PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153

PENENTUAN KARAKTERISTIK SERAPAN DAN KOEFISIEN ATENUASI LINIER PENYANGGA MYLAR TERHADAP RADIASI UNTUK SUMBER STANDAR Sr-90

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA MELEBIHI BATAS YANG DITENTUKAN.

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

INTERKOMPARASI PENGUKURAN KAPSUL DALAM Ir-192 UNTUK UJI TAK MERUSAK

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

PENGAWASAN PEMBUATAN DI PUSA T RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

Pengembangan Metode Pengukuran Aktivitas 226 Ra, 137 Cs dan 60 Co menggunakan Pencacah Kamar Pengion Detektor Merlin Gerin CPGB 1

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI PADA PEKERJA D.A.LAM PROSES DISMANTLIN(3 SUMBER BEKAS

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

KALIBRASI MONITOR AREA DI REAKTOR KARTINI YOGY A KART A Agung Nugroho PTKMR - BATAN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Suhaedi Muhammad, Rimin Sumantri PTKMR BATAN

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI RADIOAKTIF DI RUANG PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF PTKMR-BATAN

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PENGUKURAN DOSIMETER PERORANGAN PEKERJA RADIASI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA TAHUN Yanni Andriani, Elfida Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INTERIM STORAGE-1 SELAMA PERIODE

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

EVALUASI PAPARAN RADIASI TERHADAP DOSIS EKSTERNA YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI DI IEBE TAHUN 2008

ANTARBANDING PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 57 Co DAN 131 I (II)

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

KAJIAN WAKTU PARO 90 Sr MENGGUNAKAN ALAT UKUR STANDAR DOSIMETER FARMER NE 2570/B DAN NE2570/A

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

Kata kunci: sumber radiasi, material, pascairadiasi

Suparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS RADIASI

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

Transkripsi:

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI Wijono, Pujadi, dan Gatot Wurdiyanto Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK PENGUNGKUNGAN 85 Kr, 133 Xe, 198 Au DAN 24 Na PASCA IRADIASI. Telah dilakukan proses pengungkungan sumber radioaktif 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na pasca iradiasi. Waktu iradiasinya masingmasing 5 menit, kecuali 85 Kr selama 15 menit. Sumber-sumber tersebut memiliki umur paro yang relatif pendek (kecuali 85 Kr) dan beraktivitas tinggi, sehingga harus diterapkan metode teknik proteksi radiasi eksterna yang tepat dan memadai (sesuai peraturan ketenaganukliran) untuk meningkatkan jaminan keselamatan radiasi. Alat ukur radiasi yang digunakan adalah Monitor 4 S/N 26140 dengan detektor GM LND712, Dose Calibrator Mark VI S/N 20406-5880-05 dan sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC- 7BT S/N 71742. Hasil pengukuran umur paro 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na berturut-turut sebesar (14,32 jam ± 7,22%), (17,84 jam ± 13,80%), (64,49 jam ± 2,39%) dan (15,05 jam ± 0,56%). Laju paparan awalnya adalah 103912,0; 22181,9; 330167,7 dan 357265,4 mr/jam. Dari jenis penahan radiasi (kontainer dan kotak Pb) yang digunakan maka dapat ditentukan faktor koefisien atenuasi linear bahannya ( ) sebesar 0,06028 mm -1. Laju paparan maksimal pasca pengungkungan didapat 180,2 mr/jam. Dengan demikian dapat ditentukan waktu pengungkungan minimal sumber-sumber tersebut masing-masing selama 131,37; 123,90; 699,03 dan 164,92 jam. Dengan menggunakan teknik proteksi radiasi eksterna yang tepat, diharapkan penanganan hasil iradiasi 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na dapat berlangsung dengan selamat dan aman bagi pekerja radiasi maupun lingkungan. Kata kunci : iradiasi, sumber radioaktif, paparan, proteksi dan radiasi eksterna ABSTRACT THE IMMOBILIZATION OF SOURCES OF 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, AND 24 Na AFTER IRRADIATION PROCESS. The immobilization of sources of 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, and 24 Na after irradiation process have been carried out. Irradiation time of 5 minutes was done for all materials, except for 85 Kr that was 15 minutes. The sources have a short half-life (except 85 K) and have high activity. The method of external radiation protection technique application which adequate and correct should be applied appropriate with Nuclear Energy Regulation to improve radiation safety assurance. The radiation measuring instrument used were Monitor 4 S/N 26140 with detector of GM LND712, Dose Calibrator Mark of VI S/N 20406-5880-05 and Ionization Chamber Counting System of Capintec CRC-7BT S/N 71742. The measured half life of 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, and 24 Na were (14.32 hour ± 7.22%), (17.84 hour ± 13.80%), (64.49 hour ± 2.39%) and (15.05 hour ± 0.56%), respectively. The early rate exposure are 103912.0; 22181.9; 330167.7 and 357265.4 mr/hour respectively. From type of radiation shield (box and container of Pb) can be determined the coefficient factor of materials linear attenuation ( ) was 0.06028 mm -1. The maximum exposure fast after decay was 180.2 mr/hour. Thereby it can be determined that immobilization time of lact the source were 131.37; 123.90; 699.03 and 164.92 hour respectively. By using corrected external radiation protection technique it is expected the handling of irradiation result of 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, and 24 Na can be done safely and secure for radiation worker and environment. Keywords : irradiation, radioactive source, expossure, protection and externa radiation Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 85

