PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

ERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERGUDANGAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 31 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN KOTA BATAM

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 18 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBAHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH BESAR

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 127 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 23 TAHUN 2000 T E N TA NG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI USAHA DI BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha perdagangan, perlu diatur ketentuan mengenai Surat Izin Usaha Perdagangan di Kabupaten Bantul; b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul tentang Surat Izin Perdagangan di Kabupaten Bantul; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Bantul Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950); 2. Undang-Undang Drt Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penyidikan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Tahun 801), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 1964 (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2692); 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3217), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3679); 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3214);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587); 7. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611); 8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3720); 10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbanagn Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 12. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3581); 13. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Paten (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4130); 14. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Merk (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4131); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 (Berita Negara tanggal 14 Agustus 1950); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul Nomor 5 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul (Lembaran Daerah Tahun 1987 Seri D Nomor 7);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 27 Tahun 2000 tentang Penetapan Kewenangan Wajib Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Tahun 2000 Seri D Nomor 14); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 49 Tahun 2000 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Tahun 2000 Seri D Nomor 36); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Tahun 2001 Seri D Nomor 42); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bantul; 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul sebagai Badan Legislatif Daerah; 3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Bantul; 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah otonom lainbya sebagai Badan Eksekutif Daerah; 5. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul; 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul; 7. Perdagangan adalah kegiatan usaha jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi; 8. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Daerah untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba; 9. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut SIUP adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. 10. Surat Permintaan SIUP yang selanjutnya disebut SP-SIUP adalah formulir izin yang diisi oleh perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP Kecil/Menengah/Besar;

11. Perubahan Perusahaan adalah perubahan perusahaan yang meliputi perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik/penanggung jawab, alamat pemilik/penanggung jawab, NPWP, modal dan kekayaan bersih (netto), bidang usaha, jenis barang/jasa dagang utama; 12. Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat berkedudukan di tempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya; 13. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili kantor pusat perusahaan untuk melakukan suatu kegiatan dan atau pengurusannya ditentukan sesuai dengan wewenang yang ditentukan; 14. Retribusi Pelayanan SIUP yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah atas pelayanan pemberian SIUP; 15. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; 17. Unit Pelayanan Terpadu Satu atap yang selanjutnya disebut UPTSA adalah Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Kabupaten Bantul yang merupakan unit kerja non struktural yang menyelenggarakan pelayanan umum kepada masyarakat. BAB II SIUP Bagian Kesatu Kewajiban Memiliki SIUP Pasal 2 (1) Setiap perusahaan yang melakukan usaha perdagangan di Daerah wajib memiliki SIUP. (2) SIUP sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas : a. SIUP Kecil; b. SIUP Menengah; c. SIUP Besar. (3) SIUP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui. Pasal 3 (1) SIUP Kecil sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) huruf a diberikan kepada perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dan kekayaan bersih (netto) perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan sebagai tempat usaha.

(2) SIUP Menengah sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) huruf b diberikan kepada perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dan kekayaan bersih (netto) perusahaan seluruhnya di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan sebagai tempat usaha. (3) SIUP Besar sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) huruf c diberikan kepada perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dan kekayaan bersih (netto) perusahaan seluruhnya di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan sebagai tempat usaha. (4) Perusahaan yang melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) yang dibuktikan dengan akta perubahan dan atau neraca perusahaan wajib menyesuaikan SIUP sebagaimana dimaksud ayat (1), atau ayat (2), atau ayat (3). Pasal 4 Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memiliki SIUP adalah : a. Cabang/Perwakilan Perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usah aperdagangan mempergunakan SIUP Perusahaan Pusat; b. Perusahaan kecil perseorangan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan; dan 2. diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarganya. c. Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima. Pasal 5 (1) Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP selambatlamabtnya dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya SIUP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan. (2) Ketentuan mengenai Wajib Daftar Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri. Pasal 6 (1) Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP Pemilik atau Direktur Utanma atau Penanggung jawab Perusahaan mengajukan kepada Kepala Dinas dengan mengisi formulir yang telah disediakan. (2) Permintaan SIUP sabagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut : a. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, terdiri atas : 1. foto kopi Akta Notaris pendirian perusahaan; 2. foto kopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman; 3. foto kopi Kartu Penduduk (KTP) Pemilik atau Direktur Utama atau Penanggung jawab perusahaan;

4. foto kopi NPWP; 5. foto kopi Izin Gangguan; 6. neraca perusahaan. b. Perusahaan yang berbentuk Koperasi terdiri atas : 1. foto kopi Akta Notaris pendirian Koperasi; 2. foto kopi Kartu Penduduk (KTP) Pimpinan atau Penanggung jawab Koperasi; 3. foto kopi NPWP; 4. foto kopi Izin Gangguan; 5. neraca perusahaan. c. Perusahaan yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi, terdiri atas : 1. perusahaan persekutuan a) foto kopi Akta Notaris pendirian perusahaan atau akta notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri; b) foto kopi Kartu Penduduk (KTP) Pimpinan atau Penanggung jawab Perusahaan; c) foto kopi NPWP; d) foto kopi Izin Gangguan; e) neraca perusahaan. 2. perusahaan perorangan a) foto kopi Kartu Penduduk (KTP) Pimpinan atau Penanggung jawab Perusahaan; b) foto kopi NPWP; c) foto kopi Izin Gangguan; d) neraca perusahaan. (3) Apabila perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a sedang dalam proses pengesahan badan hukum oleh pejabat yang berwenang, maka permohonan SIUP cukup melampirkan foto kopi akta pendirian perseroan dan foto kopi bukti penyetoran biaya administrasi pembayaran proses pengesahan badan hukum dari pejabat yang berwenang. (4) Apabila permohonan badan hukum sebagaimana dimaksud ayat (3) ditolak, maka permohonan SIUP dinyatakan gugur dan dianggap tidak ada. Pasal 7 Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud Pasal 4 dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bagi perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf a dan b, dengan melampirkan : 1. foto kopi Kartu Penduduk (KTP) pemilik atau Direktur atau penanggung jawab perusahaan; 2. surat keterangan domisili perusahaan dari Lurah setempat. b. Bagi kegiatan usaha sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf c, dengan melampirkan :

1. foto kopi KTP; 2. surat keterangan dari Lurah setempat. Pasal 8 (1) Selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari sejak diterimanya permohonan SIUP secara lengkap dan benar, Kepala Dinas wajib menerbitak SIUP yang bersangkutan. (2) Apabila setelah dilakukan penelitian terhadap permohonan SIUP sebagimana dimaksud ayat (1) ternyata terdapat pengisian atau persyaratan yang belum memenuhi persyaratan, maka Kepala Dinas wajib melakukan penundaan penerbitan SIUP dan memberitahukan secara tertulis kepada pemohon SIUP disertai keterangan seperlunya dan pemohon SIUP wajib melengkapinya selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya surat pemberitahuan dimaksud. (3) Apabila setelah lewat waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pemohon SIUP tidak melengkapi kekurangan yang tercantum dalam surat pemberitahuan, maka permohonan SIUP dinyatakan ditolak dan pemohon dapat mengajukan permohonan baru. (4) Apabila SIUP sebagaimana dimaksud ayat (1) belum diambil oleh pemohon, maka Kepala Dinas dapat memberitahukan kepada yang bersangkutan. Bagian Ketiga Hak dan Kewajiban Pasal 9 Pemegang SIUP mempunyai hak sebagai berikut : a. Melakukan kegiatan sesuai SIUP yang dimiliki; b. Mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah untuk kelangsungan kegiatannya; c. Mendapatkan jaminan penyelenggaraan dalam rangka melakukan kegiatan sesuai SIUP yang dimiliki. Pasal 10 Pemegang SIUP mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Menaati segala ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan dan peraturan teknis yang berlaku; b. Menciptakan rasa nyaman dan membina hubungan harmonis dengan lingkungan tempat melakukan kegiatannya. Pasal 11 Pemerintah Daerah berkewajiban : a. Memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kepada pemegang SIUP; b. Menjamin pemegang SIUP dalam menyelenggarakan kegiatan sesuai SIUP yang diberikan. BAB III

