Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONES!A. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2008

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

PEDOMAN PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2016

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian subsidi adalah untuk meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk untuk kegiatan usahataninya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian guna mendukung ketahanan pangan nasional. Pada tahun 2010, Pemerintah menyediakan subsidi pupuk, yang disalurkan PT Pupuk Sriwidjaja (Holding), meliputi pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK dan pupuk Organik dengan alokasi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/SR.130/ 11/2009 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2010. Selanjutnya guna pengamanan ketersediaan pupuk bersubsidi, maka penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2010 dilaksanakan dengan pola tertutup, menggunakan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang disusun oleh kelompok tani. Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan dukungan dari seluruh instansi terkait terutama dari Pemerintah Daerah di provinsi dan kabupaten/kota serta stakeholder terkait dalam pengawalan penyaluran pupuk berbasis RDKK di masing-masing wilayah, sehingga pupuk bersubsidi dapat sampai ke petani secara tepat. i

Pedoman pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2010 sesuai dengan kebijakan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP 19490625 197603 1 001 ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan dan Sasaran... 3 3. Pengertian... 4 4. Ruang Lingkup... 7 II. KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2010 8 1. Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi. 8 2. Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi. 11 III. CADANGAN PUPUK BERSUBSIDI... 13 IV. HET PUPUK BERSUBSIDI.. 14 V. PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI... 15 VI. PENGAWASAN DAN PELAPORAN... 16 VII. PENUTUP... 18 LAMPIRAN-LAMPIRAN iii

L A M P I R A N ii

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANFAATAN ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi budidaya secara tepat dengan penggunaan sarana produksi sesuai teknologi yang direkomendasikan di masing-masing wilayah. Sarana produksi yang mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk. Efektifitas penggunaan pupuk diarahkan pada penerapan pemupukan berimbang sesuai rekomendasi spesifik lokasi atau standar teknis penggunaan pupuk yang dianjurkan. Dalam penerapan pemupukan berimbang sangat dibutuhkan modal yang cukup, sedangkan kemampuan permodalan petani sangat terbatas dalam membiayai kebutuhan usahataninya. Untuk itu pemerintah bersama-sama DPR-RI memfasilitasi penyediaan subsidi pupuk untuk Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 1

sektor pertanian, agar petani dapat menerapkan pemupukan berimbang guna meningkatkan produksi dan pendapatannya. Kebijakan pemberian subsidi pupuk untuk sektor pertanian tersebut telah dilakukan sejak tahun 2003 dan dilanjutkan sampai saat ini. Pada tahun 2010, sesuai Undang Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2010, telah ditetapkan anggaran subsidi harga pupuk sebesar Rp 11,291 Triliun, untuk penyediaan pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK dan pupuk organik. Untuk penjabaran lebih lanjut terhadap kebijakan subsidi pupuk tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/SR.130/11/2009 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2010 yang ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Gubenur dan Peraturan Bupati/Walikota tentang kebutuhan pupuk di masing-masing wilayahnya. Sebagai pedoman bagi produsen, distributor dan penyalur pupuk di Lini IV dalam menyalurkan pupuk bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya. Guna kelancaran pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian dimaksud secara efektif, perlu adanya pedoman pelaksanaan pemanfaatan alokasi 2 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 2

kebutuhan dan HET pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010. 2. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan - Menjabarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/ SR.130/11/2009 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi(HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun 2010, agar dapat dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk mengatur pemanfaatan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi; - Membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai kebutuhannya dengan harga terjangkau agar dapat meningkatkan produksi pertanian dan menambah pendapatan serta memperbaiki kesejahteraannya. b. Sasaran - Tersedianya pupuk bersubsidi sampai di tingkat petani secara 6 tepat yaitu tepat jumlah, jenis, waktu, tempat, dengan mutu terjamin dan harga sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah. - Tersalurnya pupuk bersubsidi kepada petani, pekebun, peternak yang Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 3

mengusahaan lahan seluas-luasnya 2 (dua) hektar setiap musim tanam per keluarga petani, dan pembudidaya ikan dan atau udang dengan area seluas-luasnya 1 (satu) hektar. - Diterapkannya pemupukan berimbang spesifik lokasi di tingkat petani, untuk mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas hasil serta produksi komoditas pertanian. 3. Pengertian a. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. b. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. c. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 4 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 4

d. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. e. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV. f. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan dan atau udang. g. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan atau hortikultura. h. Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman perkebunan rakyat. i. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman hijauan pakan ternak yang tidak memiliki izin usaha. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 5

