I. PENDAHULUAN. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

Susi Susanti 1*, Tri Jalmo 1, Berti Yolida 1 Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan sehari-hari komunikasi dilakukan baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan terkontrol (khususnya datang dari sekolah), sehingga dia dapat. memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

I. PENDAHULUAN. sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pengajarannya, oleh karena itu setiap pengajar menginginkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

I. PENDAHULUAN. Saat ini usaha-usaha peningkatan mutu atau kualitas pendidikan terus

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

I. PENDAHULUAN. dan alam sekitar. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan inilah dapat dihasilkan generasi-generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan. yang memungkinkan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih

I. PENDAHULUAN. satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar mengajar, yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan (Slameto, 2003: 2). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan motivasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan (Slameto, 2003: 2).

2 Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi biologi di SMPN 5 Tulang Bawang Tengah, kabupaten Tulang Bawang Barat khususnya kelas VIII, menunjukkan bahwa pelajaran biologi dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami oleh siswa, dikarenakan siswa kurang mengetahui dan memahami manfaat ilmu biologi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat pembelajaran, guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Metode pembelajaran tersebut membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selama pembelajaran siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru. Hasil wawancara mengenai pencapaian hasil belajar IPA biologi siswa kelas VIII SMPN 5 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat masih rendah. Rata-rata nilai kognitif mata pelajaran IPA biologi semester genap TP 2013/2014 sebesar 60, nilai ini belum mencapai standar ketuntasan minimal di sekolah tersebut yaitu sebesar 65. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMPN 5 Tulang Bawang Tengah kabupaten Tulang Bawang Barat rendahnya nilai ratarata siswa tersebut adalah karena siswa kurang mampu memahami materi yang diajarkan oleh gurunya. Rendahnya nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan tersebut diduga karena beberapa masalah dalam pembelajaran diantaranya adalah guru belum pernah menggunakan model-model pembelajaran yang membuat aktivitas belajar siswa menjadi lebih aktif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu digunakan model pembelajaran yang dapat membuat aktivitas belajar siswa lebih aktif dan

3 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat membuat guru tidak lagi menjadi sumber informasi yang menyebabkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran menjadi pasif dan tidak menguasai materi dengan baik. Hal ini diduga memberi dampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa, karena proses pembelajaran dengan metode ceramah menyebabkan segala informasi yang diberikan oleh guru saat ceramah hanya siswa pintar saja yang dapat menerima, sehingga siswa yang kurang pintar tidak memiliki kemampuan untuk menggali dan mencari tahu sendiri suatu informasi, sehingga hasil belajar rendah. Melalui proses pembelajaran diharapkan dapat terjadi aktivitas siswa yaitu siswa mau dan mampu mengungkapkan pendapat sesuai dengan apa yang ia pahami. Selain itu diharapkan pula siswa mampu berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa sendiri maupun antara siswa dengan guru, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar. Siswa dapat mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran (Safitri, 2007:1). Dilihat dari masalah di atas maka guru perlu menerapkan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa didalamnya, sehingga siswa tidak hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tetapi juga ikut aktif mencari informasi sehingga siswa terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Berdasarkan paparan di atas

4 diperlukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Terdapat empat unsur pokok yang termasuk dalam belajar terstruktur, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian bekerjasama (Amri dan Ahmadi, 2010:90). Model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam penelitian ini ialah tipe NHT. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggungjawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual (Kusumujanto, 2009: 91). Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini siswa tidak dibedakan antara yang cerdas dan yang tidak, semua siswa dianggap sama, saling bekerja sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat sehingga setiap siswa merasa harus memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa juga akan lebih termotivasi untuk bertanya jika belum memahami materi. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2010 : 265), model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran biologi khususnya pada materi ciri-ciri

5 makhuluk hidup berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar peserta didik (75,32) dibandingkan dengan model pombelajaran kooperatif tipe bamboo dancing (68,38). Nihayah (2009 : 57) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X4 MAN 02 Pati pada materi pokok Virus. Qodari (2011 : 9) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT disertai PBMP memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa di SMAN 1 Sungai Kakap pada materi Sistem Pencernaan Makanan. Pada uraian di atas dipandang perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Efektivitas penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan di SMPN 5 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model NHT efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Tulang Bawang Tengah pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan? 2. Apakah penerapan model NHT efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Tulang Bawang Tengah pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan?

6 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran NHT pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap aktivitas belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Tulang Bawang Tengah pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan. 2. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Tulang Bawang Tengah pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan. 3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran NHT pada materi pokok pertumbuhan dan perkembanagan. D. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Memberikan wawasan dan pengalaman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Bagi Guru

7 Sebagai masukan bagi para guru untuk mendesain pembelajaran biologi yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar serta pemahaman konsep oleh siswa sehingga mampu menungkatkan hasil belajar siswa, sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan bagi siswa untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa serta memberikan suasana baru dalam belajar biologi. 3. Bagi Siswa Dapat memberikan pengalaman belajar berbeda dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas sehingga membantu siswa dalam memahami materi serta dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan dalam penyusunan kurikulum sekolah untuk menentukan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA khususnya biologi, serta dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. E. Ruang Lingkup Penelitian Agar tujuan penelitian ini tercapai sesuai dengan rumusan masalah maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

8 1. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama memecahkan masalah yang memiliki unsur-unsur : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi kelompok. 2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran kooperatif yang memiliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban. Setiap siswa dalam tiap kelompok memiliki nomor yang berbeda, kemampuan akademik yang heterogen dan tanggung jawab yang sama. 3. Aktivitas yang diamati yaitu kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat/ide. 4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dan aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa. 5. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan. F. Kerangka Pikir Pembelajaran yang berlangsung di SMPN 5 Tulang Bawang Tengah masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber belajar utama

9 pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Hal ini mengakibatkan siswa belum mampu mencapai hasil belajar yang baik. Di SMPN 5 Tulang Bawang Tengah nilai Biologi pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan aktivitas belajar yang berpusat pada siswanya. Pembelajaran dengan metode ceramah cenderung berjalan satu arah dari guru ke siswa, menyebabkan pembelajaran terkesan hanya mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa saja. Untuk itu diperlukan suatu strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa sehingga siswa lebih aktif. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggungjawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini siswa tidak dibedakan antara yang cerdas dan yang tidak, semua siswa dianggap sama, saling bekerja sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat sehingga setiap siswa merasa harus memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa juga akan lebih termotivasi untuk bertanya jika belum memahami materi. Dalam penelitian ini, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai

10 tingkat kemampuan yang beragam. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut. Dengan demikian penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar serta penguasaan materi oleh siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat dimana variabel bebasnya adalah model pembelajaran NHT sedangkan variabel terikatnya adalah Aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Y 1 X Y 2 Keterangan: X = Variabel bebas (penerapan model pembelajaran NHT). Y 1 = Variabel terikat (aktivitas belajar siswa). Y 2 = Variabel terikat (hasil belajar) Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

11 G. Hipotesis 1. Penggunaan model NHT efektif meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan di SMPN 5 Tulang Bawang Barat. 2. Ho = Penggunaan model Pembelajaran NHT tidak efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan. Hi = Penggunaan model Pembelajaran NHT efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan.