1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Ekonomi global ditandai dengan munculnya industri-industri baru yang berbasis pengetahuan. Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business), dengan kata lain terdapat fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Saat ini organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk asset tak berwujud (Agnes, 2008 dalam Solikhah 2010). Bahkan Starovic et al. (2003) menemukan bahwa pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu bisnis. Kemampuan suatu perusahaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting dewasa ini. Sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan telah menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern (Chen et al. 2005). Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management), kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono,2003). Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh suatu cara dalam menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert dalam Sawarjuwono, 2003).
2 Perkembangan ekonomi saat ini dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual capital (IC) (Stewart, 1997; Hong, 2007). Salah satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah modal intelektual sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai perusahaan (Purnomosidhi, 2006). Modal intelektual (intellectual capital) merupakan topik yang baru berkembang beberapa tahun belakangan ini. Bidang modal intelektual (Intellectual Capital/IC) awalnya mulai muncul dalam pers yang populer pada awal tahun 1990-an (Stewart, 1991; 1994). Di Indonesia, fenomena ini mulai berkembang terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2009). Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Masalah sebenarnya dengan modal intelektual yaitu terletak pada pengukurannya. Para peneliti berusaha menemukan cara yang dapat diandalkan untuk mengukur aktiva tak berwujud dan modal intelektual. Sulitnya mengukur modal intelektual secara langsung maka Pulic (1998) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap modal intelektual
3 dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient VAIC ). Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA value added capital employed), human capital (VAHU value added human capital), dan structural capital (STVA structural capital value added). Menurut Pulic (1998), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat untuk physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (yang direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada diri mereka). Intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAIC ) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan (Pulic,1998). Penelitian tentang modal intelektual telah menjadi isu penting untuk diteliti secara berkelanjutan. Tan et al. (2007) menemukan bahwa IC (VAIC ) berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi IC (VAIC ) terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Temuan Tan et al. (2007) tersebut selaras dengan penelitian Bontis (1998) dan Belkaoui (2003) yang menyatakan bahwa IC (VAIC ) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Chen et al. (2005) menggunakan model
4 Pulic (VAIC ) untuk menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan, dimana hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Di Indonesia, penelitian tentang IC diantaranya dilakukan oleh Ulum (2008) yang berhasil membuktikan bahwa: (1) IC (VAIC TM ) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, (2) IC (VAIC TM ) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan, (3) ROGIC tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Pengaruh modal intelektual pada kinerja perusahaan merupakan fenomena yang penting untuk diteliti. Fenomena tersebut berkaitan dengan adanya dua temuan hasil penelitian yang kontradiktif. Temuan pertama, menyatakan tidak ada hubungan antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan. Penelitian Firer dan Williams (2003), Kuryanto (2008) dan Yuniasih (2010) menemukan bahwa IC tidak berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan. Temuan kedua, menyatakan ada hubungan modal intelektual dengan kinerja perusahaan. Penelitian-penelitian yang konsisten dengan temuan ini yaitu Bontis (2001),Belkaoui (2001), Chan et al. (2005), Tan et al.(2007). Ketepatwaktuan pelaporan keuangan diduga mempengaruhi hubungan modal intelektual pada nilai perusahaan. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam menyajikan suatu informasi yang relevan. Karakteristik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediktif dan disajikan tepat waktu. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat apabila informasi yang dikandungnya disediakan tepat waktu bagi pembuat keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuannya dalam
5 mempengaruhi pengambilan keputusan (Hilmi dan Ali, 2009). Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Waggle dan Don (2001) dalam Hidayah 2008, menyatakan bahwa ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan merupakan alat yang signifikan dalam memprediksi kesuksesan suatu perusahaan disamping beberapa faktor financial lainnya dan pertimbangan mengenai karakteristik pasar. Menurut peraturan Bapepam, pengungkapan laporan keuangan tidak boleh lebih dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal neraca berakhir. Maka, pengungkapan yang melewati batas tersebut sudah tidak mempunyai atau kehilangan manfaatnya dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan menjadi informasi yang berguna apabila tersedia bagi pengambil keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan. Informasi yang tidak tepat waktu adalah informasi yang tidak relevan. Jika informasi menjadi tidak relevan, maka informasi menjadi tidak berguna atau tidak bermanfaat lagi bagi pembuat keputusan. Peneliti menduga bahwa variabel yang mempengaruhi hubungan modal intelektual dengan nilai perusahaan adalah ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Kesesuaian hubungan antara modal intelektual dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan sebagai variabel moderasi dalam perusahaan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang dapat mengelola modal intelektualnya dengan baik dan menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu maka dapat meningkatkan nilai perusahaan.
6 Selain mempergunakan ketepatwaktuan pelaporan keuangan, kinerja keuangan diduga juga dapat mempengaruhi hubungan modal intelektual pada nilai perusahaan. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997). Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Suranata dan Pratana (2004) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah semakin tinggi kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Oleh karena itu, kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola asset dan modal yang dimilikinya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, apabila suatu perusahaan memiliki modal intelektual yang baik dan nilai perusahaan meningkat ketika didukung oleh kinerja perusahaan yang baik. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian mengenai pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan yang dimoderasi oleh ketepatwaktuan pelaporan keuangan dan kinerja keuangan penting untuk dilakukan.
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah modal intelektual berpengaruh pada nilai perusahaan, (2) apakah ketepatwaktuan pelaporan keuangan memoderasi hubungan antara modal intelektual dengan nilai perusahaan, (3) apakah kinerja keuangan memoderasi hubungan antara modal intelektual dengan nilai perusahaan 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan (2) pengaruh ketepatwaktuan pelaporan keuangan pada hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan (3) pengaruh kinerja keuangan pada hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi penelitian pasar modal mengenai pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
8 2) Manfaat Praktis Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai pentingnya modal intelektual dalam mendukung kegiatan perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi perusahaan mengenai manfaat modal intelektual untuk meningkatkan nilai perusahaan.