BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

dokumen-dokumen yang mirip
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA IJIN POLIGAMI (Studi Kasus Putusan Nomor 1187/Pdt.G/2013/PA Bpp.)

Oleh: IRSAM DIAN BACHTIAR C

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menciptakan suatu keluarga atau rumah tangga yang rukun, melaksanakannya merupakan ibadah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan lainnya diharapkan terpenuhi, yaitu kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN MUT AH DALAM PUTUSAN MA RI NO. REG. 441 K/ AG/ 1996

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

BAB I PNDAHULUAN. Perpustakaan 2013), h Line) tersedia di blogspot. com/2012/12/pengertianimplementasi-menurut-para.

BAB I PENDAHULUAN. nikah. Istilah ini dikenakan kegiatan manusia yang melakukan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab, si istri oleh karenanya akan mengalami suatu proses psikologi yang berat yaitu kehamilan dan melahirkan yang meminta pengorbanan. 1 Selanjutnya, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk suatu rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan kekal. Hal ini dimaksudkan, bahwa perkawinan itu hendaklah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu saja. Pembentukan keluarga keluarga yang bahagia dan kekal itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama dalam Pancasila. 2 Akibat dari suatu perkawinan terbentuklah suatu perkawinan yakni dalam hokum keluarga berasal dari hukum perkawinan. Perkawinan merupakan bagian dari hokum perdata yang mengatur dan melindungi hak pribadi. Hal tersebut bertitik tolak dari prinsip bahwa kedudukan manusia dilindungi oleh hukum, yang secara keperdataan dilindungi hak-hak pribadinya, sehingga kebebasan hidup manusia untuk memiliki dan menggantikan kepemilikannya tidak merugikan orang lain atau secara pribadi dirinya tidak mengalami kerugian. Sebagaimana dalam hal-hal yang berkaitan 1 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, hal 3. 2 Ibid., hal. 4. 1

2 dengan perkawinan yang berakibat adanya hak-hak dan kewajiban suami istri harta, perwalian, hubungan anak, harta bersama, hak asuh anak, kewarisan dan sebagainya. 3 Masa sekarang ini, mungkin pendapat yang pertama sekali menarik perhatian kita ialah pendapat dari golongan anti poligami, yang mengatakan bahwa melarang poligami itu adalah salah satu keharusan untuk menerapkan kebebasan wanita. Mereka meninjau poligami itu sebagai sistem masyarakat primitif, yang kemudian meningkat dan menurun sejalan dan meningkat dan menurunnya keadaan wanita. Membebaskan wanita dari sistem paligami itu adalah suatu langkah untuk memajukan wanita itu, karena poligami itu sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern, di mana wanita sudah memperoleh hak-haknya dengan sempurna, tanpa adanya sesuatu kekurangan. Sedang poligami itu adalah suatu sistem perkawinan yang menitikberatkan keesejahteraan laki-laki dengan mengorbankan kedudukan dan kemuliaan wanita. Memperbolehkan poligami adalah suatu tindakan yang berarti meletakkan suatu hambatan di hadapan wanita, di tengah-tengah perjalanan menuju kemajuan masyarakat. Sebaliknya, melarang poligami berarti menghilangkan sebahagiaan dari rintangan-rintangan yang memperlambat pergerakan wanita, dan merampas hak-haknya serta merendahkan kedudukannya. 4 Poligami adalah salah satu usaha untuk membimbing wanita, untuk meningkat dari suasana kehidupan yang diliputi oleh kegelisahan, 3 Mutofa Hasan, 2011, Pengantar Hukum Keluarga, Bandung: Pustaka Setia. Hal 1. 4 Abdul Nasir Taufiq Al- Atthar, 1976, Poligami Ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan Perundang- Undangan, Jakarta: Bulan Bintang. Hal 11.

3 kehinaan dan terlantar, menuju kehidupan berkeluarga yang mulia, dan keibuan yang mulia di mana wanita merasakan kebahagiaan, kesucian dan kemuliaan di bawah naungannya. Poligami juga merupakan salah satu penerapan dari kebebasan wanita, dan terlaksananya apa yang dikendakinya, karena sebenarnya laki-laki itu tidak berpoligami tanpa kemauan wanita. 5 Mengutip dari kesimpulan di atas poligami zaman sekarang berbeda dengan zaman Rasulullah, karena poligami zaman Rasulullah lebih mempunyai niat dimana mempunyai keinginan atau maksud ingin membantu kaum wanita yang kurang mampu dari segi ekonomi, janda yang ditinggal oleh suaminya yang kemudian masih mempunyai anak dan sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan zaman sekarang lebih mengikuti nafsu. Poligami ialah perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari seorang wanita dalam waktu yang sama. Mengawini wanita lebih dari seorang ini menurut Hukum Islam diperbolehkan dengan dibatasi paling banyak empat orang. Hal ini disebut dalam firman Allah sebagai berikut: Surat An-nisa ayat 3: 5 Ibid., Hal. 12

