BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah di dunia global. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mengandung virus dengue (Vontas et al., 2010). Penyakit ini terus menyebar luas di negara tropis dan subtropis. Menurut world health organization (WHO) dalam 50 tahun terakhir tercatat insidensi penyakit DBD meningkat 30 kali lipat. Di seluruh dunia yang berisiko menderita DBD terdapat sekitar 2,5 milyar dengan 50 juta jiwa terinfeksi setiap tahunnya dan 500.000 kasus DBD baru serta sebanyak 22.000 kasus menyebabkan kematian, terutama terjadi pada anak. Dari seluruh dunia negara Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya (WHO, 2011). Di Indonesia penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Sejak pertama kali ditemukan di Kota Surabaya tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 diantaranya meninggal dunia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Demam berdarah di Indonesia hingga tahun 2009, tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Depkes RI, 2010). Pada tahun 2010 di Indonesia kasus DBD sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah kematian 1.358 orang. Incidence rate (IR) sebesar 65,7 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,87%. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 dengan IR sebesar 68,22 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,89% (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Jika melihat meningkatnya jumlah kasus dan bertambahnya wilayah yang terjangkit di Indonesia, disebabkan semakin baik sarana transportasi penduduk, pertumbuhan perumahan yang semakin pesat di Indonesia, kurangnya perilaku 1

2 masyarakat menguras bak mandi, semakin susahnya air bersih. Urbanisasi yang cepat dan perkembangan pembangunan daerah pedesaan dapat mempengaruhi vector demam berdarah dengue. Keadaan tersebut tidak terlepas dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan kualitas fungsi lingkungan yang buruk, diakibatkan pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan (Adbrite, 2007). Faktor faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks. Beberapa faktor etiologi yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah adalah faktor host (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, mobilitas), faktor lingkungan (angka bebas jentik, jenis rumah, ventilasi, keberadaan kontainer, jenis sumber air bersih, tempat penampungan air, curah hujan, suhu, kondisi geografis setempat), faktor perilaku (pola tidur, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, menguras penampungan air). Di Kabupaten Banyumas penyakit DBD masih merupakan masalah dan cenderung menunjukkan kenaikan yang fluktuatif. Pada tahun 2009 kasus DBD sebanyak 382 kasus mengalami kenaikan sebesar 696 pada tahun 2010. Pada tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan sebanyak 201 kasus. Kasus DBD di Kabupaten Banyumas Tahun 2000-2013 800 700 696 685 600 543 500 400 200 175 100 0 382 329 300 33 34 69 229 241 201 200 97 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Seksi Bidang P2PL Dinkes Kabupaten Banyumas Gambar 1. Distribusi Kasus DBD di Kabupaten Banyumas Tahun 2000-2013

3 Banyaknya kasus DBD di Kabupaten Banyumas ini disebabkan karena iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup potensial, juga didukung dengan kurang optimalnya kegiatan PSN di masyarakat. Incidence Rate (IR) dan Case Fatality Rate (CFR) di Kabupaten Banyumas Tahun 2010-2013 35 Incidence Rate (IR) 2 25 20 1,5 15 1 10 0,5 5 0 0 2009 2010 2011 IR 2012 Case Fatality Rate (CFR) 30 2,5 2013 CFR Sumber: Bidang P2PL Dinkes Kabupaten Banyumas Gambar 2. Distribusi Incidence Rate (IR) dan CFR Penyakit Demam Berdarah di Kabupaten Banyumas Tahun 2009 2013 Keadaan lingkungan di Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan wilayah yang dekat dengan kota Kabupaten Banyumas serta banyak sarana pelayanan umum. Sarana pelayanan umum yang berdekatan dengan lingkungan pemukiman masyarakat adalah terminal, pasar, kantor camat, puskesmas, serta sarana pendidikan lainnya. Kondisi tersebut membuat mobilitas penduduk baik dari dalam, maupun dari luar wilayah Kecamatan Purwokerto Selatan menjadi tinggi, sehingga secara tidak langsung memungkinkan penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Adapun upaya penanggulangan kejadian DBD dari pemerintah Dinas Kesehatan Banyumas yang telah dilakukan adalah fogging, mengaktifkan kelompok kerja operasional (POKJANAL) DBD, dan penyuluhan di kelurahan. Pemantauan perkembangan penyakit DBD tidak terlepas dari angka kematian case fatality rate (CFR), IR dapat dijadikan indikator keberhasilan

4 program pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah. Untuk mengetahui perkembangan CFR penyakit DBD dapat dilihat pada Gambar 2. Dari tahun 2009 sampai dengan 2011 CFR DBD di Kabupaten Banyumas selalu melebihi target nasional. Berdasarkan laporan yang dihimpun dari bidang P2PL penderita DBD terbanyak tahun 2010 sebesar 698. Terjadi penambahan daerah endemis dari 46 desa tahun 2010 menjadi 68 desa tahun 2011, namun terjadi penurunan menjadi 35 desa di tahun 2012 dengan jumlah kematian 4 orang IR 11,78 per 100.000 penduduk dan CFR 2,01% dan tahun 2013 IR meningkat yaitu 32,14 per 100.000 (CFR 0,74%). Angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Banyumas pada tahun 2012 sebesar 95,53%, diatas target Nasional ABJ > 95%. Kecamatan Purwokerto Selatan adalah salah satu Kecamatan yang dalam 3 tahun berturut turut sebagai daerah endemis. Pada tahun 2013 Kecamatan Purwokerto Selatan yang mempunyai jumlah kasus terbanyak dari seluruh Kecamatan di kabupaten Banyumas. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa faktor manusia yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue adalah umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan. Faktor perilaku seperti kebiasaan menggantung pakaian, kebiasaan PSN, menggunakan repelen, bepergian ke daerah endemis, pola tidur. Faktor lingkungan berupa kondisi lingkungan rumah juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap kasus DBD. Lingkungan rumah yang tempat penampungan air terbuka, jenis rumah kayu, ventilasi rumah yang tidak menggunakan kasa, kebersihan halaman rumah yang tidak bersih merupakan faktor pendukung terjadinya DBD (Benthem et al., 2004; Sujriyakul et al., 2005). Faktor perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi keberadaan vektor dengue adalah berupa tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), kebiasaan menggantung pakaian. Berdasarkan laporan Perich (2000) yang dikutip oleh Widjana (2003) menyatakan bahwa ada 4 tipe permukaan yang disukai sebagai tempat beristirahat nyamuk yaitu permukaan semen, kayu, pakaian, dan logam. Nyamuk jantan lebih banyak dijumpai di permukaan logam sedangkan nyamuk betina lebih banyak dijumpai pada permukaan kayu dan pakaian.

