Telekomunikasi MATRIKS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BIDANG SDPPI I. SIMPLIFIKASI REGULASI DI BIDANG SDPPI NO. RPM URGENSI POSISI

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRESS PROGRAM POKJA RB PENGUATAN PUU SAMPAI DENGAN BULAN JULI 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG REGISTRASI PELANGGAN JASA TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RPM KOMINFO TENTANG RENCANA INDUK FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN RADIO SIARAN FREQUENCY MODULATION

BERITA NEGARA. No.1161, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Alat dan Perangkat Penerima. TV Digital. Persyaratan Teknis.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG REGISTRASI PELANGGAN JASA TELEKOMUNIKASI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

TATACARA PELAKSANAAN PERIJINAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS. Subdit. Telsus Non Pemerintah, Dit. Telsus PPKU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan INFORMATIKA. Penagihan. Pemungutan. PNBP.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI INFORMATIKA. Sertifikasi. Izin. Tatacara.

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI

2 tentang Tata Cara Perhitungan Tarif Sewa Saluran Siaran Pada Penyelenggaraan Penyiaran Multipleksing; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 19

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 181/KEP/M.KOMINFO/12/ 2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAKUAN BALAI UJI NEGARA ASING DI LINGKUP ASEAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambaha

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

DAFTAR PERATURAN MENTERI KOMINFO YANG VALID

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PANGGILAN TUNGGAL DARURAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT HARMONISASI PENYUSUNAN RPM TENTANG REGISTRASI PELANGGAN JASA TELEKOMUNIKASI

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te

BERITA NEGARA. No.703, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Tarif Sewa. Multipleksing. Tata Cara.

STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI OPERATOR RADIO

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 241/DIRJEN/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR XXXXX TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERPANJANGAN IZIN PITA FREKUENSI RADIO

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika

DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER 2 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI 2017

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

Perihal : Tanggapan Dan Masukan Terhadap Rancangan Peraturan Menteri mengenai Kegiatan Amatir Radio dan Komunikasi Radio Antar Penduduk

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tenta

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07/PER/M.KOMINFO/2/2006 TENTANG

DAFTAR PM KOMINFO NON PERIZINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tent

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK

INDEKS PERATURAN MENTERI KOMINFO TAHUN No. Permen Tentang Ket

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566);

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR :19/PER.KOMINFO/10/2005 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelayanan publik yang prima, telah ditugaskan Pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

MATRIKS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BIDANG SDPPI I. SIMPLIFIKASI REGULASI DI BIDANG SDPPI NO. RPM URGENSI 1. RPM tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2/PER/M.KOMINFO/3/208 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Pencabutan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2/PER/M.KOMINFO/3/208 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi dilakukan karena duplikasi pengaturan dan berpotensi konflik dengan pengaturan yang ada dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kominfo dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 19/PER/M.KOMINFO/03/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi. Mengatur mengenai pencabutan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2/PER/M.KOMINFO/3/208 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama 1. Telah disampaikan kepada Menteri Kominfo melalui Nota Dinas Dirjen SDPPI Nomor 1542/DJSDPPI/HK.02.01/11/201 6 tanggal 11 November 2016.2. melalui pertemuan dengan Mneteri bahwa RPM tersebut sementara dipending dulu menunggu moment dalam pencabutannya. 2. RPM tentang Sertifikasi Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi 1. Adanya simplifikasi regulasi bidang SDPPI 2. Adanya beberapa penambahan dan perubahan subtansi yang diatur dalam RPM Sertifikasi Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi 1. pelaksanaan sertifikasi melalui pengujian dan evaluasi dokumen 2. permohonan sertifikasi 3. persyaratan sertifikasi 4. penerbitan sertifikat 5. sanksi 6. pengawasan dan pengendalian 1. Harmonisasi oleh Biro Hukum pada tanggal 14 Desember 2016; 2. telah diajukan proses permohonan konsultasi publik kepada Menteri, melalui Nota Dinas Dirjen SDPPI Nomor