I. PENDAHULUAN Penerapan teknologi nuklir telah banyak digunakan di berbagai bidang, diantaranya pemanfaatan 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na yang diiradiasi di dalam Reaktor Nuklir. Sumber-sumber radioaktif ini ratarata memiliki umur paro yang relatif pendek (dalam orde jam). Waktu iradiasinya kadang berselang beberapa hari/minggu terhadap penggunaannya, sehingga diperlukan tingkat radioaktivitas tinggi dari hasil iradiasi. Dengan demikian diperlukan teknik pengungkungan berupa aplikasi teknik proteksi radiasi eksterna yang memadai dalam penanganan hasil pasca iradiasi sampai proses penggunaannya (sesuai peraturan ketenaganukliran yang berlaku). Pengungkungan ini bertujuan untuk meningkatkan jaminan keselamatan radiasi terhadap manusia (pekerja radiasi dan lingkungan). Salah satu Peraturan ketenaga-nukliran yang mengatur tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi adalah Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka- BAPETEN/V-99. Secara operasional peraturan ini mengatur tentang batasan nilai laju dosis radiasi untuk pekerja radiasi dengan nilai lebih kecil dari 50 msv/tahun atau 2,5 mrem/jam dan untuk masyarakat umum lebih kecil dari 0,25 mrem/jam. 1 Pada makalah ini akan dilakukan kajian tentang aplikasi proteksi radiasi terhadap hasil iradiasi 85 Kr, 133 Xe, 198 Au dan 24 Na. Aplikasi teknik proteksi radiasi (meminimalkan waktu pemaparan, memaksimalkan jarak dari sumber radiasi dan memasang penahan radiasi) dianalisis menggunakan data laju paparan radiasi gamma dan waktu peluruhannya pasca iradiasi. Selanjutnya disesuaikan dengan ketentuan standar seperti yang tertuang dalam peraturan ketenaganukliran yang berlaku. Dengan demikian diharapkan penanganan terhadap sumber-sumber pasca iradiasi dapat berlangsung dengan selamat dan aman bagi pekerja radiasi, anggota masyarakat maupun lingkungan. II. TEORI Teknik proteksi radiasi eksterna dapat dilakukan dengan meminimalkan waktu pemaparan, memaksimalkan jarak dari sumber radiasi dan memasang penahan radiasi yang sesuai jenis radiasinya 2. Grafik Gambar 1 menunjukkan karakteristik laju paparan versus waktu peluruhan yang melewati tahap penurunan aktivitas pada titik A-B-C dan A-B-B -C. Untuk penanganan sumber radioaktif yang beraktivitas tinggi dan berumur paro pendek menggunakan metode peluruhan terlebih dahulu (tahap A- B) sampai nilai aktivitasnya turun sesuai dengan ketersediaan fasilitas proteksi radiasi yang ada sebesar P 1. Pada tahap B-B laju paparannya menurun dari P 1 ke P 2 setelah dipasang sistem penahan radiasi. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 86

