MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 50.725 (LIMA PULUH RIBU TUJUH RATUS DUA PULUH LIMA) HEKTAR, DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I RIAU KEPADA PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI MENTERI KEHUTANAN, Membaca : 1. Surat PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI Nomor 001/PSPI/J/II/90 Tanggal 16 Pebruari 1990 tentang permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di Propinsi Daerah Tingkat I Riau; 2. Surat Menteri Kehutanan Nomor 1100/Menhut-V/90 tanggal 20 Juni 1990 tentang studi lanjut pembangunan industri pulp dan hutan tanaman industri. 3. Surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 158/IV-RPH/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang persetujuan prinsip pencadangan areal Hutan Tanaman Industri seluas ± 52.500 (lima puluh dua ribu lima ratus) hektar kepada PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI di Propinsi Daerah Tingkat I Riau. 4. Surat Menteri Kehutanan Nomor 1002/Menhut-IV/96 tanggal 19 Juli 1996 tentang persetujuan prinsip tambahan pencadangan areal Hutan Tanaman Industri seluas ± 31.416 (tiga puluh satu ribu empat ratus enam belas) hektar di Propinsi Daerah Tingkat I Riau kepada PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI. 5. Akta Nomor 9 tanggal 6 Oktober 1988 tentang pendirian Perusahaan PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI yang dibuat dihadapan Syawal Sultan SH. Notaris di Pekanbaru, dan disahkan Menteri Kehakiman dengan Keputusan Nomor C2-1046.HT.01.01.TH.93 tanggal 17 Pebruari 1993. 6. Surat Direktur Jenderal Inventarisasi Tata Guna Hutan Nomor 1084/A/VII- 4/97 tanggal 22 Desember 1997, tentang Peta Areal Kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI seluas ± 50.725 (lima puluh ribu tujuh ratus dua puluh lima) hektar. Menimbang : a. bahwa hutan merupakan suatu sumber daya alam yang mempunyai potensi ekonomi, perlu dimanfaatkan secara optimal dan lestari bagi kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan Kelestarian lingkungan hidup; b. bahwa sesuai dengan Trilogi Pembangunan maka pembangunan kehutanan dan hasil-hasilnya harus dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat lahir dan batin secara adil dan merata; c. bahwa untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan yang tidak produktif, meningkatkan kwalitas lingkungan hidup serta menjamin tersedianya bahan baku industri hasil hutan secara lestari perlu dilaksanakan pengusahaan hutan tanaman berdasarkan azas kelestarian dengan menerapkan sistem silvikultur hutan tanaman secara intensif pada kawasan hutan tersebut; d. bahwa...
d. bahwa PT. PERAWANG SUKSES PERKASA MANDIRI telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, sehingga kepadanya dapat diberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) di Propinsi Daerah Tingkat I Riau atas kawasan tersebut. Mengingat : 1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 33; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 jo tentang Penanaman Modal Asing, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970; 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan; 5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970; 6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Perindustrian; 7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 8. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan; 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 1993; 16. Keputusan Preiden Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang Dana Reboisasi, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 24 Tahun 1993; 17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pengenaan, pemungutan dan Pembagian Iuran Hasil hutan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993; 18. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/1991 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, sebagaimanan telah diubah dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 345/Kpts-II/1996 19. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 358/Kpts-II/1993 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri sebagaimana telah diubah dan diperbaiki dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 536/Kpts-II/1995; 20. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70/Kpts-II/1995 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri sebagaimana telah diubah dan diperbaiki dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 246/Kpts- II/1996 21. Keputusan...
21. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 519/Kpts-II/1998 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Pembangunan Kehutanan 22. Keputusan Meteri Kehutanan Nomor /Kpts-II/1998 tentang perubahan fungsi sebagian kawasan hutan seluas ± 50.725 (lima puluh ribu tujuh ratus dua puluh lima) hektar, terdiri dari Hutan Produksi Terbatas seluas ± 45.265 (empat puluh lima ribu dua ratus enam puluh lima) hektar dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas ± 5.460 (lima ribu empat ratus enam puluh) hektar, yang terletak pada kelompok hutan S. Lipai - S. Setingkai S. Tapung Kiri, Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar, Propinsi Daerah Tingkat I Riau, menjadi kawasan Hutan Produksi Tetap. Memperhatikan : Rekomendasi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor 525/EK/2849 tanggal 20 September 1993 dan Nomor 525/EK/3389 tanggal 14 Oktober 1996 M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERTAMA : Memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) atas Kawasan Hutan Produksi Tetap yang terletak di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar, Propinsi Daerah Tingkat I Riau kepada PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) tersebut adalah seluas ± 50.725 (lima puluh ribu tujuh ratus dua puluh lima) hektar sebagaimana peta terlampir. 2. Luas dan letak definitif areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) ditetapkan oleh Departemen Kehutanan setelah dilaksanakan pengukuran dan penataan batas di lapangan. KEDUA : PT. PERAWANG SUKSES PEKASA INDUSTRI sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) harus memenuhi kewajiban sebagai berikut: 1. Membayar Iuran dan Kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2. Melaksanakan penataan batas areal kerjanya selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak ditetapkan Keputusan ini; 3. Membuat Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKP-HTI) selambat-lambatnya 18 (delapan belas) bulan sejak dikeluarkannya Keputusan ini; 4. Membuat Rencana Karya Tahunan HTI (RKT-HTI) sesuai dengan pedoman yang ditetapkan; 5. Membangun sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan hutan tanaman industri; 6. Memulai kegiatannya secara nyata dan bersungguh-sungguh selambatlambatnya 6 (enam) bulan setelah dikeluarkannya Keputusan ini; 7. Melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan tanaman industri dengan kemampuan sendiri/patungan, meliputi kegiatan-kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran sesuai Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan azas manfaat azas kelestarian dan azas perusahaan; 8. Selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya keputusan ini, pemegang HPHTI harus sudah membuat tanaman minimal sepersepuluh dari luas areal kerja yang diberikan; 9. Selambat-lambatnya...