1737/DJSDPPI.1/HK.02.01/12/201 6, tanggal 16 Desember 2016 3. Namun menurut Menteri secara lisan disampaikan kepada Plt. Direktur Standardisasi RPM tersebut untuk dipending terlebih dahulu. 4. Menurut Direktorat Standar ada perubahan struktur subtansi saat ini masih dilakukan pembahasan. 5. RPermen tentang Sertifikasi dengan struktur yang baru, telah disampaikan Kepada Sekditjen U.P Kabag Hukum, melalui ND Plt Direktur Standar Nomor 61/KOMINFO/DJSDPPI/SP.04.03/ II/2017 tanggal 24 Februari, 2017, namun saat ini masih menunggu masukan dari BBPPT. 6. Pada tanggal 21 April 2016 telah dilakukan pembahasan, dengan hasil: a. Ada penambahan beberapa substansi terkait amanah penetapan Balai Uji Dalam Negeri dan Pengakuan Balai Uji Asing; b. Rencana pemisahan substansi pengujian yang dilaksanakan oleh Balai Uji akan diatur dengan Peratura Menteri sendiri.

3. Komunikasi Radio Amatir dan Komunikasi Radio Antar penduduk 1. Adanya simplifikasi regulasi bidang SDPPI 2. Adanya beberapa penambahan dan perubahan subtansi yang diatur dalam RPM Komunikasi Radio Amatir dan Komunikasi Radio Antar penduduk 1. Penggunaan IAR dan IKRAP 2. Tanda panggil (callsign) 3. Ujian Negara AMatir Radio 4. Panitia Ujian Amatir Radio 5. Perizinan IAR dan IKRAP 6. Persyaratan teknis IAR dan IKRAP 7. Biaya IAR dan IKRAP 8. Penggunaan stasiun radio dan pita frekuensi radio untuk IAR dan IKRAP 9. Organisasi 10.Pengawasan dan pengendalian 11.Sanksi 12.Ketentuan peralihan 7. Telah dilakukan harmonisasi oleh Biro Hukum pada tanggal 14 Desember 2016; 8. Telah dilakukan konsultasi publik dan tidak ada masukan, namun Direktorat Operasi dan Bagian masih memerlukan pembahasan terhadap beberapa subtansi dalam RPM dimkasud, terakhir dilakukan pembahasan terkait dengan PNBP untuk Izin Amatir Radio pada tanggal 28 Februari 2016; 9. Pada tanggal 17 Maret 2017 telah dialkukan pembahasan lanjutan dengan hasil masih ada beberapa hal yang belum disepakati karena masih perlu arahan dari pimpinan terlebih dahulu yaitu: a. Masa laku IAR; dan b. Peran Organisasi Komunikasi Radio Amatir dan Organisasi Komunikasi Radio Antar Penduduk. 4. Sertifikasi Kecakapan Operator Radio dan Sertifikasi Radio Elektronika dan Operator Radio Global Maritime Distress And 1. Adanya simplifikasi regulasi bidang SDPPI 2. Adanya beberapa penambahan dan perubahan subtansi yang 1, 1. Telah dilakukan harmonisasi oleh Biro Hukum pada tanggal 14 Desember 2016;

Safety System 5. Ketentuan Operasional dan Tata Cara Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio diatur dalam RPM Sertifikasi Kecakapan Operator Radio dan Sertifikasi Radio Elektronika dan Operator Radio Global Maritime Distress And Safety System 2. Telah disampaikan permohonan konsultasi publik kepada Menteri, sebelum ditetapkan. Telah disampaikan Nota Dinas Dirjen SDPPI Nomor 1734/DJSDPPI.1/HK.02.01/12/201 6, tanggal 16 Desember 2016. 3. Disposisi pak menteri menunggu pertemuan dengan ditjen Hubla dulu untuk membicarakan terkait sertifikat operator radio GMDSS. 4. Pada tanggal 18 April 2017 telah dilakukan pertemuan antara Dirjen SDPPI dengan Dirjen Hubla guna membahas kewenangan Sertifikasi Operatos Radio dan berdasarkan hasil pertemuan bahwa sertifikasi operator radio dilakukan secara bersama antara Direktorat SDPPI dengan Dithubla dengan rencanannya akan disusun Peraturan Bersama, 1.. 1. 1. Pada tanggal 14 Desember 2016, telah dilakukan harmonisasi dengan biro Hukum. 2. Mengingat masih ada penambahan substansi dalam RPM sehingga perlu dilakukan pembahasan kembali terakhir dialkukan pembahasan pada tanggal 4 Maret 2017 dengan hasil bahwa RPM ini kedepan perlu

