest kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol 343,36 > 7,81 (berdistribusi tidak normal). Posttest kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen 5,93 < 7,81 (berdistribusi normal). Posttest kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol 2,24 < 7,81 (berdistribusi normal). Uji homogenitas dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk data postest saja, sedangkan data pretest tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan pada data pretest hanya kelas eksperimen saja yang berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Ketika data salah satu kelas berdistribusi tidak normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas data postest kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini menggunakan uji F. Hasil uji homogenitas data postest dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No. Data yang Diuji S 2 Fhitung Ftabel Ket 1. Postest Eksperimen 72,99 1,36 1,87 Homogen 2. Postest Kontrol 99,27 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu postest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 1,36 < 1,87. Maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah homogen. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian hipotesis bertujuan untuk menjawab rumusan hipotesis penelitian yaitu apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada materi sel di kelas XI IPA 2 dan IPA 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sintang. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas yang dilakukan pada kedua kelas menunjukan bahwa data pretest kelas ekperimen berdistribusi normal sedangkan pretest kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Adapun data postest kedua kelas berdistribusi normal. Jumlah siswa kelas eksperimen 30 orang dan 29 orang pada kelas kontrol. Maka uji hipotesis menggunakan statistik non parametrik yaitu uji u mann whitney untuk menguji pretest dan statistik parametrik yaitu uji t-dua sampel untuk menguji postest. Adapun hasil uji u mann whitney dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji U Mann Whitney Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas N R Z hitung Z tabel (α = 5%) Keterangan XI IPA 2 30 907 XI IPA 1 29 863-0,106 1,96 dan -1,96 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran (pretest)

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai Zhitung adalah -0,106 sedangkan nilai Ztabel pada α = 5% adalah ±1,96. Hal ini berarti nilai -Ztabel < Zhitung Ztabel yaitu -1,96 < -0,106 < 1,96 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen sebelum pembelajaran (pretest). Sementara itu hasil uji hipotesis data postest dengan menggunakan uji t dua sampel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji t-dua Sampel Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas N Rerata Postest XI IPA 2 30 78,9 XI IPA 1 29 71,14 thitung ttabel (α = 5%) db = 55 3,21 2,00 Keterangan Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah pembelajaran (postest). Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa nilai thitung adalah 3,21 sedangkan nilai ttabel pada α = 5% dengan db (N1 +N2 2 = 57) adalah 2,00. Hal ini berarti nilai thitung > ttabel yaitu 3,21 2,00 maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen setelah pembelajaran (postest). Efektivitas penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel dihitung menggunakan rumus Effect Size. Berdasarkan perhitungan menggunakan efek size diketahui efek size model inkuiri sebesar 0,78 berkategori sedang. a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi sel setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui melalui rumus N Gain. Berdasarkan perhitungan N Gain, peningkatan keterampilan proses sains kelas eksperimen sebesar 0,45 (dikategorikan sedang). Hasil N Gain menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa

pada materi sel meningkat dengan kategori sedang melalui penerapan model pembelajaran inkuiri. Jika dilihat dari proses belajar inkuiri di kelas eksperimen, hasil tersebut menjadi bukti nyata bahwa inkuiri memberikan konsep dan prosedur belajar yang mendukung siswa dalam menumbuh kembangkan keterampilan proses sains dengan baik. Tahapan belajar inkuiri membentuk secara seimbang kemampuan intelektual dan emosional yang bisa menjadi dasar siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains. Adapun peningkatan keterampilan proses sains siswa melalui penerapan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol berdasarkan perhitungan N Gain sebesar 0,25 (dikategorikan rendah). Hasil N Gain di atas menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada materi sel mengalami peningkatan, namun demikian peningkatan tersebut dikategorikan Rendah. Proses pembelajaran konvensional memberikan peningkatan yang tergolong rendah terhadap keterampilan proses sains siswa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran konvensional belum secara maksimal bisa menjangkau keterampilan proses sains siswa, karena pembelajaran konvensional yang dilakukan cenderung lebih banyak menekankan siswa untuk mempelajari konsep melalui penerimaan yang bersifat verbal dan diskusi-diskusi terbatas dan sederhana. Kegiatan belajar seperti ini cukup baik, namun tidak melatih siswa untuk berpikir dan belajar secara kritis, kreatif, sistematis dan prosedural yang mana cara belajar tersebut sangat diperlukan dalam pengembangan keterampilan proses sains. b. Deskripsi Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Perbedaan keterampilan proses sains siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui melalui uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji parametrik dan uji non parametrik. Uji non parametrik digunakan pada data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan data pretest kelas kontrol berdistribusi tidak normal sedangkan data pretest kelas eksperimen normal. Uji parametrik digunakan pada data postest kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan kedua data berdistribusi normal dan homogen. Sampel yang digunakan oleh peneliti sebanyak 30 siswa pada kelas eksperimen dan 29 siswa pada kelas kontrol. Langkah selanjutnya menggunakan Uji U Mann