5 Menurut hasil penelitian Boekoesoe (2013) menyatakan distance index (indeks jarak) menunjukkan jarak antar kasus, letak rumah antar kasus DBD di Kota Gorontalo relatif berdekatan 50 meter dan berpotensi menjadi sumber penularan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Boewono et al. (2012) yang menyatakan bahwa jarak penularan DBD adalah 100 meter sesuai jangkauan terbang nyamuk Aedes aegypti. Pola sebaran kasus mengelompok/cluster sebagai indikator bahwa ada konsentrasi habitat vektor sehingga berpotensi lebih besar terhadap penularan setempat. Sistem informasi geografis (SIG) telah banyak digunakan untuk pemetaan dalam penelitian tentang demam berdarah. SIG membantu dalam pengambilan keputusan, menyusun strategi dan rencana tindakan pencegahan untuk mengendalikan transmisi dengue (Madayanake et al., 2009). Pengelolaan data tentang kejadian demam berdarah dengue (DBD) dalam bentuk sistem informasi geografis belum dilakukan secara maksimal di kabupaten Banyumas. Sistem informasi geografis sangat penting untuk mengetahui gambaran atau pola sebaran kejadian DBD di kabupaten Banyumas secara spasial (keruangan). Melihat berfluktuatifnya kasus DBD di kabupaten Banyumas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pola sebaran dan faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian DBD di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah: 1. Apakah faktor host (umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan) merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? 2. Apakah faktor perilaku (kebiasaan menggantung pakaian, bepergian ke daerah endemis, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)) merupakan faktor risiko terhadap

6 kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? 3. Apakah jenis rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? 4. Apakah angka bebas jentik (ABJ) merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? 5. Apakah distance index (indeks jarak) mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? 6. Bagaimanakah pola sebaran kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pola sebaran kasus dan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan faktor host (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan) merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. b. Mengetahui hubungan faktor perilaku (kebiasaan menggantung pakaian, bepergian ke daerah endemis, penggunaan obat anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)) merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. c. Mengetahui hubungan jenis rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas.

7 d. Mengetahui hubungan angka bebas jentik (ABJ) merupakan faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. e. Mengetahui pola sebaran kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan pengambilan setiap kebijakan program dan strategi pencegahan kejadian DBD di daerah kabupaten Banyumas. 2. Bagi masyarakat Diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat, khususnya tentang faktor risiko yang mempengaruhi kejadian DBD dan upaya pencegahan penyakit menular DBD, serta diharapkan adanya perubahan perilaku dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). 3. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai GIS dan faktor risiko dominan yang mempengaruhi kejadian DBD dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah faktor risiko penyakit demam berdarah dengue (DBD), sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti apabila menghadapi kasus yang serupa. E. Keaslian Penelitian 1. Hagenlocher et al. (2013) melakukan penelitian dengan judul Assessing socioeconomic vulnerability to dengue fever in Cali, Colombia: statistical vs expert-based modeling. Tujuan penelitian ini untuk melakukan penilaian spasial dan evaluasi tingkat sosial ekonomi dan lingkungan tempat tinggal yang berbeda di Cali, Kolombia terhadap risiko kejadian demam berdarah. Persamaan penelitian ini adalah meneliti kejadian DBD secara spasial.

8 Perbedaan terletak pada variabel bebas yang diteliti, lokasi, dan unit penelitian. 2. Maria et al. (2013) melakukan penelitian berjudul Faktor risiko kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kota Makassar Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya beberapa faktor risiko terhadap kejadian DBD di Kota Makassar. Jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian case control. Persamaan penelitian ini adalah meneliti faktor faktor risiko kejadian DBD. Perbedaan terletak pada variabel bebas, meneliti kasus DBD secara spasial, dan lokasi penelitian. 3. Shafie (2011) meneliti tentang Evaluation of the spatial risk factors for high incidence of dengue fever and dengue hemorrhagic fever using GIS application. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemodelan spasial yang dapat memprediksi risiko untuk DB dan DBD berdasarkan faktor faktor lingkungan seperti lingkungan fisik, penggunaan lahan, curah hujan, suhu, dan aplikasi GIS dengan analisis regresi logistik. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan GIS. Perbedaannya terletak pada variabel bebas, dan lokasi penelitian. 4. Widianto (2007) melakukan penelitian berjudul Kajian manajemen lingkungan terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen lingkungan dan menganalisis hubungan lingkungan terhadap kejadian DBD. Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan GIS, variabel bebas, dan metode penelitian.