dibenahi terkait dengan: c. Pengangsuran pembayaran BHP frekuensi radio; d. BHP ISR; dan e. Validasi Data 3. Pada tanggal 20 April 2017 telah dilakukan pembahasan dengan hasil menyepakati beberapa peding matters rapat sebelumnya, antara lain terakit: a. Mekanisme perubahan data; f. Pengangsuran pembayaran BHP frekuensi radio; g. BHP ISR; dan h. Validasi Data II. RPM BIDANG SDPPI NO. RPM URGENSI 6. RPM tentang Standar kualitas layanan untuk penyelenggaraan jaringan bergerak seluler. 10. untuk menjamin kualitas layanan pada penyelenggaraan jaringan bergerak seluler, perlu diatur kembali standar kualitas layanan pada Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler 11. bahwa Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 16 Tahun 2013 tentang Standar Kualitas Pelayanan Jasa Teleponi Dasar pada Jaringan Bergerak Seluler 1. Standar Kualitas Layanan pada Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, meliputi: a. Standar Pemenuhan Permohonan Aktivasi Pengguna; b. Standar Penanganan Keluhan Akurasi Tagihan Pascabayar; c. Standar Penanganan Keluhan Akurasi Pemotongan Pulsa Prabayar; d. Standar Penanganan Keluhan Umum Pengguna; e. Standar Tingkat Laporan Telah disampaikan nota dinas ke Menteri untuk pengajuan konsultasi publik.

belum mengatur standar kualitas layanan data pada Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler. Gangguan Layanan; f. Standar Kecepatan Jawab Operator Call Center. g. Standar Kualitas Layanan Teleponi Dasar; h. Standar Kualitas Layanan Pesan Singkat; dan i. Standar Kualitas Layanan Internet pada Jaringan Bergerak Seluler (Mobile Internet). 2. laporan pencapaian standar kualitas layanan Penyelenggara. 3. pengenaan sanksi Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan standar kualitas. 7. RPM tentang Penggunaan Teknologi pada Pita Frekuensi Radio 450 MHz, 2,1 GHz, dan 2,3 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler 3. kebijakan dan strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan pitalebar Indonesia diantaranya adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio melalui kebijakan netral teknologi agar industri dapat menggunakan teknologi nirkabel yang paling efisien dengan ekosistem yang mendukung, 4. hal ini sesuai dengan Konsep Pembangunan Pita lebar sebagaimana diatur dalam BAB II, huruf f, angka 2 Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 1. Pengaturan penggunaan pita frekuensi radio 450 MHz, 2,1 GHz, dan 2,3 GHz untuk Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler; 2. Ketentuan penggunaan kebebasan memilih tehnologi; dan 3. Kewajiban Penyelenggara Jaringan Bergerak Seluler dalam mengoperasikan jaringannya. 1. Saat ini posisi konsultasi publik mulai tgl 17 feb sampai 27 feb 2017. 2. Dari hasil konsultasi publik tersebut terdapat masukan dari Penyelenggara Jaringan Bergerak Seluler, Akademisi, Intansi Pemerintah dan Perseorangan. 3. Pada tanggal 7 Februari 2017 telah dilakukan pembahasan masukan hasil konsultasi publik dan hasil pembahasan ini akan dibahas dalam rapat Pleno BRTI dan akan diunggah dalam Web Site Kemkominfo, agar dikatehaui oleh yang memerikan masukan terhadap RPM tersebut.