adalah intensitas paparan setelah melewati penahan setebal x, I o adalah intensitas paparan tanpa penahan, x adalah tebal penahan dan adalah koefisien atenuasi linier bahan. I x x I. e... (1) o Pengaturan waktu pemaparan (t) dirumuskan oleh Persamaan 2. Nilai paparan yang diterima (P x ) sebanding dengan laju paparan radiasi (P o ). Gambar 1 Laju paparan versus waktu peluruhan P x P. t... (2) o Penurunan laju paparan pada tahap B- B tergantung jenis koefisien atenuasi bahan yang digunakan. Tahap B-C adalah peluruhan laju paparan tanpa penerapan teknik proteksi radiasi. Sedangkan B -C adalah peluruhan laju paparan setelah penerapan teknik proteksi radiasi dilakukan. Setelah melewati waktu peluruhan t 1 dan t 2, ditetapkan laju paparan P 2 sebesar 7,5 mr/jam dan P 3 sebesar 2,5 mr/jam Sebelum melewati batas laju paparan P 3 pekerja radiasi diharuskan menerapkan sistem optimalisasi jarak dan waktu sesuai Persamaan 1 dan 2. Koefisien atenuasi linear suatu bahan penahan radiasi (shielding) tergantung jenis bahan dan energi sinar gamma. Proses atenuasi sinar gamma yang berinteraksi dengan penahan radiasi mengikuti fungsi eksponensial seperti pada Persamaan 1. I x 1. Hubungan nilai laju paparan (P) untuk sumber radiasi titik terhadap jarak (r) dirumuskan oleh Persamaan 3. Nilai paparan (P a dan P b ) berbanding lurus terhadap kuadrat jarak ke sumber radiasi (r a dan r b ). P. r P. r... (3) 2 2 a a b b III. TATA KERJA Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 sumber radiasi dari hasil iradiasi di Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy yang berupa 85 Kr, 133 Xe3, 198 Au dan 24 Na. Sumber-sumber tersebut telah diiradiasi beserta masing-masing pembungkusnya (alumunium foil). Waktu iradiasinya masing-masing selama 5 menit, kecuali 85 Kr yang diiradiasi selama 15 menit. Alat ukur radiasi yang digunakan adalah Monitor 4 S/N 26140 dengan detektor GM LND712, Dose Calibrator Mark VI S/N Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 87

20406-5880-05 dan sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742. Foto alat-alat ini ditunjukkan dalam Gambar 2. Sistem penahan radiasi (shielding) menggunakan kontainer dengan tebal 25 mm dan kotak Pb dengan tebal 28 mm. Sedangkan peralatan bantu keselamatan menggunakan pinset, sarung tangan karet, pemantau radiasi perorangan (TLD), isolatip, stereofoam, kertas tissue, kantong plastik isolator dan beberapa stiker berlambang radiasi 3. Sampel-sampel pasca iradiasi tersebut di atas memiliki laju paparan radiasi yang cukup tinggi hingga ribuan mili Rontgen/jam dan umur paro yang relatif pendek (dalam orde jam). Sehingga penanganannya menggunakan metode pengungkungan/peluruhan terlebih dahulu sampai nilai aktivitasnya turun menjadi sebesar P 1 sesuai dengan tersedianya fasilitas proteksi radiasi yang ada (seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Jenis penahan radiasi ditentukan dari bahan timbal (Pb) yang berupa kontainer dan kotak Pb. Total tebal penahan radiasi tersebut dapat dihitung sebesar 53 mm. Dengan menggunakan Persamaan 3 maka nilai faktor koefisien atenuasi linier bahan ( ) dapat ditentukan dari hasil pengukuran laju paparan sebelum dan sesudah menggunakan penahan. Dengan tergantung aktivitas dan umur paronya. Besarnya aktivitas ditentukan oleh jenis sumber radioaktif pasca iradiasi dan lamanya proses iradiasi di dalam reaktor. Umur paro ditentukan dari hasil pengulangan pengukuran laju paparan menggunakan monitor 4 pada jarak tetap. Hal ini dilakukan pada jarak tertentu dari sumber radiasi yang laju paparannya harus lebih kecil dari 2,5 mr/jam untuk menghindari nilai paparan yang melampaui batas yang diijinkan sesuai peraturan ketenaganukliran yang berlaku. Teknik meminimalkan waktu pemaparan dilakukan pada saat memindahkan sumber-sumber radioaktif pasca iradiasi (yang telah melewati fase pengungkungan) ke dalam sistem kontainer dan kotak Pb secepatnya. Sebagai koreksi nilai laju paparan awal (P 0 ) masing-masing sumber dijumlahkan dengan laju paparan awal alumunium foil (Al-Foil) pembungkusnya. Apabila umur paro sumber jauh lebih besar dibanding Al-foilnya, maka pada saat laju paparannya sebesar P 1 maka nilai koreksinya tidak lagi berpengaruh terhadap aktivitas murni dari sumber yang bersangkutan. Dengan menggunakan Persamaan 2 maka karakteristik grafik paparan radiasi terhadap waktu penanganan maksimumnya dapat ditentukan. demikian besarnya laju paparan pada titik P 1 dapat ditentukan. Selang waktu t 0 -t 1 dari masing-masing sampel berbeda-beda Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 88