4 Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Sebagaimana Sabda Rasullah S.A.W: Dari 'Aisyah r.a. bahwasanya ada seorang laki-laki yang memiliki tanggungan wanita yatim, lalu dinikahinya, sedangkan wanita itu memiliki sebuah pohon korma yang berbuah. Laki-laki ini menahannya (tidak mau menceraikannya, dan tidak senang jika dinikahi orang lain, sedangkan wanita itu tidak mendapatkan sesuatupun dari laki-laki itu. Maka turunlah ayat Q.S. An-Nisa ayat 3 (H.R Imam Bukhari dan Muslim). Pembolehan kawin lebih dari satu orang adalah merupakan suatu pengecualian. Di samping itu pembolehan ini diberikan dengan pembatasanpembatasan yang berat, berupa syarat-syarat dan tujuan yang mendesak. 6 Pada dasarnya Undang-Undang Perkawinan menganut asas monogami di dalam perkawinan. Hal ini tegas disebut dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi: Pada asasnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri seorang istri hanya boleh mempunyai seorang suami. Akan tetapi asas monogami dalam Undang-Undang Perkawinan ini tidak bersifat mutlak, tetapi pengarahan pada pembentukan 6 Soemiyati, 1986, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No.1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hal 74-75.

5 perkawinan monogami dengan jalan mempersulit dan mempersempit penggunaan lembaga poligami dan bukan menghapuskan sama sekali sistem poligami. Seorang pria boleh melakukan poligami asal memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Perkawinan ini. Mengenai persyaratan untuk berpoligami bagi seorang pria, ketentuannya tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan beserta penjelasannya seperti berikut: a. Harus ada ijin dari Pengadilan. b. Bila dikehendaki oleh yang bersangkutan. c. Hukum dan agama yang bersangkutan mengijinkannya, artinya tidak ada larangan dalam hal ini. 7 Sementara itu, dalam dunia praktek sering terjadi kemudahankemudahan dalam melakukan izin poligami. Instansi pengadilan khususnya hakim dalam mempertimbangkan serta memutus pemberian izin poligami sangat mudah atau dengan pertimbangan dasar hukum yang kurang begitu jelas, bahkan mengecualikan dari aturan-aturan yang telah diberlakukan. Karena dalam melakukan poligami atau melakukan permohonan izin poligami sangat mudah jika hanya dianalogikan oleh sebuah akal. Faktanya pelaksanaan setelah mendapatkan izin berpoligami tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sebagaimana menjadikan suatu keluarga yang ideal dan sakinah, mawaddah, warrahmah. Oleh sebab itu penulis tertarik dalam melakukan analisa terhadap permohonan izin poligami khusunya untuk yang beragama Islam yang berjudul Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Izin Poligami 7 Ibid; Hal. 77

6 (Studi Kasus Putusan Nomor 1187/Pdt.G/2013/PA Bpp.) di Pengadilan Agama Balikpapan. B. Perumusan Masalah Sesuai dengan judul penelitian Pertimbangan Hakim dalam Perkara Ijin Poligami (Studi Kasus Putusan Nomor 1187/Pdt.G/2013/PA Bpp.) Perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan peraturan perundang-undangan serta menurut Hukum Islam dalam izin berpoligami? 2. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam menetapkan Putusan No.1187/Pdt.G/2013/PA Bpp di Pengadilan Agama Balikpapan? C. Tujuan Penelitian Setiap aktivitas penulisan tidak dapat dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan aktivitas tersebut. Hal ini lebih bermanfaat dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, apabila telah dirumuskan terlebih dahulu, sehingga dapat dijadikan tolak ukur dan pegangan dalam penyelenggaraan suatu aktivitas, karena yang ingin dicapai pada dasarnya merupakan hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan. Sesuai dengan pernyataan diatas maka dalam penelitian ini mempunyai tujuan: 1. Untuk mengetahui penerapan peraturan perundang-undangan oleh hakim dan menurut Hukum Islam dalam izin berpoligami.