8. RPM tentang Manajemen Penegakan Hukum Bidang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran; 9. RPM tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kominfo Nomor 36 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Alat Dan Perangkat 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 1. Untuk memberikan kewenangan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pos, telekomunikasi, dan penyiaran; 2. sebagai pedoman dalam: penyelenggaraan manajemen penegakan hukum pos, dan telekomunikasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika; dan 3. evaluasi penilaian kinerja PPNS dalam proses penyidikan tindak pidana bidang pos dan telekomunikasi guna terwujudnya tertib administrasi penegakan hukum dan kepastian hukum. 4. Sebagai pengganti Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 39 Tahun 2003 tentang Tata Cara Operasi Penertiban Bidang Pos dan Telekomunikasi. 1. RPM ini merevisi PM No 36 Tahun 2012 tentang persyaratan teknis alat dan perangkat pemancar televisi RPM ini mengatur antara lain: 1. Manajemen penegakan hukum dilaksanakan sebagai upaya menciptakan ketertiban di bidang pos, telekomunikasi, dan penyiaran. 2. Manajemen penegakan hukum Dilaksanakan melalui kegiatan: a. Pencegahan, dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi ; dan/atau b. Penindakan dilaksanakan terhadap dugaan pelanggaran dan/atau kejahatan dalam bidang pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran. 3. Pelaksanaan penindakanan bidang Pos, penyelenggaraan telekomunikasi dilaksanakan oleh PPNS Direktorat PPI. 4. Pelaksanaan penindakan penyiaran Ditjen PPI berkoordinasi dengan pihak Kepolisian. 5. Pelaksanaan penindakan bidang penggunaan spektrum frekuensi dan pemenuhan persyaratan teknis alat dan perangkat telekomunikasi radio dilaksanakan oleh PPNS Direktorat Jenderal SDPPI. RPM ini mengatur persyaratan teknis untuk alat dan perangkat pemancar televisi siaran digital berbasis standar digital video broadcasting terrestrial- 1. Sesuai dengan hasil rapim tanggal 9 Agustus 2016 agar RPM ini dikoordinasikan antara Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, da pada tanggak 3 November 2016 telah dilakukan rapat koordinasi yang hasilnya akan segera disampaikan kepada Biro Hukum untuk proses lebih lanjut. 2. Telah disusun nodin penyampaian ke Birohukum. 3. Melalui ND Nomor 69/DJSDDPI.1/HK.01.02/01/2017 tanggal 12 Januari 2016, pada tanggal 13 Februari 2017, disposisi Menteri kepada Dirjen SDPPI untuk dibicarakan. 4. Berdasarkan disposisi Menteri tersebut, Dirjen SDPPI menghendaki untuk disusun CBA atas RPM Penegakan Hukum tersebut, untuk bahan pertemuan dengan Menteri. 1. Berdasarkan hasil harmonisasi dengan Biro Hukum, dalam rangka simplifikasi peraturan, sehingga RPM Perubahan ini untuk dilakukan

Pemancar Televisi Siaran Digital Berbasis Standar Digital Video Broadcasting Terrestrial-Second Generation siaran digital berbasis standar digital video broadcasting terrestrial-second generation. 2. Karena dalam pelaksanaan pengujian alat dan perangkat pemancar televisi siaran digital berbasis standar digital video broadcasting terrestrial second generation mengalami perbedaan pendapat, sehingga perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 36 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Pemancar Televisi Siaran Digital Berbasis Standar Digital Video Broadcasting Terrestrial Second Generation. second generation. penggabungan dengan substansi PM Nomor 36 Tahun 2012 dan sudah disampaikan untuk proses penetapan Menteri. 2. Dengan Mencabut PM 36 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Alat Dan Perangkat Pemancar Televisi Siaran Digital Berbasis Standar Digital Video Broadcasting Terrestrial-Second Generation. 3. Berdasarkan disposisi plt. Dirjen SDPPI untuk dibicarakan dengan Menteri sesuai disposisi Menteri untuk menjelaskan secara singkat terkait RPM dimaksud. 10. RPM tentang Ketentuan Teknis Radio Siaran Amplitudo Modulation Pada Pita Frekuensi Radio Medium Frequency 1. Terdapat kesalahan penghitungan jarak antar kanal pada Peraturan Menteri Nomor 4 Tahun 2014, serta terdapat ketentuan teknis yang perlu disesuaikan. 2. Belum adanya persyaratan teknis alat dan perangkat radio siaran Amplitudo Modulation (AM) pada Medium Frequency (MF); 3. RPM merupakan penggabungan antara: a. RPM tentang Rencana 1. Perubahan lebar pita (Band Width) yang disesuaikan dengan ketentuan ITU-R region 3; 2. Penambahan nama kabupaten/kota yang belum tercantum; 3. Penggabungan Wilayah Jakarta dengan beberapa kota/kabupaten di wilayah Banten dan Jawa Barat I; 4. Efektifnya penyesuaian kanal bagi stasiun radio siaran AM-MF eksisting, dimana jumlah stasiun radio eksisting yang harus menyesuaikan kanal berjumlah 13 dari 74 radio siaran AM MF eksisting. Penyesuaian kanal