j. Pembudidaya ikan atau udang adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya ikan dan atau udang yang tidak memiliki izin usaha. k. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi dan/atau mengadakan pupuk an-organik (Urea, NPK, ZA, Superphos) dan pupuk organik di dalam negeri. l. Penyalur di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. m. Penyalur di Lini IV adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. n. Kelompoktani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usahatani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan, yang dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk. 6 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 6

o. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompoktani berdasarkan luasan areal usahatani yang diusahakan petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan dan atau udang anggota kelompoktani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi. p. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Gubernur untuk tingkat provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk tingkat kabupaten/kota. 4. Ruang Lingkup Pedoman Pelaksanaan ini meliputi kebutuhan dan HET pupuk bersubsidi tahun anggaran 2010, pengadaan, penyaluran, pengawasan dan pelaporan. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 7

II. KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TA. 2010 1. Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi a. Peraturan Menteri Pertanian Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung melalui beberapa tahapan, yaitu berdasarkan usulan kebutuhan teknis di lapangan yang diajukan oleh pemerintah daerah secara berjenjang dari Bupati/Walikota kepada Gubernur dan selanjutnya disampaikan kepada Menteri Pertanian dan didasari pada Program Peningkatan Produksi Pertanian, terutama padi, jagung dan kedelai pertahun. Usulan kebutuhan pupuk bersubsidi secara buttom up tersebut diproses di tingkat pusat dengan memperhatikan kemampuan daya serap pupuk di masing-masing wilayah selama beberapa tahun terakhir serta pagu anggaran subsidi pupuk yang ditetapkan pemerintah. Penetapan alokasi pupuk bersubsidi untuk masing-masing provinsi pada umumnya di bawah kebutuhan teknis yang diusulkan daerah karena terbatasnya pagu anggaran subsidi, sehingga dengan jumlah pupuk bersubsidi yang terbatas tersebut, diharapkan agar tetap dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan azas prioritas, baik prioritas terhadap daerah yang dinilai sebagai 8 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 8

sentra produksi, prioritas terhadap jenis komoditas yang akan diunggulkan oleh daerah. Di samping itu, diharapkan dapat dilaksanakannya efisiensi penggunaan pupuk bersubsidi melalui penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis yang dianjurkan disertai dengan penggunaan pupuk organik. Jenis-jenis pupuk yang disubsidi pemerintah terdiri dari pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK dan Pupuk Organik yang diadakan oleh Produsen Pupuk yang ditunjuk, yaitu: PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik. Alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun 2010 (dalam ton), adalah sebagai berikut: Sub Sektor UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK Tanaman Pangan 3,640,000 576,708 404,253 1,273,100 591,500 Hortikultura 516,146 48,967 164,860 179,456 83,874 Perkebunan 1,235,574 301,156 378,633 547,445 200,781 Peternakan 16,538 1,349 2,255-2,687 Perikanan Budidaya 191,742 71,820 - - 31,158 Cadangan Nasional 400,000 - - 200,000 - JUMLAH 6,000,000 1,000,000 950,000 2,200,000 910,000 Rincian alokasi kebutuhan pupuk per jenis dan jumlah pupuk per bulan per provinsi, seperti tercantum pada Lampiran 1. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 9

b. Peraturan Gubernur Berdasarkan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi tersebut, sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/SR.130/ 11/2009, pasal 3 ayat 3 dan 4, dirinci lebih lanjut menurut kabupaten/kota, jenis, jumlah dan sebaran bulanan, yang ditetapkan dan disahkan dengan Peraturan Gubernur, selambat-lambatnya bulan Desember 2009. c. Peraturan Bupati/Walikota Berdasarkan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/SR.130/11/2009, pasal 3, ayat 5 dan 6, bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur tersebut, alokasi pupuk bersubsidi dirinci lebih lanjut menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati atau Walikota, diharapkan selambat-lambatnya pada akhir bulan Desember 2009. Kebutuhan pupuk bersubsidi bagi kelompok tani tanaman pangan/ hortikultura/ perkebunan/ peternakan/ pembudidaya ikan atau udang, yang diajukan oleh kelompok tani dengan menggunakan RDKK yang disetujui oleh petugas teknis, penyuluh atau Kepala Cabang Dinas (KCD) setempat. Untuk itu, Dinas yang membidangi tanaman pangan, 10 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 10