7 2. Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dalam menetapkan Putusan No.1187/Pdt.G/2013/PA Bpp di Pengadilan Agama Balikpapan. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan teori hukum dengan penetapan izin poligami oleh hakim khususnya di Pengadilan Agama Balikpapan. 2. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai penetapan izin poligami oleh hakim di Pengadilan Agama Balikpapan dan akibat hukumnya dapat memberikan arahan kepada penulis untuk melangkah ke jalur profesional dan derajat pendidikan selanjutnya, serta untuk memenuhi sarat guna mencapai derajat sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Kerangka Pemikiran Islam sebagai agama yang universal di mana telah mengajarkan dan mengatur berbagai macam peraturan secara rinci dan teliti mengenai persoalan-persoalan termasuk di dalamnya tentang pertimbangan hakim dalam ijin berpoligami. Agama Islam telah menetapkan suatu aturan-aturan tentang poligami yang telah ditetapkan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.

8 Prinsip-prinsip poligami diambil dari satu-satunya sumber teringgi yaitu Al-Qur an dan As-Sunnah sebagai pelengkap dalam penjabaran Al-Qur an adalah hasil-hasil ijtihad atau upaya-upaya para kualifikasi Hukum Islam. Berbeda dengan pertimbangan hakim dalam perkara izin poligami Nomor 1187/Pdt.G/2013/PA Bpp di Pengadilan Agama Balikpapan. Bahwasanya dalam putusan tersebut hakim dalam memberikan putusan izin berpoligami kepada seorang pemohon, dengan pertimbangan-pertimbangan hukum yang kurang relavan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian atau menganalisis perkara tersebut dengan berdasarkan peraturan Hukum Islam dan Hukum Positif yang berlaku di Indonesia. Suatu Lembaga Peradilan Agama yang merupakan salah satu dari peradilan khusus yang mengatur tentang perdata Islam diharapkan mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh sebab itu peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang pertimbangan hakim dalam perkara izin poligami akan dijadikan pijakan dalam menganalisis yaitu: 1. Al-Qur an 2. As-Sunnah 3. Kompilasi Hukum Islam 4. Putusan Hukum 5. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan F. Metode Penelitian berikut: Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai

9 1. Metode Pendekatan Penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal yang bersifat normatif 8, yaitu data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan pada hukum yang berlaku di Indonesia. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran selengkap-lengkapnya mengenai proses hakim dalam penetapan izin poligami di Pengadilan Agama Balikpapan dan akibat hukumnya. 3. Lokasi Penelitian Penulis dalam hal ini mengambil lokasi di Pengadilan Agama Balikpapan sebagai objek penelitian, karena data/objek penelitian berasal dari putusan, hal ini memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. 4. Jenis Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa bahanbahan pustaka yang terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer, meliputi: 1) Al-Qur an 2) As-Sunnah 3) Kompilasi Hukum Islam 8 Kelik Wardiono, 2005, Metodologi Penelitian Hukum(Pendekatan Doktrinal), Surakarta: UMS, Hal. 6

10 4) Putusan Hukum 5) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. b. Bahan Hukum Sekunder, meliputi literatur-literatur yang terkait dengan pemberian izin poligami dan perkawinan. 5. Metode Pengumpulan Data Guna mengumpulkan data dimaksud di atas digunakan teknik studi kepustakaan yang dilakukan dengan mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis, dan mempelajari data-data yang berupa bahan pustaka. 6. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian di analisa menggunakan metode analisis kualitatif. Kualitatif merupakan metode analisis data berupa deskripsi mengenai putusan izin poligami oleh Hakim di Pengadilan Agama Balikpapan dan akibat hukumnya. G. Sistematika Skripsi Penyusunan skripsi ini dibagi dalam empat bab: Bab 1 berisi Pendahuluan, yang mencakup latar belakang permasalahan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika skripsi. Bab II berisi Tinjauan Pustaka Terdiri dari 3 sub Bab, 1. Pengertian Perkawinan di Tinjau dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, 2. Pengertian Poligami, 3. Syarat-syarat Poligami, 4. Poligami Rasulullah.

11 Bab III berisi 3 Pembahasan Terdiri dari 2 Sub Bab, 1. Penerapan peraturan perundang-undangan dan menurut Hukum Islam dalam izin berpoligami, 2. Pertimbangan hukum hakim dalam menetapkan Putusan No.1187/Pdt.G/2013/PA Bpp di Pengadilan Agama Balikpapan. Bab IV berisi Penutup berupa Kesimpulan dan Saran.