BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. yang turut serta memunculkan lembaga-lembaga keuangan yang mewarnai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. orang (Tambunan, 2013). Sedangkan menurut sebuah tulisan di harian

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah merupakan hubungan vertikal Allah SWT dengan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam dan Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam memiliki instrumen penting yang bergerak dalam kegiatan sosial yaitu Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf yang biasa disingkat ZISWAF. Hukum Islam memandang harta memiliki nilai yang sangat strategis, karena harta merupakan alat dan sarana untuk memperoleh berbagai manfaat untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia sepanjang waktu. 2 Kesejahteraan seseorang akan terpenuhi apabila ia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, keluarganya dan membantu orang lain yang membutuhkan. 3 Ironisnya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia masih terlalu jauh dari kata sejahtera. Faktanya kemiskinan menjadi permasalahan utama di Indonesia. 4 1 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/05/27/noywh5-inilah- 10-negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia. 2 Abi Ubaid Qosim bin Salam, Kitab al-amwal, Dar al-fikr, Cairo, 1975, hlm. 17. 3 Moh. Muafi, Pemikiran Imam Al-Ghazali tentang Ekonomi Islam dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Lumajang, 2016. 4 http://sbm.binus.ac.id/2016/08/02/masalah-kemiskinan-di-indonesia-2014-2015/

Gambar 1.1 Kemiskinan di Indonesia Berdasarkan profil kemiskinan BPS, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun, namun secara persentase penduduk miskin meningkat. Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen), berkurang sebesar 0,50 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen). Selama periode September 2015 Maret 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,28 juta orang (dari 10,62 juta orang pada September 2015 menjadi 10,34 juta orang pada Maret 2016), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 0,22 juta orang (dari 17,89 juta orang pada September 2015 menjadi 17,67 juta orang pada Maret 2016). 5 Kemiskinan mereka inilah yang menimbulkan berbagai masalah. Mulai dari buruknya kesehatan seperti kekurangan gizi dan pendidikan anak yang terbengkalai. 6 Dampak negatif lain dari kemiskinan yang luas tersebut adalah memicu terjadinya banyak tindakan kriminalitas, karena orang-orang yang 5 https://www.bps.go.id/brs/view/id/1229. 6 http://data.go.id/group/aacd0635-79ef-42d6-807e-4e37df4506bb?organization=bps.

mempunyai lemah iman jika kondisi mereka lapar seringkali membuat akal sehatnya tidak berfungsi, sehingga banyak yang terlibat kasus pencurian, dan perampokan. Hal ini bukanlah menjadi tugas pemerintah semata melainkan kewajiban kita bersama sebagai sesama muslim untuk saling tolong-menolong dan menjadi rahmatan lil alamin untuk semua umat. Ditinjau dari jenis sumber dana yang ada, filantropi dalam Islam terdiri atas Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF). Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi dana ZISWAF yang besar pula. Hal tersebut bisa dilihat dari potensi zakat nasional yang besarnya mencapai Rp. 217 triliun. 7 Potensi ini, belum termasuk perhitungan dana infaq dan sedekah yang belum tergali di masyarakat karena sumber dana infaq dan sedekah bersifat sukarela. Kemudian bila dilihat dari sumber daya alam atau tanahnya (resourcescapital) jumlah harta wakaf di Indonesia merupakan jumlah harta wakaf terbesar di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Departemen Agama tahun 2008, tanah wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai 2,7 miliar m2. 8 Selain itu Badan Wakaf Indonesia (BWI) menilai potensi wakaf uang (cash waqf) di Indonesia mencapai Rp. 120 triliun. 9 Untuk menanggulangi masalah kemiskinan salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan fungsi ZISWAF. Dengan potensi dana ZISWAF yang besar ini, dibutuhkan sistem yang kuat agar dana-dana ZISWAF dapat mengatasi 7 https://m.tempo.co/read/news/2016/06/07/151777667/baznas-potensi-zakat-di-indonesiamencapai-rp-217-triliun. 8 http://www.bwi.or.id/index.php/ar/component/content/article/80-database-danpotensi-wakaf. 9 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/14/05/23/n615ie-bwi-potensi-wakafindonesia-capai-120-triliun.

masalah kemiskinan di Indonesia, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Jika semakin tinggi dana ZISWAF yang disalurkan maka akan semakin tinggi pula pendapatan para mustahiq. Tingginya pendapatan mustahiq jika diolah dengan baik, diharapkan mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ZISWAF bisa diwujudkan melalui sosialisasi dan adanya lembaga yang dapat menjadi intermediasi bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi untuk menyalurkan sebagian hartanya kepada masyarakat yang kurang mampu. Semakin tinggi kesadaran masyarakat dalam hal sosial, semakin tinggi semangat untuk berbagi kepada sesama, maka akan berdampak pada terangkatnya perekonomian masyarakat miskin. Banyaknya potensi ZISWAF yang dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, ternyata belum sepenuhnya direalisasikan karena masih banyak masyarakat muslim yang menyalurkan dananya tidak melalui lembaga resmi sehingga pencatatannya tidak tepat. Masyarakat cenderung menyalurkan ZISWAF secara pribadi, sehingga ZISWAF yang diterima oleh mustahiq hanya digunakan untuk keperluan konsumsi sesaat. Hal ini tentu saja tidak dapat membantu masyarakat miskin secara efektif. Potensi ZISWAF untuk pemberdayaan ekonomi berupaya menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha terwujud, maka penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahiq untuk keperluan konsumtif. Tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh lembaga yang profesional serta amanah. Inilah pentingnya penyaluran ZISWAF sebagai dana produktif, yaitu dana yang diberikan kepada masyarakat