hortikultura, peternakan, perkebunan dan pembudidaya ikan dan atau udang setempat wajib melaksanakan pembinaan kepada kelompoktani untuk menyusun RDKK sesuai luas areal usahatani dan atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di wilayahnya Bagi petani/pekebun/peternak/pembudidaya ikan atau udang yang belum menjadi anggota kelompok tani, dianjurkan untuk bergabung kepada kelompok tani di wilayah terdekat, atau membentuk kelompok baru sehamparan dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani, dan wajib mengajukan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang diperlukan sesuai dengan kegiatan usahatani yang diusahakan, dengan format RDKK seperti tercantum pada Lampiran 2 Pedoman Pelaksanaan ini. RDKK tersebut diajukan kepada Dinas teknis setempat. 2. Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Kemampuan penyerapan pupuk bersubsidi di masing-masing wilayah, tidak terlepas dari kondisi agroklimat serta musim yang terjadi, sehingga penyerapan pupuk pada bulan tertentu dapat di atas atau di bawah alokasi yang ditetapkan. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 11

Apabila penggunaan pupuk disatu wilayah melebihi alokasi yang ditetapkan, dapat dilayani permintaannya oleh produsen pupuk maksimal sebanyak 20% dari kebutuhan pupuk yang dialokasikan pada bulan yang bersangkutan, dengan catatan tidak melebihi alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi selama 1 (satu) tahun di wilayah tersebut (Permendag No.07/M- DAG/PER/2/2009 Pasal 4 ayat 1-6). Untuk memenuhi kebutuhan pupuk di wilayah yang mengalami kekurangan pasokan dapat dilakukan dengan merealokasi pupuk dari wilayah lainnya yang penyerapannya kurang dari alokasi yang telah ditetapkan, yang diatur melalui mekanisme realokasi pupuk oleh pemerintah daerah setempat, yang dilaksanakan secara berjenjang, yaitu: a) Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/ Walikota dengan mempertimbangkan usulan dari dinas teknis setempat; b) Realokasi antar Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi ditetapkan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari Dinas teknis setempat; c) Realokasi antar provinsi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas usul dari Gubernur. 12 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 12

III. Cadangan Pupuk Bersubsidi Pada kondisi tertentu atau berdasarkan usulan permintaan tambahan pupuk dari Gubernur, Direktur Jenderal Tanaman Pangan dapat merekomendasikan kebutuhan pupuk Urea dan NPK bersubsidi di suatu wilayah yang mengalami kekurangan dengan menggunakan cadangan pupuk Urea/NPK bersubsidi. Pemerintah menyediakan cadangan pupuk Urea bersubsidi sebanyak 400.000 ton dan NPK bersubsidi sebanyak 200.000 ton, yang merupakan bagian dari alokasi pupuk bersubsidi tahun 2010. Cadangan pupuk bersubsidi tersebut dikuasai pemerintah yang digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan pupuk. Yang dimaksud dengan pupuk bersubsidi yang dikuasai pemerintah adalah penundaan sementara alokasi pupuk bersubsidi dan akan dialokasikan pada daerah yang mengalami kekurangan pupuk dalam rangka peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Pelaksanaan pendistribusian pupuk bersubsidi dari cadangan tersebut, dilakukan berdasarkan penugasan dari Departemen Perdagangan c/q Direktur Jenderal Perdagangan dalam Negeri sesuai rekomendasi dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Mekanisme pemanfaatan cadangan pupuk bersubsidi tersebut, mengacu pada ketentuan distribusi pupuk bersubsidi yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 13

Peraturan Menteri Perdagangan, sehingga jelas penanggung jawab pelaksana penyaluran pupuk bersubsidi dimaksud. IV. HET PUPUK BERSUBSIDI Pada tahun 2010, Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi di kios pengecer resmi, di tingkat kecamatan/desa ditetapkan sebagai berikut: Jenis Pupuk Harga (Rp/kg) (Rp/zak) UREA 1,200 60,000 (@50 kg) ZA 1,050 52,500 (@50 kg) Superphos/ SP-36 1,550 77,500 (@50 kg) NPK Phonska 1,750 87,500 (@50 kg) NPK Pelangi 1,830 91,500 (@50 kg) NPK Kujang 1,586 79,300 (@50 kg) Organik 500 25,000 (@50 kg) atau 10,000 (@20 kg) Catatan: 1) HET pupuk bersubsidi tersebut dalam kemasan 50 kg atau 20 kg, yang dibeli oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau gudang di kios pengecer resmi secara tunai. 2) Jenis pupuk NPK bersubsidi dimaksud terdiri dari: a) pupuk NPK Phonska (15:15:15) yang diproduksi oleh PT Petrokimia Gresik; b) pupuk NPK Pelangi (20:10:10) yang diproduksi oleh PT Pupuk Kaltim; dan c) pupuk NPK Kujang (30:6:8) yang diproduksi oleh PT Pupuk Kujang 14 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 14

V. PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI Penyaluran pupuk yang disubsidi dilakukan oleh Produsen Pupuk yang ditunjuk, yaitu: PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik, melalui distributor dan penyalur di wilayah tanggung jawab masing-masing. Guna pengamanan penyaluran pupuk bersubsidi dimaksud, pada kemasan/kantong pupuk bersubsidi wajib diberi label tambahan yang berbunyi Pupuk Bersubsidi Pemerintah yang mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dan pupuk non subsidi yang dilakukan oleh produsen, distributor maupun oleh pengecer resmi. Pelaksanaan pengadaan, penyaluran, dan peredaran pupuk bersubsidi dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Produsen, distributor, dan pengecer resmi wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan stok yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya pengawasan melekat secara berjenjang dari produsen dan distributor. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 15

VI. PENGAWASAN DAN PELAPORAN 1. Pengawasan Sebagaimana ditegaskan di dalam Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan, maka diperlukan instrumen untuk pelaksanaan pengawasan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Setiap penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi harus ditindak tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan pelaksanaan pengawasan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana tersebut di atas, telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, dimana seluruh pihak terkait diharapkan dapat melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan pupuk bersubsidi dilakukan oleh seluruh instansi terkait yang tergabung dalam Pokja Pupuk di Pusat maupun melalui Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peran aktif Pemerintah Daerah melalui optimalisasi kinerja KP3 dan PPNS di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengawalan dan 16 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 16

pengawasan terhadap penyaluran dan HET pupuk bersubsidi di wilayahnya, sangat diharapkan agar sistem pengawasan pupuk bersubsidi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Untuk membantu pelaksanaan pengawasan oleh KPP Provinsi/Kabupaten/Kota, ditempatkan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) di masing-masing kabupaten/kota diberi tugas tambahan untuk membantu KPP dalam melaksanakan pemantauan dan pengawasan penyediaan pupuk sampai di tingkat petani. Hasil pemantauan/pengawasan pupuk oleh TPM dan POPT dilaporkan secara periodik (mingguan) atau sewaktu-waktu sesuai dengan temuan kasus agar ditindaklanjuti secara cepat oleh KPP. 2. Pelaporan KPP di kabupaten/kota menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati/Walikota setiap bulan (minggu ke 2). Bupati/Walikota dan KPP Provinsi menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi setiap bulan (minggu ke 3) kepada Gubernur. Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 17

Perkembangan pelaksanaan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi serta berbagai permasalahan dan upaya antisipasinya di masing-masing provinsi diharapkan dapat dilaporkan oleh Gubernur kepada Menteri Pertanian c.q. Direktur Jenderal Tanaman Pangan setiap awal bulan (minggu ke 4). Berdasarkan laporan dari daerah tersebut, diharapkan pupuk bersubsidi yang dialokasikan dimasing-masing daerah dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan petani. Contoh blanko laporan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3a dan 3b Pedoman Pelaksanaan ini. VII. PENUTUP Dengan pedoman pelaksanaan pemanfaatan alokasi kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010, diharapkan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dapat dilakukan secara efektif dan bermanfaat sesuai alokasi di masingmasing wilayah. Untuk itu Pemerintah Daerah agar berperan dalam pengawasannya, sehingga ketersediaan pupuk bersubsidi dapat terjamin secara tepat. 18 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 18

KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TAHUN 2010 MENURUT JENIS PUPUK DAN SEBARAN PROVINSI Lampiran 1 (Ton) NO. PROPINSI UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK 1 ACEH 97,000 20,000 6,176 36,667 14,156 2 SUMATERA UTARA 220,000 48,000 61,755 110,000 58,644 3 SUMATERA BARAT 110,000 30,000 16,468 48,667 36,400 4 J A M B I 54,000 18,000 4,570 22,000 8,089 5 R I A U 51,000 13,500 3,736 20,000 6,067 6 BENGKULU 38,000 13,500 2,161 17,333 8,089 7 SUMATERA SELATAN 230,000 50,000 5,146 93,333 52,578 8 BANGKA BELITUNG 17,000 5,000 1,338 13,333 8,089 9 LAMPUNG 355,000 50,000 10,807 120,000 24,267 10 KEP. RIAU 1,000 1,000 412 1,333 809 11 DKI. JAKARTA 1,000 500 26 1,333 101 12 BANTEN 110,000 27,000 3,629 40,000 32,254 13 JAWA BARAT 900,000 180,000 74,027 294,933 111,222 14 D.I. YOGYAKARTA 80,000 27,000 15,439 40,000 40,444 15 JAWA TENGAH 1,070,000 180,000 208,228 350,667 131,444 16 JAWA TIMUR 1,325,000 200,000 421,994 466,667 206,267 17 B A L I 57,000 5,500 11,649 33,333 60,667 18 KALIMANTAN BARAT 55,000 9,600 2,573 27,333 13,144 19 KALIMANTAN TENGAH 20,000 5,000 463 11,333 4,449 20 KALIMANTAN SELATAN 52,000 9,000 1,029 26,667 7,078 21 KALIMANTAN TIMUR 23,000 7,000 1,638 24,000 5,056 22 SULAWESI UTARA 36,000 5,000 463 13,333 4,993 23 GORONTALO 23,000 1,500 113 13,333 2,022 24 SULAWESI TENGAH 55,000 4,000 8,234 11,333 3,033 25 SULAWESI TENGGARA 25,000 6,000 5,024 10,667 4,044 26 SULAWESI SELATAN 350,000 50,000 62,185 86,667 36,766 27 SULAWESI BARAT 35,000 5,400 6,484 8,000 5,056 28 NUSA TENGGARA BARAT 160,000 20,000 12,454 40,000 20,222 29 NUSA TENGGARA TIMUR 33,000 4,000 515 6,667 506 30 MALUKU 4,000 500 131 2,000 506 31 PAPUA 9,000 3,000 823 4,800 2,528 32 MALUKU UTARA 2,000 500 51 1,600 506 33 IRJA BARAT 2,000 500 257 2,667 506 CADANGAN NASIONAL 400,000 - - 200,000 - JUMLAH PROPINSI 6,000,000 1,000,000 950,000 2,200,000 910,000 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 19

Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Lampiran 2 RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI Musim Tanam :... Provinsi/Kabupaten/Kota :... Kecamatan/Desa :... Nama Kelompoktani :... Subsektor :... Nama Kios :... Distributor :. No 1 2 3 4 Dst Nama Petani Komoditi Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan Menyetujui: Mengetahui: Mantan/KCD/PPL Kepala Desa Ketua kelompok tani ( ) ( ) ( ) 20 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 20

Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Lampiran 2a REKAPITULASI RDKK PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT KECAMATAN MUSIM TANAM :... KABUPATEN/KOTA :... KECAMATAN :... SUB SEKTOR :... DISTRIBUTOR :... No 1 2 3 4 Dst Nama Petani Komoditi Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan Menyetujui: KCD/Camat Mengetahui: Mantri Tani/Penyuluh ( ) ( ) Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 21

Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Lampiran 2b REKAPITULASI RDKK PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT KABUPATEN MUSIM TANAM :... PROVINSI :... KABUPATEN/KOTA :... SUB SEKTOR :... DISTRIBUTOR :... KOMODITI :... No 1 2 3 4 Dst Kecamatan Jumlah Gabungan Kelompok Tani Jumlah Kelompok Tani Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan Ket. Menyetujui: Kepala Dinas Pertanian Kab/Kota ( ) 22 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 22

Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Lampiran 2c REKAPITULASI RDKK PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT PROVINSI MUSIM TANAM :... PROVINSI :... SUB SEKTOR :... DISTRIBUTOR :... No 1 2 3 4 Dst Kabupaten Jumlah Gabungan Kelompok Tani Jumlah Kelompok Tani Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan Ket. Menyetujui: Kepala Dinas Pertanian Provinsi ( ) Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 23

Lampiran 3a LAPORAN PERKEMBANGAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT KABUPATEN Tahun Anggaran :... Provinsi :... Kabupaten/Kota : Periode :... No 1 2 3 4 Dst Kecamatan JUMLAH Alokasi Kebutuhan Pupuk (ton) Realisasi Penyaluran (ton) Urea SP-36 ZA NPK Organik Urea SP-36 ZA NPK Organik Tempat, Tanggal/bulan/tahun Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Kabupaten (...) 24 Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 24

Lampiran 3b LAPORAN PERKEMBANGAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT PROVINSI Tahun Anggaran :... Provinsi :... Kabupaten/Kota :... Periode :... No 1 2 3 4 Dst Kabupaten JUMLAH Alokasi Kebutuhan Pupuk (ton) Realisasi Penyaluran (ton) Urea SP-36 ZA NPK Organik Urea SP-36 ZA NPK Organik Tempat, Tanggal/bulan/tahun Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Provinsi (...) Pedoman Pelaksanaan Subsidi Pupuk Tahun 2010 25

No Kelompok Tani Alamat Komoditi Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan TTD No Kabupaten Jumlah Gabungan Kelompok Tani Jumlah Kelompok Tani Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan Ket.

