BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Al-Salibiy, Pengantar Studi al-qur an, Terj. Moch. Mukhdlori dkk, al-ma arif, Bandung, 1987, hlm. 18.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan salah satu sarana pokok dalam ikut serta. dalam pembangunan mental, karena agama memberikan pedoman dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AN-NISA AYAT 36

PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

PENGASUHAN ANAK YATIM QS. AL-BAQARAH AYAT 220 DALAM TAFSIR JAMI AL-BAYAN FI TAKWIL AL-QUR AN KARYA AL-THABARI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2010), hlm Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PEDOMAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

Istiqomah. Khutbah Pertama:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II PENGERTIAN ALQURAN

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

Allah berfirman. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada.

Bab 2 Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

Menggapai Kejayaan Islam

Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hal. 27

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Doakan Orang Lain, Malaikat Mendoakanmu

: :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

Mukadimah. Pengkajian

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Allah Telah Memudahkan Alquran Untuk Dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman yang ke empat. Oleh

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam

Bukti Cinta Kepada Nabi

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

As-hamad, Penguasa Yang Maha Sempurna dan Tempat Bergantung Segala Sesuatu

Tafsir Surat Al-Ashr: Meraih Sukses Dunia dan Akhirat

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berkembang, dimana saat ini Indonesia mengerahkan segala

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

BAB I PENDAHULUAN. orang yang berhasil di Masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Baqarah, Ayat 151, Al-Qur an Terjemah Kudus, Menara Kudus, 2006, Hal 23

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Mendidik Anak dengan Tauhid

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

Jangan Samakan Yang Baik dan Yang Buruk

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah firman Allah yang dibawa turun oleh al-ruh al Amin (Jibril) ke dalam hati sanubari Rasulullah Muhammad bin Abdullah sekaligus bersama lafal Arab dan maknanya, benar-benar sebagai bukti bahwa ia adalah utusan Allah SWT. dan menjadi pegangan bagi manusia agar mereka terbimbing dengan petunjuk-nya ke jalan yang benar, serta membacanya bernilai ibadah.1 Semua firman itu telah terhimpun di dalam mushaf yang diawali dengan surat al- Fatihah dan ditutup dengan surat al-nas, diriwayatkan secara mutawatir dari satu generasi ke generasi yang lain melalui tulisan dan lisan serta senantiasa terpelihara keorisinalannya dari segala bentuk perubahan dan penukaran atau penggantian2. Sebagai agama yang memberikan dan melengkapi ajaran-ajaran sebelumnya, Islam datang sebagai rahmatan lil alamin, rahmat untuk semesta alam serta mampu membimbing umat Islam di manapun dan kapanpun. Kenyataannya mendapatkan rahmat al-qur an bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan segala upaya intelektual dan metodologi penafsiran yang cocok. Dengan metodologi yang sesuai penafsiran, al-qur an baru dapat diajak berdialog dalam suasana bagaimanapun dan di manapun.3 Pada dasarnya metodologi penafsiran telah dibentuk oleh ulama-ulama salaf sebagai upaya mereka mendialogkan al-qur an dengan konteks mereka. Ketika metodologi itu dibawa ke konteks yang berbeda, maka tidak mampu mendialogkan al-qur an sebagaimana kebutuhan konteks yang baru. Jadi untuk menjadikan al-qur an terus berbicara maka membutuhkan metodologi 1 Muhammad Ali Al-Salibiy, Pengantar Studi al-qur an, Terj. Moch. Mukhdlori dkk, al-ma arif, Bandung, 1987, hlm. 18. 2 Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm.16. 3 Abdul Hayy al-farmawi, Metode Tafsir Maudhu i, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 6. 1