Gambar 2. Skema aplikasi teknik proteksi radiasi eksterna terhadap hasil irradiasi 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na. Teknik proteksi radiasi memaksimalkan jarak dilakukan dengan menempatkan posisi pekerja radiasi pada jarak tertentu terhadap sumber-sumber pasca iradiasi sehingga para pekerja radiasi dan non radiasi/masyarakat umum masing-masing Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 89

hanya terpapar maksimal 2,5 mr/jam dan 0,25 mr/jam 1. Perhitungan jarak minimal terhadap sumber radioaktif dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 3. Pengukuran laju paparan radiasi menggunakan Monitor 4 yang dimulai dari posisi terjauh hingga terdekat terhadap sumber radiasi. Posisi ini tanpa menggunakan penahan radiasi sekunder dan pada selang waktu jam kerja normal bagi pekerja (8 jam/ hari), sehingga para pekerja radiasi maupun non radiasi tidak mendapatkan akumulasi dosis yang tidak melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) tahunan. Setelah diperoleh grafik karakteristik laju paparan permukaan luar sistem pembungkus dari masing-masing sumber radiasi terhadap waktu peluruhannya maka dapat ditentukan selang waktu penanganan t 0 -t 1, t 0 -t 3 dan t 1 -t 2 (sesuai grafik Gambar 1). Selanjutnya dari hasil pengukuran dan perhitungan ini dapat dibuat tabel laju paparan, waktu iradiasi dan waktu peluruhan dari masing-masing sumber radioaktif pasca iradiasi. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran laju paparan radiasi awal (P 0 ) pada jarak 1 cm dari sumber radioaktif 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na pasca aktivasi masing-masing sebesar 103912,0; 22181,9; 330167,7; dan 357265,4 mr/jam. Sedangkan umur paronya ditentukan dari hasil pengulangan pengukuran laju paparan menggunakan monitor 4 pada jarak tetap. Hal ini dilakukan pada jarak tertentu dari sumber radiasi yang laju paparannya kurang dari 2,5 mr/jam untuk menghindari nilai paparan yang melampaui batas yang diijinkan sesuai peraturan ketenaganukliran yang berlaku. Hasil pengukuran umur paro dari sumber radioaktif 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, 24 Na, dan Al-Foil masing-masing sebesar (14,32 jam ± 7,22%), (17,84 jam ± 13,80%), (64,49 jam ± 2,39%), (15,05 jam ± 0,56%) dan (15,71 jam ± 10,29%). Nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran umur paro 85 Kr dan 133 Xe terlihat lebih besar dibanding sumber radioaktif lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan faktor geometri dari sumber 85 Kr dan 133 Xe yang berbentuk/wujud gas. Sedangkan untuk jenis sumber lain ( 198 Au dan 24 Na) berbentuk padat. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 90