Induk (Masterplan) Frekuensi Radio Untuk Keperluan Penyelenggaraan Radio Siaran Amplitudo Modulation (AM) pada Medium Frequency (MF); dan b. RPM Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Radio Siaran Amplitudo Modulation (AM) pada Medium Frequency (MF) Pita Frekuensi Radio 535 khz-1605,5 khz maksimal ± 27 khz; 5. Waktu yang sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan perubahan teknis bagi stasiun radio yang harus menyesuaikan kanal; 6. persyaratan teknis perangkat; 7. mencabut Peraturan Menteri Nomor 4 Tahun 2014. 11. RPM tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Telekomunikasi Yang Beroperasi Pada Pita Frekuensi Radio 2,4 GHz dan/atau Pita Frekuensi Radio 5,8 GHz 1. Perubahan Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2015, berupa penambahan substansi metode pengujian; 2. adanya usulan penambahan bandwidth, karena terdapat perangkat dengan bandwidth di atas 20 MHz, namun di PM 27 Tahun 2009, maksimum bandwidth adalah 20 MHz. 1. Persyaratan Teknis untuk Alat dan Perangkat Telekomunikasi yang beroperasi pada pita frekuensi radio 2,4 GHz dan/atau pita frekuensi radio 5,8 GHz, antara lain: a. frekuensi kerja; b. maksimum bandwitdh; c. spuroius; d. maksimum output power; e. power supply; f. persyaratan keamanan. 2. metode pengujian; 3. mencabut Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2015. 1. Telah dilakukan pembahasan pada tanggal 21 November 2016 dengan hasil rapat RPM telah selesai dibahas, namun ada sedikit subtansi yang perlu dilengkapi oleh Direktorat Standardisasi dan di rencanakan dalam minggu ini sudah harus segera disampaikan penyampaian konsutasi publik ke Menteri. 2. Pada tanggal 6 Februari 2017 telah dilakukan pembahasan dengan hasil perlunya penambahan substansi terkait pita frekuensi radio 5 GHz dan diharapkan Direktorat Penataan untuk segera menyusun RPM tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 5 GHz.

12. RPM tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Terminal Wideband Code Division Multiple Access 1. belum adanya metode pengujian Alat dan Perangkat Terminal Wideband Code Division Multiple Access; 2. RPM ini disampaikan ke Bagian Hukum dan Kerja Sama dalam bentuk RPM Pedoman Metode Pengujian Alat dan Perangkat Telekomunikasi Radio, berdasarkan hasil rapat pada tanggal 10 Juni 2016 RPM dimaksud dibagi menjadi 2 yaitu: a. Peraturan Menteri Kominfo tentang Persyaratan Teknis Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi yang beroperasi pada Pita Frekuensi Radio 2,4 GHz dan/atau 5,8 GHz, yang mencabut Peraturan Menteri Kominfo Nomor 28 Tahun 2015, substansi yang diatur dalam RPM ini adalah substansi yang ada pada Peraturan Menteri Kominfo Nomor 28 Tahun 2015 dan ditambahkan 1 (satu) lampiran yaitu metode pengujian; dan b. Peraturan Menteri Kominfo tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Terminal Wideband Code 1. Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Terminal Wideband Code Division Multiple Access; 2. metode pengujian; 3. mencabut Peraturan Dirjen Pos dan Telekomunikasi 173/DIRJEN/2009 Nomor Telah dilaksanakan rapat pembahasan tanggal 21 November 2016, namun masih ada substansi yang harus ditindaklanjuti oleh Ditstan dan Dittan antara lain terkait frekuensi yang akan digunakan untuk WDCMA.

13. RPM tentang Perencanaan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio untuk Keperluan Penyelenggaraan Televisi Siaran Digital Terestrial pada Pita Frekuensi Radio 174-230 MHz 14. RPM tentang Penetapan Balai Uji Dalam Negeri Division Multiple Access, yang mencabut Peraturan Dirjen Pos dan Telekomunikasi Nomor 173/DIRJEN/2009. Pengaturan Pita Frekuensi Radio 174-230 MHz (VHF Band III) agar dapat digunakan secara tertib, efektif, dan efisien sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional. 1. Pengaturan proses penetapan Balai Uji Dalam Negeri oleh Direktur Jenderal 2. Mencabut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 15 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Balai Uji Dalam Negeri 1. ketentuan teknis, antara lain: a. pengkanalan; b. bandwidth; c. rasio proteksi; d. spurious emmision; 2. ketentuan penggunaan SFN; 3. pembagian wilayah dan kanal; 4. perizinan; 5. evaluasi teknis. 1. Direktur Jenderal menetapkan Balai Uji Dalam Negeri untuk menguji alat dan perangkat telekomunikasi, yang terdiri dari: b. Balai Uji pihak pertama (pabrikan); c. Balai Uji pihak kedua (pemakai alat dan perangkat telekomunikasi); dan d. Balai Uji pihak ketiga (selain pabrikan dan pemakai alat dan perangkat telekomunikasi). 2. Penetapan Balai Uji Dalam Negeri diberikan sesuai dengan ruang lingkup persyaratan teknis dengan penerapan ISO 17025. 3. Penetapan Balai Uji Dalam Negeri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. berada di wilayah dan berbadan hukum Indonesia; Akan djadwalkan rapat pembahasan. 1. Pada bulan Januari 2017 telah dilakukan konsultasi publik selama satu minggu dan terdapat masukan. 2. Dalam proses penetapan Menteri Kominfo. 3. Melaui Nota Dinas Biro Hukum Nomor.RPM ini untuk digabungkan dengan RPM tentang Pengakuan Balai Uji Asing

b. memiliki kemampuan dan sumber keuangan yang cukup untuk biaya operasional; c. memiliki keahlian, kemampuan, kompetensi teknis, dan peralatan untuk melakukan pengujian perangkat telekomunikasi sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan Menteri atau persyaratan teknis negara lain; d. menerapkan ISO/IEC 17025; dan memiliki dan/atau dalam proses akreditasi dari KAN atau lembaga yang berwenang lainnya. 4. Berdasarkan hasil evaluasi persyaratan permohonan Direktur Jenderal dapat menyetujui atau menolak permohonan penetapan Balai Uji Dalam Negeri. 5. Apabila disetujui Direktur Jenderal menerbutkan Sertifikat Penetapan Balai Uji Dalam Negeri, Sertifikat berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang. 6. Balai Uji yang telah mendapat Sertifikat Penetapan Balai Uji Dalam Negeri dari Direktur Jenderal wajib: a. melaksanakan status akreditasi yang diberikan oleh KAN atau lembaga yang berwenang lainnya; b. menjamin bahwa pengujian dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan c. melaporkan kepada Direktur Jenderal mengenai:

1. perubahan status hukum, usaha, organisasi atau akreditasi; 2. perubahan tempat kedudukan; dan 3. perubahan yang dapat mempengaruhi kesinambungan penilaian kesesuaian dengan setiap kriteria yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal atau Badan Penetap Negara Asing jika lingkup akreditasinya mencakup persyaratan teknis negara asing. 15. RPM tentang Pengakuan Balai Uji Negara Asing 1. Pengaturan proses pengakuan Balai Uji Negara Asing oleh Direktur Jenderal; 2. Mencabut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 16 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengakuan Balai Uji Negara Asing 1. Direktur Jenderal berwenang untuk mengakui Balai Uji Negara Asing. 2. Pengakuan ini merupakan pengakuan terhadap hasil uji yang dikeluarkan oleh Balai Uji Negara Asing berdasarkan persyaratan teknis yang diterbitkan oleh Menteri. 3. Pengakuan dapat dilakukan melalui: a. pengakuan terhadap Balai Uji yang diakui secara Internasional, berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang jika diperlukan; b. perjanjian kerjasama (MoU) pengakuan antara Direktorat Jenderal dengan Balai Uji Negara Asing, berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang; atau c. kerjasama Mutual Recognition Agreement (MRA) antara Direktorat Jenderal dengan badan penetap negara lain. 4. Direktur Jenderal menerbitkan 1. Pada bulan Januari 2017 telah dilakukan konsultasi publik selama satu minggu dan terdapat masukan. 2. Dalam proses penetapan Menteri Kominfo. 3. Melaui Nota Dinas Biro Hukum Nomor.RPM ini untuk digabungkan dengan RPM tentang Pengakuan Balai Uji Asing