2 baru yang bisa mengakomodasi perkembangan zaman sehingga al-qur an menjadi elastis dan fleksibel. Siapapun orang yang mengaku Islam, pasti menempatkan al-qur an sebagai pedoman kehidupan. Oleh karena itu, dialog antar umat Islam dengan al-qur an adalah sebuah kemestian dan keniscayaan. Dialog dengan al-qur an akan menghasilkan kegiatan tafsir dan interpretasi terhadap al-qur an.4 Ilmu yang tersimpan dalam al-qur an bisa digali oleh setiap pengkaji al-qur an di setiap generasi, baik yang berhubungan dengan ilmu agama (al-ulum aldiniyah) maupun ilmu profan (al-ulum al-dunyawiyah).5 Di dalam al-qur an, Allah SWT. menerangkan kaidah-kaidah syari at serta hukum-hukum-nya yang tidak berubah-ubah karena perubahan masa dan tempat, yang melengkapi segenap manusia tidak tertentu dengan suatu golongan atau sesuatu bangsa saja. Di dalam al-qur an Tuhan menerangkan hukum-hukum yang kulli, akidah-akidah yang kuat dan di dalamnya pula terdapat hujjah yang kuat dan teguh untuk menyatakan kebenaran agama Islam. Oleh karena demikian sifatnya, dapatlah al-qur an berjalan sepanjang masa, dapatlah kaidah-kaidahnya dan hukum-hukum kullinya terus-menerus menjadi sumber hukum.6 Secara normatif dalam ayat-ayat al-qur an telah mengklaim dirinya sebagai kitab petunjuk. Oleh karena itu al-qur an juga bernama al-huda, tetapi secara historis justru sebenarnya manusialah yang membutuhkan al-qur an jika menginginkan kehidupannya berada pada jalan yang lurus. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kehidupan manusia dipenuhi dengan permasalahan. Dari masa ke-masa, permasalahan selalu menyesuaikan tempat dan waktunya, hubungannya dengan yang lain dan seterusnya.7 4 Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, Kreasi Wacana, Yogyakarta,2009, hlm. 23. Kurdi, Hermeneutik al-qur an & Hadis, Elsaq Press, Yogyakarta, 2010, hlm.15. 6 Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu al-qur an & Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2010, hlm. 114. 7 Ulya, Berbagai Pendekatan Studi Al-Qur an Penggunaan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora dan Kebahasaan dalam Penafsiran Al-Qur an, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm. 4. 5

3 Al-Qur an tidak hanya menerangkan tentang ibadah saja, tetapi juga menerangkan tentang hal sosial, salah satunya adalah pengasuhan pada anak yatim. Mengasuh anak yatim mendapat perhatian secara normatif dalam alqur an. Jika ditelaah bahwa ada 23 (dua puluh tiga) ayat di dalam al-qur an yang terdapat kata yatim.8 Ini berarti bahwa Islam mengharapkan umatnya untuk peduli dengan sebaik-baiknya kepada anak yatim, bahkan beberapa ayat menegaskan bahwa sikap umat Islam terhadap anak yatim adalah tolok ukur kesempurnaan iman dan Islam. Firman Allah SWT. dalam surat al-nisa ayat 36 : Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibn sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS. al-nisa :36)9 Dalam ayat tersebut Allah memasukkan perkara berbuat baik kepada anak yatim sebagai suatu pengabdian kepada-nya. Hal ini harus dilaksanakan sepenuhnya dan tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Ini berarti bahwa tidak sempurna iman dan pengabdian kepada Allah tanpa berbuat baik kepada anak yatim. 8 M. Khalilurrahman al-mahfani, Dahsyatnya Doa Anak Yatim, Wahyu Media, Jakarta, 2009, hlm. 2. 9 Al-Qur an, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir al-qur an, al-qur an dan Terjemah, Depag RI, Jakarta, 1997, hlm. 111.

4 Di masa modern ini, masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap nasib anak yatim. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya anak yatim yang diasuh dalam keluarga muslim dan banyak pula lembaga-lembaga penyantunan anak yatim atau panti asuhan. Salah satu ayat Al-Qur an yang dimaksud adalah surat al-baqarah ayat 220 : Artinya: Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-baqarah:220)10 Surat al-baqarah ayat 220 di atas, Allah menegaskan bahwa adalah kewajiban umat Islam untuk mengurus anak yatim dengan sebaik-baiknya dan memosisikan mereka ibarat saudara sendiri. Orang yang mengindahkan perintah Allah ini termasuk orang yang berbuat kerusakan dan akan mendatangkan kesulitan di dunia dan akhirat. Hal ini diperjelas dengan asbab al-nuzul dari ayat ini, yakni diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-nasa i, al-hakim, dan lain-lain yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan orang yang memelihara anak yatim, memisahkan makanan dan minumannya dari makanan dan minuman anak-anak yatim. Begitu juga sisanya dibiarkan membusuk kalau tidak dihabiskan oleh anak-anak yatim itu. Hal ini memberatkan mereka, lalu mereka menghadap Rasulullah SAW. untuk 10 Al-Qur an, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir al-qur an, al-qur an dan Terjemah, Depag RI, Jakarta, 1997, hlm. 15.