No Nama Petani Komoditi Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan

Sub Sektor UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK Tanaman Pangan 3.640.000 576.708 404.253 1.273.100 591.500 Hortikultura 516.146 48.967 164.860 179.456 83.874 Perkebunan 1.235.574 301.156 378.633 547.445 200.781 Peternakan 16.538 1.349 2.255-2.687 Perikanan Budidaya 191.742 71.820 - - 31.158 Cadangan Nasional 400.000 - - 200.000 - JUMLAH 6.000.000 1.000.000 950.000 2.200.000 910.000

Jenis Pupuk Harga (Rp/kg) (Rp/zak) UREA 1.200 60,000 (@50 kg) ZA 1.050 52,500 (@50 kg) Superphos/ SP-36 1.550 77,500 (@50 kg) NPK Phonska 1.750 87,500 (@50 kg) NPK Pelangi 1.830 91,500 (@50 kg) NPK Kujang Organik 1.586 500 79,300 (@50 kg) 25,000 (@50 kg) atau 10,000 (@20 kg)

NO. PROPINSI UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK 1 ACEH 97.000 20.000 6.176 36.667 14.156 2 SUMATERA UTARA 220.000 48.000 61.755 110.000 58.644 3 SUMATERA BARAT 110.000 30.000 16.468 48.667 36.400 4 J A M B I 54.000 18.000 4.570 22.000 8.089 5 R I A U 51.000 13.500 3.736 20.000 6.067 6 BENGKULU 38.000 13.500 2.161 17.333 8.089 7 SUMATERA SELATAN 230.000 50.000 5.146 93.333 52.578 8 BANGKA BELITUNG 17.000 5.000 1.338 13.333 8.089 9 LAMPUNG 355.000 50.000 10.807 120.000 24.267 10 KEP. RIAU 1.000 1.000 412 1.333 809 11 DKI. JAKARTA 1.000 500 26 1.333 101 12 BANTEN 110.000 27.000 3.629 40.000 32.254 13 JAWA BARAT 900.000 180.000 74.027 294.933 111.222 14 D.I. YOGYAKARTA 80.000 27.000 15.439 40.000 40.444 15 JAWA TENGAH 1.070.000 180.000 208.228 350.667 131.444 16 JAWA TIMUR 1.325.000 200.000 421.994 466.667 206.267 17 B A L I 57.000 5.500 11.649 33.333 60.667 18 KALIMANTAN BARAT 55.000 9.600 2.573 27.333 13.144 19 KALIMANTAN TENGAH 20.000 5.000 463 11.333 4.449 20 KALIMANTAN SELATAN 52.000 9.000 1.029 26.667 7.078 21 KALIMANTAN TIMUR 23.000 7.000 1.638 24.000 5.056 22 SULAWESI UTARA 36.000 5.000 463 13.333 4.993 23 GORONTALO 23.000 1.500 113 13.333 2.022 24 SULAWESI TENGAH 55.000 4.000 8.234 11.333 3.033 25 SULAWESI TENGGARA 25.000 6.000 5.024 10.667 4.044 26 SULAWESI SELATAN 350.000 50.000 62.185 86.667 36.766 27 SULAWESI BARAT 35.000 5.400 6.484 8.000 5.056 28 NUSA TENGGARA BARAT 160.000 20.000 12.454 40.000 20.222 29 NUSA TENGGARA TIMUR 33.000 4.000 515 6.667 506 30 MALUKU 4.000 500 131 2.000 506 31 PAPUA 9.000 3.000 823 4.800 2.528 32 MALUKU UTARA 2.000 500 51 1.600 506 33 IRJA BARAT 2.000 500 257 2.667 506 CADANGAN NASIONAL 400.000 - - 200.000 - JUMLAH PROPINSI 6.000.000 1.000.000 950.000 2.200.000 910.000