Laju Paparan Laju Paparan Laju Paparan Laju Paparan Laju Paparan Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir V 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Al-Foil 25000 20000 15000 10000 5000 0 Xe-133 0 50 100 150 0 100 200 300 120000 350000 100000 300000 80000 60000 40000 20000 0 Kr-85 0 100 200 300 250000 200000 150000 100000 50000 0 Au-198 0 500 1000 1500 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 Na-24 0 100 200 300 Gambar 3. Grafik laju paparan radiasi versus waktu peluruhan Dari Gambar 3 juga ditunjukkan karakteristik grafik laju paparan versus waktu peluruhan untuk Al-Foil. Nilai laju paparannya memiliki relatif lebih kecil dapat mengurangi faktor kesalahan pengukuran umur paro dari masing-masing sumber radioaktif terutama untuk sumber yang aktivitasnya jauh lebih tinggi seperti dibanding sumber radioaktifnya. Hal ini pada 198 Au dan 24 Na. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 91

Jarak minimal (cm) Waktu Maksimal (detik) Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir V Karakteristik grafik paparan radiasi sesaat pasca iradiasi versus waktu maksimum untuk pekerja radiasi ditunjukkan dalam Gambar 4. Hasil ini menunjukkan waktu maksimum penanganannya berbanding terbalik terhadap besar laju paparan awalnya. Waktu maksimum penanganan terhadap 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na masing-masing 0,69; 3,15; 0,22 dan 0,20 detik. Nilai waktu-waktu tersebut tidak memungkinkan bagi pekerja radiasi untuk melakukan proses pemindahan dari tempat iradiasi ke dalam kontainer dan kotak Pb yang membutuhkan waktu normal sekitar 60 detik. Oleh karena itu diperlukan proses pengungkungan sampai laju aktivitas masing-masing sumber pasca iradiasi menurun sampai 180,2 mr/jam (sesuai kemampuan tebal sistem penahan radiasi yang digunakan). Lamanya pengungkungan minimal dari sumber-sumber tersebut di atas masing-masing 131,37; 123,90; 699,03 dan 164,92 jam. Nilai ini sebesar interval waktu antara t 0 -t 1 seperti yang ditunjukkan dalam Tabel Laju paparan dan peluruhan sumbersumber radioaktif atau dalam Gambar 1. Dengan menggunakan perhitungan Persamaan 3 diperoleh batasan jarak penanganan terhadap sumber radioaktif 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, 24 Na, Al-Foil, dan Total seluruh sumber pasca iradiasi untuk pekerja radiasi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5. Jarak minimum penanganannya terhadap sumber masing-masing sebesar 203,9; 94,2; 363,4; 378,0; 16,5 dan 570,7 cm. Pada jarak minimum ini dapat digunakan untuk melakukan proses pengulangan dari pengukuran laju paparan pada jarak tetap, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memperhitungkan umur paro dan besarnya laju paparan pada permukaan sumber. Dengan metode ini para pekerja radiasi tidak akan memperoleh paparan radiasi yang melampaui batas yang diizinkan sesuai peraturan ketenaganukliran yang berlaku. 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0,69 3,15 0,22 0,20 Kr-85 Xe-133 Au-198 Na-24 Gambar 4. Grafik paparan radiasi versus waktu maksimum 600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 203.9 94.2 363.4 378 16.5 570.7 Kr-85 Xe-133 Au-198 Na-24 Al-Foil Total Gambar 5. Grafik paparan radiasi versus jarak minimum Jenis penahan radiasi telah ditentukan dari bahan timbal (Pb) yang berupa kontainer dan kotak Pb. Total tebal penahan radiasi tersebut dapat dihitung Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 92