Whitney untuk data pretest sedangkan untuk data postest menggunakan Uji T dua sampel. Pada uji u mann whitney nilai Zhitung adalah -0,106 sedangkan nilai Ztabel pada α = 5% adalah ±1,96. Hal ini berarti nilai -Ztabel Zhitung < Ztabel yaitu -1,96 < -0,106 1,96 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran (pretest). Hasil uji hipotesis pretest menunjukkan bahwa taraf kedua kelas yang menjadi sampel penelitian memiliki kemampuan yang tidak berbeda signifikan sehingga kedua kelas ini layak untuk dijadikan sebagai sampel penelitian dengan perlakuan yang berbeda. Pada uji t didapat nilai thitung adalah 3,21 sedangkan nilai ttabel pada α = 5% dengan db (N1 + N2-2 = 57) adalah 2,00. Hal ini berarti nilai thitung > ttabel yaitu 3,21 2,00 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen setelah pembelajaran (postest). Hasil uji hipotesis postest ini menunjukkan bahwa melalui perlakuan yang berbeda dihasilkan kemampuan belajar yang berbeda secara signifikan. Keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen lebih baik, jika dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Artinya, efek pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel lebih baik dibandingkan konvensional di kelas kontrol. pembelajaran c. Deskripsi Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Efektivitas model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel pada kelas XI MIA pada penelitian ini dianalisis melalui rumus effect size. Efek size diketahui sebesar 0,78. Artinya, efektivitas model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi sel dalam penelitian ini dikategorikan Sedang. Melalui perencanaan dan pelaksanaan yang berjalan dengan baik, proses pembelajaran inkuiri telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pengembangan keterampilan proses sains siswa pada materi sel. Siswa yang tidak pernah diukur keterampilan proses sainsnya kemudian belajar untuk mengembangkan keterampilan proses sains melalui model pembelajaran inkuiri, ternyata pada akhirnya penggunaan model inkuiri terbukti

cukup efektif mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Adapun langkah-langkah dari pembelajaran inkuiri yang berkaitan dengan keterampilan proses sains siswa yaitu menyajikan pertanyaan atau masalah pada tahap ini guru menyajikan pertanyaan atau masalah kepada siswa, tahap kedua membuat hipotesis pada tahap ini jenis keterampilan proses sains yang digunakan yaitu meramalkan, dimana siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang pertanyaan atau masalah yang telah disajikan. Tahapan selanjutnya merancang percobaan, pada tahap ini keterampilan proses sains yang digunakan yaitu menafsirkan pengamatan, yang dilakukan oleh siswa yaitu menentukan langkah-langkah dalam melakukan percobaan berdasarkan hipotesis yang telah dibuat. Kemudian melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, pada tahapan ini keterampilan proses sains yang digunakan yaitu melakukan pengamatan. Selanjutnya tahap mengumpulkan dan menganalisis data, pada tahap ini jenis keterampilan proses sains siswa yang digunakan adalah berkomunikasi, disini siswa mempresentasikan hasil pengolahan data yang telah terkumpul. Tahap yang terakhir dalam model pembelajaran inkuiri yaitu guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan tentang jawaban dari pertanyaan atau masalah yang disajikan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa pada materi sel antara siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Pembelajaran inkuiri pada materi sel lebih baik daripada pembelajaran biasa. Pembelajaran inkuiri membuat siswa belajar lebih aktif dan mandiri dalam membangun pengetahuannya. Pembelajaran inkuiri melatih siswa untuk belajar melakukan pengamatan, penyelidikan dan sampai kepada evaluasi terhadap pengetahuan yang diperoleh. Keterampilan proses sains siswa pada kedua kelas berbeda peningkatannya. Kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini diperkuat dengan uji perbedaan dua ratarata pada data postest. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian, maka kami menyarankan: a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perubahan sikap serta melakukan inovasi dalam

rangka memperbaiki kualitas pembelajaran, diantaranya dengan menerapkan berbagai model pembelajaran di kelas, yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. b. Agar parameter penelitian dapat diperkaya lagi, misalnya mengenai keterampilan generik sains dan keterampilan pemecahan masalah. DAFTAR RUJUKAN Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta: AV Publisher. Rustaman, N.Y, dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia & JICA IMSTEP. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Undang-Undang RI. Nomor 20. (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Online). Tersedia: Http://www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf. diakses pada 26 juni 2014.