diperuntukkan tidak hanya untuk keperluan konsumsi, tetapi juga untuk kegiatankegiatan produktif yang harapannya dapat mendatangkan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat sehingga dibutuhkan lembaga pengelola Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf yang dapat menjadi intermediasi dalam penyaluran sebagian harta masyarakat kaya kepada masyarakat miskin. Lembaga pengelola zakat harus dapat memberikan bukti nyata pada masyarakat dalam penyaluran dana produktif yang tepat sasaran dan keberhasilannya memerangi kemiskinan. Perkembangan Lembaga Keuangan Islam khususnya perbankan mulai bermunculan dan berkembang sangat pesat. 10 Salah satunya adalah lembaga keuangan Islam non-bank seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT). BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang bergerak dibidang komersial dan sosial. Dalam kegiatan sosial BMT bergerak dalam mengelola dana ZISWAF. Lembaga amil tersebut bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan dana ZISWAF kepada yang berhak menerima. Dalam pengumpulannya, lembaga amil harus dapat menarik dan meyakinkan muzaki (orang yang berkewajiban membayar zakat) dan orang-orang yang ingin memberikan infaq, sedekah dan wakafnya untuk mengamanahkan kepada lembaga tersebut. Adiwarman Karim dan Azhar Syarif mengemukakan bahwa berapapun nilainya, jika semua dana bisa terkumpul dan dikelola oleh lembaga yang profesional dalam distribusi penyaluran yang produktif, maka bisa dibayangkan besarnya manfaat yang diperoleh masyarakat kurang mampu agar segera bangkit dari keterpurukannya. Menurut Muhammad, ZISWAF juga terbukti memiliki efek domino dalam kehidupan masyarakat, terutama 10 http://business-law.binus.ac.id/2016/03/31/potensi-perkembangan-keuangan-syariah-diindonesia/.

membebaskan kaum dhuafa dari garis kemiskinan, meningkatkan pendapatan, dan konsumsi masyarakat kecil. Dalam hal ini diharapkan fungsi ZISWAF tidak hanya bersifat sementara tetapi dapat diproduktifkan dan menghasilkan sesuatu. Diharapkan nantinya seorang yang pada mulanya berstatus sebagai mustahiq berubah menjadi muzzaki dengan bantuan dana ZISWAF tersebut. 11 Melihat betapa pentingnya pengelolaan ZISWAF yang baik dalam hal mensejahterakan masyarakat dan pemberantasan kemiskinan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar peran pendistribusian Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf di BMT BIF Yogyakarta dalam mensejahterakan masyarakat selama tiga tahun terakhir. Penelitian ini memilih Baitul Maal Wa Tamwil Bina Ihsanul Fikri (BMT BIF) Yogyakarta sebagai objek penelitian karena dianggap representative sebagai lembaga keuangan syariah yang sedang berkembang pesat baik dari segi jumlah anggota ataupun aset yang dimiliki. Terbukti dengan perkembangan tabungan di BMT BIF yang dalam satu tahun terakhir ini telah mencapai Rp. 44,78 milyar. 12 BMT BIF adalah salah satu BMT terbesar di Yogyakarta dan manager yang memegang baitul maal pada BMT BIF merupakan salah satu pengurus harian dari ABSINDO DIY (Asosiasi Baitul maal wa tamwil se Indonesia) wilayah DIY. 13 BIF bukan merupakan BMT yang pertama kali berdiri di Yogyakarta, namun BIF menunjukkan prestasi kerja yang sangat baik. Setiap tahun, pertumbuhan anggota atau nasabah, keuangan dan perkembangan lainnya selalu mengalami peningkatan. Hingga saat ini BIF 11 http://repo.unand.ac.id/1626/3/bab%25201.pdf. 12 Majalah Peluang, nomor 57edisi Desember 2014. 13 Wawancara Manager ZISWAF di BMT BIF.

memiliki 11 cabang yang berada di Yogyakarta, jumlah cabang yang dimiliki BIF termasuk dalam kategori yang banyak bila dibandingkan dengan BMT lainnya. 14 Yang dimaksud dengan pendistribusian disini adalah besar nominal yang disalurkan beserta alokasi dana tersebut. Peneliti akan melihat seberapa besar pengaruh atau dampak yang diperoleh para mustahiq dengan semakin tingginya dana yang diterima. Yang dimaksud dengan meningkatkan kesejahteraan disini adalah dengan terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran pendistribusian ZISWAF dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada BMT BIF Yogyakarta? 2. Bagaimana strategi dalam memaksimalkan pendistribusian ZISWAF dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada BMT BIF Yogyakarta? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui peran pendistribusian ZISWAF dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada BMT BIF Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui strategi dalam memaksimalkan pendistribusian ZISWAF dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada BMT BIF Yogyakarta. D. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan masalah, yaitu batasannya terletak pada: 1. Peneliti dalam meneliti peran pendistribusian dana ZISWAF hanya pada dua desa binaan. 14 http://bmt-bif.co.id/.

2. Peneliti hanya mengolah data berdasarkan data yang ada yang didapatkan dari dokumen BMT BIF. E. Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan hasil penelitian ini secara menyeluruh, maka diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangsih terhadap teori teori dan metode dalam kajian ilmu sosial ekonomi terkait ZISWAF. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang diteliti, selain itu sebagai wujud nyata penerapan teori-teori yang diterima dibangku kuliah, serta dapat membandingkan antara teori dan praktek yang akan terjadi di lapangan. b. Bagi Instansi Terkait Merupakan suatu informasi dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijakan yang berhubungan dengan peran distribusi ZISWAF yang dikelola oleh BMT BIF Yogyakarta terhadap pengetasan kemiskinan di Kota Yogyakarta. c. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan peran ZISWAF yang

dikelola BMT BIF terhadap pengentasan kemiskinan untuk masa yang akan datang.