9. Selambat-lambatnya dalam waktu 25 (dua puluh lima) tahun sejak diterbitkannya keputusan ini, seluruh areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang telah diberikan harus sudah ditanami; 10. Mengusahakan areal HPHTI sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dan Rencana Karya Tahunan Hutan Tanaman Industri yang disahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 11. Melaksanakan penanaman kembali setelah melakukan penebangan sesuai ketentuan yang berlaku; 12. Mempekerjakan tenaga teknis kehutanan sesuai ketentuan yang berlaku; 13. Membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada di dalam atau di sekitar areal kerjanya; 14. Wajib memberikan izin kepada masyarakat hukum adat/masyarakat tradisional dan anggota-anggotanya untuk berada di dalam areal kerjanya untuk memungut, mengambil, mengumpulkan dan mengangkut hasil hutan ikutan seperti rotan, sagu, damar, buah-buahan, getah-getahan, rumputrumputan, bambu, kulit kayu dan lain sebagainya sepanjang hasil hutan ikutan tersebut untuk memenuhi atau menunjang kehidupan sehari-hari; 15. Mendukung pengembangan wilayah, pembangunan daerah dan mengembangkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tradisional disekitar areal kerjanya. 16. Mematuhi dan memberikan bantuan kepada para petugas yang oleh Menteri Kehutanan diberi wewenang untuk mengadakan bimbingan, pengawasan, dan penelitian; KETIGA : PT. PERAWANG SUKSES PERKASA MANDIRI sebagai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) tersebut diatas terikat oleh ketentuanketentuan sebagai berikut : 1. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) tidak dapat dipindahtangankan dalam bentuk apapun kepada pihak lain tanpa persetujuan Menteri Kehutanan. 2. Memenuhi ketentuan yang tercantum dalam lampiran Keputusan ini dan peraturan perundangan yang berlaku bagi pengusahaan hutan. KEEMPAT : 1. Apabila di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) terdapat lahan yang telah menjadi tanah milik, perkampungan, tegalan, persawahan atau telah diduduki dan digarap oleh pihak ketiga, maka lahan tersebut dikeluarkan dari areal kerja Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI). 2. Apabila lahan tersebut ayat 1 (satu) dikehendaki untuk dijadikan areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), maka penyelesaiannya dilakukan oleh PT. PERAWANG SUKSES PERKASA INDUSTRI dengan pihakpihak yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan yang berlaku. KELIMA : 1. Setiap 5 (lima) tahun Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) dengan penilaian oleh Departemen Kehutanan untuk mengetahui kemampuan pengelolaannya. 2. Pemegang Hak pengusahaan Hutan Tanaman Industri dalam keputusan ini akan dikenakan sanksi apabila melanggar ketentuan yang tersebut dalam keputusan ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KEENAM : Keputusan ini beserta Lampiran-lampirannya berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan untuk jangka waktu 45 (empat puluh lima) tahun, yaitu 35 (tiga puluh lima) tahun ditambah 1 (satu) daur tanaman pokok yang diusahakan 10 (sepuluh) tahun, kecuali apabila sebelumnya diserahkan kembali oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang bersangkutan atau dicabut oleh Menteri Kehutanan.
Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 27 Pebruari 1998 Salinan Sesuai Aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi, ttd. MENTERI KEHUTANAN, ttd. YB. WIDODO SUTOYO, SH.MM.MBA NIP. 080023934 DJAMALUDIN SURYOHADIKUSUMO Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. : 1. Sdr. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan; 2. Sdr. Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi; 3. Sdr. Menteri Dalam Negeri; 4. Sdr. Menteri Keuangan; 5. Sdr. Menteri Tenaga Kerja; 6. Sdr. Menteri Pertambangan dan Energi; 7. Sdr. Menteri Perindustrian dan Perdagangan; 8. Sdr. Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/ Kepala BKPM ; 9. Sdr. Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional; 10. Sdr. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan; 11. Sdr. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan; 12. Sdr. Para Direktur Jenderal dalam Lingkup Departemen Kehutanan; 13. Sdr. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan; 14. Sdr. Gubernur KDH Tingkat I Riau; 15. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Riau; 16. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I Riau. Lampiran...