5 menceritakan hal itu. Sebab inilah turun ayat tersebut yang membenarkan menggunakan cara lain yang lebih baik.11 Setiap usaha yang dilakukan umat Islam yang bertujuan untuk memperbaiki anak yatim merupakan manifestasi sebagian ajaran Islam. Islam memperhatikan sekali masalah pemeliharaan dan pembinaan mereka. Perhatian tersebut tidak hanya dalam bidang jasmani dan materi saja, akan tetapi mencakup segala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, menggali dan mengembangkan masalah pembinaan anak yatim yang sesuai dengan ajaran Islam adalah hal yang sangat penting. Usaha di atas akan terwujud apabila didasari oleh adanya rasa tanggung jawab seluruh masyarakat. Anak yatim sebagai individu dan anggota masyarakat berhak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Disebabkan kematian orang tuanyalah sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mengasuhnya tingkat perkembangan dan pertumbuhannya terhalang. Mereka membutuhkan pengasuhan, perhatian, kasih sayang, pendidikan, dan sebagainya. Sebagaimana yang dibutuhkan oleh anak-anak lainnya. Hal tersebut perlu dicarikan jalan keluarnya, yaitu yang menggantikan tanggungjawab ayah atau orang tuanya tersebut. Dengan membiarkan nasib mereka terlunta-lunta akan mendatangkan berbagai macam problem masyarakat yang bersangkutan. Pembinaan dan pengasuhan anak yatim termasuk masalah sosial kemasyarakatan. Tanggung jawab tersebut pada akhirnya akan menciptakan suatu kehidupan yang ideal, di mana terjadi harmonisasi antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, kepentingan dunia dan kepentingan akhirat. Salah satu jalan atau upaya menciptakan harmonisasi tersebut adalah dengan cara menggali dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (baik yang tertuang dalam al-qur'an maupun hadits Nabi) tentang pengasuhan dan pemeliharaan anak yatim.12 11 Shaleh Dahlan, dkk, Asbabun Nuzul, Diponegoro, Bandung, 2000, hlm. 72. Ahmad Muflih Saefuddin, Pendidikan Islam dalam al-qur'an, Bulletin Cahaya Ilmu, Semarang, 2000, hlm. 5. 12

6 Pengasuhan dan pemeliharaan anak yatim mengandung pengertian bahwa hak-hak mereka sama dengan anak-anak yang lain dalam menerima pengasuhan serta pendidikan sampai mereka dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya dan mampu mempertanggungjawabkan seluruh tindakantindakan dan perbuatan-perbuatannya. Apabila mereka memperoleh pembinaan yang wajar seperti anak-anak yang lain, pada gilirannya mereka akan terlepas dari beban masyarakat, sebab biasanya anak-anak yang tidak mendapatkan pembinaan dan pengasuhan, apalagi kurang mendapatkan ajaran-ajaran agama cenderung melakukan hal-hal yang negatif. Anak yatim tercatat dalam beberapa ayat al-qur an, mereka disebut baik dengan sebutan yatim (tunggal) maupun yatama (jamak). Mereka mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Allah SWT. begitu pula nama mereka banyak tertera di dalam hadits. Hal ini berarti mereka tergolong yang mendapatkan kasih sayang Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, Allah dan Rasul- Nya memerintahkan kepada semua umat manusia agar mempedulikan semua nasib mereka, yang kebanyakan tergolong dhu afa dan terlantar. Mereka telah menderita pada usia dini dan masa kanak- kanak menjadi orang yang dhu afa dan terlantar, karena kehilangan orang tua. Mereka tidak lagi mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Mereka kehilangan tempat berlindung dan mengadu, tidak ada lagi yang memberikan mereka nafkah dan pakaian yang secara layak dan bahkan mereka kurangnya bimbingan dan pendidikan yang menyentuh hati dan jiwa. Oleh kerena itu, dengan keadaan yang seperti inilah Allah dan Rasul-Nya menempatkan anak-anak yatim tersebut pada sisi yang sangat mulia (dimuliakan), dan harus dimuliakan oleh setiap orang. Dengan keadaan yang seperti itu, maka sangatlah wajar jika anak yatim memerlukan kasih sayang dan perhatian dari orang lain yang peduli terhadap nasib mereka. Perhatian dan kasih sayang yang mereka perlukan tidak sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Mereka butuh ketenangan dan kedamaian dalam menjalani sebuah perjalanan kehidupan. Mereka sangat berharap dalam mengarungi kehidupannya dapat tumbuh dan berkembang