sebesar 53 mm. Dengan menggunakan Persamaan 1 maka nilai faktor koefisien atenuasi linear bahan ( ) dapat ditentukan sebesar 0,06028 mm -1. Dengan demikian besarnya laju paparan pada titik P 1 dapat ditentukan sebesar 180,2 mr/jam. Sedangkan waktu peluruhan dari t 0 terhadap t 1, t 2 dan t 3 untuk masing-masing sumber radioaktif ditunjukkan dalam tabel laju paparan, waktu iradiasi dan peluruhan sumber-sumber radioaktif. Waktu iradiasi 85 Kr paling lama (15 menit) dibandingkan sumber lainnya yang masing-masing selama 5 menit. Namun aktivitas yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan aktivitas 198 Au ataupun 24 Na. Hal ini membuktikan bahwa besarnya aktivitas tidak hanya ditentukan oleh lamanya proses iradiasi di dalam reaktor, namun ditentukan juga oleh jenis sumber radioaktif yang diiradiasi. Dengan diketahuinya Laju paparan radiasi awal (P 0 ), ketersediaan penahan radiasi dan umur paro (T½) dari masingmasing sumber sumber radioaktif pasca iradiasi, maka dapat ditentukan metode yang tepat pada aplikasi teknik proteksi radiasi yang harus digunakan dalam penanganannya. Dengan demikian diiharapkan proses penanganan terhadap sumber-sumber radioaktif tersebut di atas dapat berlangsung dengan aman dan selamat bagi pekerja radiasi maupun lingkungan. Tabel 1. Laju paparan, waktu iradiasi dan peluruhan sumber-sumber radioaktif No Sumber Radioaktif Waktu Iradiasi Laju Paparan t 1 t 2 t 3 1 Kr-85 15 menit 103912,0 131,37 154,07 219,75 2 Xe-133 5 menit 22181,9 123,90 152,17 234,00 3 Au-198 5 menit 330167,7 699,03 801,25 1097,03 4 Na-24 5 menit 357265,4 164,92 188,78 257,82 5 Al-Foil 5 menit 678,0 30,03 54,93 126,97 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 93

V. KESIMPULAN Telah ditentukan metode aplikasi teknik proteksi radiasi eksterna terhadap sumber radioaktif 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na pasca iradiasi. Alat ukur radiasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Monitor 4 S/N 26140 dengan detektor GM LND712, Dose Calibrator Mark VI S/N 20406-5880-05 dan sistem pencacah kamar pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742. Hasil pengukuran umur paro masing-masing sumber sebesar (14,32 jam ± 7,22%), (17,84 jam ± 13,80%), (64,49 jam ± 2,39%) dan (15,05 jam ± 0,56%) dan laju paparan awalnya masing-masing 103912,0; 22181,9; 330167,7 dan 357265,4 mr/jam. Dari jenis penahan radiasi (kontainer dan kotak Pb) yang digunakan maka dapat ditentukan faktor koefisien atenuasi linier bahannya ( ) sebesar 0,06028 mm -1. Laju paparan maksimal yang dicapai pasca pengungkungan sebesar 180,2 mr/jam. Dengan demikian dapat ditentukan waktu pengungkungan minimal dari sumber-sumber tersebut masing-masing selama 131,37; 123,90; 699,03 dan 164,92 jam. Dengan menggunakan metode aplikasi teknik proteksi radiasi eksterna yang tepat, diharapkan penanganan hasil iradiasi 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, dan 24 Na dapat berlangsung dengan selamat dan aman bagi pekerja radiasi maupun lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Bapak Dr. Susilo Widodo, selaku Kepala Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta 2. Bapak Kepala Pusat Reaktor Serba Guna Badan Tenaga Nuklir Nasional, Puspiptek, Tangerang 3. Bapak Ir. Suwoto, MT, Saleh Hastaman, ST, Mustafa dan Ainul yang telah banyak membantu pelaksanaan teknis pada proses iradiasi Ar-41 di PRSG BATAN 4. Bapak Drs. Otto Pribadi Ruslanto, MT, Selaku Kepala Bidang Metrologi Radiasi PTKMR BATAN 5. Bapak Holnisar, Hermawan Candra, S.Si, Rosdiani dan Agung Agusbudiman, selaku staf sub bidang standardisasi yang telah banyak membantu proses iradiasi dan pengambilan data penelitian 6. Achmad Abdullah, Sigit Nur Cahyo dan Arif Maulana Yusuf, selaku mahasiswa praktek dari Fakultas MIPA UI, yang telah banyak membantu proses pengambilan data penelitian di Laboratorium Standardisasi, PTKMR- BATAN. DAFTAR PUSTAKA 1. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi, Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka.Bapeten/V-99, Jakarta, 1999. 2. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Ketenaga-nukliran, Jakarta, 2003. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 94

3. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Recommendations for the Safe Use and Regulation of Radiation Sources in Industry, Medicine, Research and Teaching, Safety Series No. 102, IAEA, 1990. 4. A. MARTIN and A. An. HARBISON, Introduction to Radiation Protection, third edition, 1986. 5. NICHOLAS TSOULFANIDIS, Measurements Procedures, NCRP Report No.58, I st edition, 1978. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional 95