Sertifikat Pengakuan (Certificate of Recognition) bagi Balai Uji Negara Asing yang telah memenuhi ISO 17025 dan telah terakriditasi. 5. Balai Uji Negara Asing yang telah mendapat Sertifikat pengakuan wajib: a. melaksanakan status akreditasi yang diberikan oleh Badan Akreditasi; b. menjamin bahwa pengujian dilakukan sesuai prosedur, aturan, dan keijakan dari Direktur Jenderal; c. memberi informasi kepada Direktur Jenderal mengenai: 1. perubahan status hukum, usaha, organisasi, atau akreditasi; 2. perubahan tempat kedudukan; dan 3. perubahan yang dapat mempengaruhi kesinambungan pengujian dengan setiap kriteria yang ditetapkan Direktur Jenderal; 6. Direktur Jenderal mencabut pengakuan terhadap Balai Uji Negara Asing dalam hal: a. akreditasi Balai Uji Negara Asing telah dicabut oleh Badan Akreditasi; b. ditemukenali bahwa Balai Uji Negara Asing tidak dapat memenuhi kriteria atau persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini; dan/atau c. Balai Uji Negara Asing tidak bisa

berfungsi sebagaimana mestinya. 16. Surat Edaran Menteri tentang Pedoman pengukuran Efisiensi Energi Perangkat Internet Protocol (IP) Router Dalam Rangka Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan 17. Pedoman Pengukuran Efisiensi Konsumsi Daya Rata Rata Perangkat Base Transceiver Station dengan Mode Statis dalam rangka Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan 18. RPM tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia Surat Edaran ini ditujukan kepada Para Vendor Perangkat Telekomunikasi. Surat Edaran ini ditujukan kepada Penyelenggara Telekomunikasi dan Vendor Perangkat Telekomunikasi. Himbauan kepada Para Vendor Perangkat Telekomunikasi dalam melakukan Pengukuran Efisiensi Energi Perangkat Internet Protocol (IP) Router dihimbau untuk berpedoman pada Surat Edaran ini. memberikan pedoman kepada Penyelenggara Telekomunikasi yang menggunakan perangkat Base Transceiver Station/BTS (RBS pada GSM) dan Vendor Perangkat Telekomunikasi dalam mengukur efisiensi energi perangkat Base Transceiver Station/BTS. 1. Pada tanggal 23 Februari 2017 akan dilakukan pembahasan. 2. Dalam Proses penetapan Dirjen SDPPI. 3. Dirjen SDPPI meminta agar diatur dalam Peraturan Menteri dan Draft SE tersebut telah disampaikan kepada Plt. Direktur Standardisasi melalui Nota Dinas Sekditjen SDPPI Nomor 478?DJSDPPI.1/HK.02.01/03/2017 tanggal 29 Maret 2017 1. Pada tanggal 23 Februari 2017 akan dilakukan pembahasan. 2. Dalam Proses penetapan Dirjen SDPPI 3. Dirjen SDPPI meminta agar diatur dalam Peraturan Menteri dan Draft SE tersebut telah disampaikan kepada Plt. Direktur Standardisasi melalui Nota Dinas Sekditjen SDPPI Nomor 478?DJSDPPI.1/HK.02.01/03/2017 tanggal 29 Maret 2017 1. Pada tanggal 3 Maret 2017 dilaksanakan rapat pembahasan, namun masih ada beberapa substansi yang perlu didiskusikan

kembali khususnya terkait INS dan Footnote, sehingga perlu dilakukan pembahassaan lanjutan. 2. Pada tanggal 22 Maret 2017 telah dilakukan pembahasan lanjutan dengan hasil RPM berikut lampiran RPM telah selesai dilakukan pembahasan, untuk selanjutnya akan diproses lebih lanjut. III. PERATURAN SDPPI DIUNDANGKAN TAHUN 2017 No. NOMOR JUDUL PERATURAN/KEPUTUSAN MENTERI KOMINFO DITETAPKAN DAN UNDANGKAN 1. 2. 3 TAHUN 2017 Rencana Induk Frekuensi Radio Untuk Keperluan Penyelenggaraan Radio Siaran Frequency Modulation 11 TAHUN 2017 Tata Cara Pelaksanaan Uji Petik Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi Ditetapkan pada tanggal 12 Januari 2017 2017 Diundangkan pada tanggal 30 Januari 2017, Berita Negara Repblik Indonesia Tahun 2017, Nomor 355 Ditetapkan pada tanggal 23 Februari 2017 Diundangkan pada tanggal 1 Maret 2017, Berita Negara Repblik Indonesia Tahun 2017, Nomor 187