7 secara wajar dan baik, memperoleh bimbingan dan pendidikan yang cukup, serta dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan untuk meraih masa depan yang cemerlang.13 Selanjutnya di antara sekian banyak ulama yang mencoba memberikan pemikirannya tentang pengasuhan anak yatim adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Kholid al-thabari dan ada yang mengatakan Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-thabari.14 Ia lebih populer dengan sebutan Imam al-thabari yang dilahirkan pada tahun 224 Hijriyah di Amil yang merupakan ibu kota Tabarsitan.15 Karyanya yang paling monumental dalam bidang tafsir adalah tafsir Jami' al-bayan fi Takwil al-qur'an. Jumhur ulama menilai bahwa tafsir tersebut merupakan kitab tafsir yang paling terdahulu dibukukan dan merupakan salah satu kitab tafsir yang menjadi bahan rujukan para ulama tafsir sesudahnya di mana dalam penafsirannya menggunakan pendekatan tafsir bi al-ma'tsur.16 Berangkat dari pemikiran di atas peneliti akan melakukan kajian tentang Pengasuhan Anak Yatim Qs. al-baqarah Ayat 220 dalam Tafsir Jami al-bayan fi Takwil al-qur an Karya al-thabari B. Fokus Penelitian Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seorang terhadap adanya suatu masalah dan masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. 13 Khalid Muhammad Bahauddin, Mari Mencintai Anak Yatim, Gema Insani Press, Jakarta, 2003, hlm. 2. 14 Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-thabari, Jami' al-bayan Fi Ta'wil al-qur'an, Dar alfikr, Beirut, Libanon, t.th., hlm. 3. 15 Muhammad Husein al-dzahabi, Al-Tafsir Wa al-mufassirun, Dar al-fikr, Beirut, t.th., hlm. 205. 16 Manna' Khalil al-qathan, Mabahits Fi 'Ulum al-qur'an, Mansyurat al-'ashr al-hadits, Mesir, t. th., hlm. 362.

8 Pembahasan penelitian ini berkenaan dengan pengasuhan anak yatim Qs. al-baqarah Ayat 220 dalam tafsir Jami al-bayan fi Takwil al-qur an karya al-thabari yaitu berkaitan dengan: 1. Penafsiran surat al-baqarah ayat 220 tentang pengasuhan anak yatim menurut al-thabari dalam tafsir Jami al-bayan fi Takwil al-qur an. 2. Kontribusi QS. Al-Baqarah ayat 220 bagi managemen pengasuhan anak yatim. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penafsiran surat al-baqarah ayat 220 tentang pengasuhan anak yatim menurut al-thabari dalam tafsir Jami Al-Bayan fi Takwil alqur an? 2. Bagaimana kontribusi QS. Al-Baqarah ayat 220 bagi managemen pengasuhan anak yatim? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penafsiran surat al-baqarah ayat 220 tentang pengasuhan anak yatim menurut al-thabari dalam tafsir Jami al-bayan fi Takwil al-qur an. 2. Untuk mengetahui kontribusi QS. Al-Baqarah ayat 220 bagi managemen pengasuhan anak yatim. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk mengembangkan penelitian ilmu Islam bidang Tafsir, khususnya terkait dengan penafsiran ayat pengasuhan anak yatim menurut al-thabari dalam tafsir Jami al-bayan fi Takwil al-qur an.

9 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang mengurusi anak yatim, terutama pada lembaga-lembaga yang mengelola anak yatim piatu. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah memahami kandungan hasil penelitian skripsi ini, maka secara keseluruhan akan terlaporkan dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II : Landasan Teori A. Anak Yatim 1. Pengertian Anak Yatim 2. Mengasuh Anak Yatim dalam Ayat-ayat al-qur an 3. Kepedulian Manusia Mengasuh Anak Yatim a. Pengertian b. Bentuk-bentuk Kepedulian Mengasuh Anak Yatim 4. Pentingnya Mengasuh Anak Yatim secara Agama dan Sosial B. Konsep Penafsiran 1. Pengertian Tafsir, Takwil, Terjamah 2. Sejarah Penafsiran 3. Bentuk, Metode, dan Corak Penafsiran C. Penelitian Terdahulu

10 BAB III : Metode Penelitian A. Jenis, Pendekatan, dan Sifat Penelitian B. Sumber Data C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data BAB IV : Data dan Pembahasan A. Biografi al-thabari B. Tafsir Jami al-bayan fi Takwil al-qur an 1. Profil Tafsir 2. Setting Sosio-Kultural 3. Karakteristik Tafsir C. Penafsiran Qs. al-baqarah Ayat 220 Tentang Pengasuh Anak Yatim Menurut al-thabari dalam Tafsir Jami albayan fi Takwil al-qur an D. Kontribusi Qs. Al-Baqarah ayat 220 bagi managemen pengasuhan anak yatim BAB V : Penutup Dalam bab ini berisi: A. Simpulan B. Saran-Saran C. Kata Penutup