PEJABAT YANG BERWENANG MENERBITKAN SIUP DAN MEMBERIKAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12 (1) Pabat yang berwenang menerbitkan SIUP dan memberikan sanksi administrasi adalah Kepala Dinas (2) Apabila pejabat sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak ada di tempat atau berhalangan sekurang-kurangnya 5 (lima) hari kerja berturut-turut, maka Bupati menunjuk pejabat lain. BAB IV PEMBUKAAN CABANG/PERWAKILAN PERUSAHAAN, PERUBAHAN PERUSAHAAN DAN PENGGANTIAN SIUP Bagian Kesatu Pembukaan Cabang/Perwakilan Perusahaan Pasal 13 (1) Perusahaan pemegang SIUP yang akan membuka Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan di Daerah wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas, dengan melampirkan : a. Foto kopi SIUP perusahaan pusat; b. Foto kopi akta notaris atau bukti lainnya tentang pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan; c. Foto kopi KTP penanggung jawab Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan di tempat kedudukan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan; d. Foto kopi tanda daftar perusahaan kantor pusat; e. Foto kopi izin gangguan bagi Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan. (2) Kepala Dinas setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) mencatat dan mendaftar pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan dimaksud dan membubuhkan tanda tangan dan cap stempel Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sebagai bukti bahwa SIUP tersebut juga berlaku juga bagi Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan yang ada di Daerah. Bagian Kedua Perubahan Perusahaan Pasal 14 (1) Perusahaan yang telah memiliki SIUP apabila melakukan perubahan wajib mengajukan perubahan SIUP kepada Kepala Dinas. (3) Tidak die=wajibkan mengajukan perubahan SIUP sebagaimana dimaksud ayat (1), apabila melakukan perubahan sepanjang yang menyangkut modal dan kekayaan bersih (netto), dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pemegang SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) di bawah Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, yang mengadakan perubahan modal

dan kekayaan bersih (netto) tidak melebihi Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Pemegang SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) tidak melebihi Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. c. Pemegang SIUP menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) tidak melebihi Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (2) Proses pengajuan permohonan perubahan SIUP sama dengan proses permohonan penerbitan SIUP baru. (3) Jangka waktu berlakunya SIUP perubahan selama 5 (lima) tahun. Bagian Ketiga Penggantian SIUP Pasal 15 (1) Apabila SIUP yang dimiliki perusahaan hilang, rusak atau tidak dapat dibaca lagi, dapat dimohonkan penggantian SIUP dengan mengajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas untuk memperoleh SIUP baru. (2) Permohonann penggantian SIUP sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan dilampiri : a. Surat keterangan hilang dari pejabat yang berwenang bagi yang SIUPnya hilang; b. SIUP asli bagi SIUPnya rusak atau tidak dapat dibaca lagi. (3) Proses penggantian SIUP sama dengan proses permohonan penerbitan SIUP baru. (4) Jangka waktu berlakunya SIUP pengganti selama 5 (lima) tahun. BAB V PELAPORAN Pasal 16 (1) Perusahaan pemegang SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) di bawah Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dibebaskan dari kewajiban menyampaiakan laporan kegiatan usahanya kepada Kepala Dinas. (2) Perusahaan pemegang SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas mengenai kegiatan usahanya setiap tahun sekali selambat-lambatnya tanggal 31 Januari pada tahun berikutnya. (3) Perusahaan Pemegang SIUP Menengah dan SIUP besar wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Semester pertama selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Juli tahun berjalan; b. Semester kedua selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Januari tahun berikutnya. (4) Perusahaan yang telah memiliki SIUP wajib memberikan data/informasi mengenai kegiatan usahanya apabila diminta sewaktu-waktu oleh Kepala Dinas. Pasal 17 (1) Perusahaan yang sudah tidak lagi melakukan kegiatan usaha perdagangan selama 6 (enam) bulan berturut-turut atau menutup perusahaannya wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas dan mengembalikan SIUP asli. (2) Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepala Dinas menetapkan keputusan penutupan perusahaan yang bersangkutan. BAB VI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18 (1) Kepala Dinas dapat memberikan peringatan tertulis kepada perusahaan apabila : a. Tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (4), Pasal 10, Pasal 12 ayat (1), Pasal 14 ayat (1), Pasal 16 ayat (2), ayat (3) dan atau ayat (4), dan atau Pasal 17 ayat (1); b. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha, dan jenis barang/jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah dimiliki; c. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang atau pemilik dan atau pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) bahwa perusahaan yang bersangkutan melakukan pelanggaran HKI; d. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang bahwa perusahaan tidak memenuhi kewajiban perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing 30 (tiga puluh) hari kalender. Pasal 19 (1) Kepala Dinas dapat membekukan SIUP Perusahaan apabila : a. Tidak mengindahkan peringatan tertulis sebagimana dimaksud Pasal 18 ayat (2); b. Melakukan kegiatan usaha yang patut diduga merugikan konsumen dan tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis

barang/jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang dimiliki. c. Sedang diperiksa di pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran HKI, dan atau melakukan tindak pidana lain. (2) Selama SIUP perusahaan dibekukan, perusahaan yang bersangkutan dilarang melakukan kegiatan usaha perdagangan. (3) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan b selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan SIUP. (4) Jangka waktu Pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c berlaku sampai dengan adanya Putusan Pengadilan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. (5) SIUP yang telah dibekukan sebagaimana dimaksud ayat (3) dan ayat (4) dapat diberlakukan kembali apabila : a. Perusahaan telah mangindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan dalam Peraturan Daerah ini; b. Perusahaan ternyata tidak terbukti melakukan pelanggaran HKI dan atau tidak melakukan tindak pidana berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 20 Kepala Dinas dapat mencabut SIUP perusahaan apabila : a. SIUP yang diperoleh didasarkan pada keterangan/data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 3, Pasal 6 ayat (2), atau Pasal 16 ayat (2); b. Perusahaan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (3) dan ayat (4); c. Perusahaan terbukti melakukan pelanggaran HKI dan atau tindak pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; d. Perusahaan melanggara ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memuat sanksi pencabutan SIUP. Pasal 21 (1) Peusahaan yang telah dicabut SIUPnya dapat mengajukan keberatan kepada Bupati selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencabutan SIUP. (2) Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya permohonan keberatan sebagimana dimaksud ayat (1) Bupati harus menetapkan menerima atau menolak permohonan keberatan secara tertulis dengan disertai alasan secukupnya. (3) Apabila permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) diterima oleh Bupati, maka Kepala Dinas wajib menerbitkan kembali SIUP yang telah dicabut. BAB VII

RETRIBUSI Bagian Kesatu Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 22 Setiap pelayanan SIUP dikenakan retribusi. Pasal 23 Nama retribusi adalah Retribusi Pelayanan SIUP. Pasal 24 (1) Objek retribusi adalah pelayanan penerbitan SIUP dan pengesahan SIUP. (2) Objek retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi : a. Pelayanan penerbitan SIUP kecil, terdiri atas : 1. SIUP Kecil kelompok 1, bagi perusahaan yang modal dan kekayaan bersih (netto) di bawah Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2. SIUP Kecil kelompok 2, bagi perusahaan yang modal dan kekayaan bersih (netto) di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; b. Pelayanan penerbitan SIUP Menengah; c. Pelayanan penerbitan SIUP Besar d. Pelayanan pengesahan SIUP. Pasal 25 Subjek dan wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan penerbitan SIUP atau pengesahan SIUP. Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 26 Retribusi Pelayanan SIUP digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 27 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis SIUP yang diterbitkan atau yang disahkan. Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

Dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 28 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian biaya pelayanan SIUP serta biaya pengawasan dan pengendalian. (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas : a. Biaya operasional penerbitan SIUP, terdiri atas : 1. biaya peninjauan lapangan; 2. biaya penyediaan bahan; b. Biaya pengawasan dan pengendalian. Bagian Kelima Besarnya Retribusi Pasal 29 (1) Besarnya retribusi untuk penerbitan SIUP ditetapkan sebagai berikut : a. Penerbitan SIUP kecildibedakan menjadi : 1. SIUP Kecil kelompok 1, sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah); 2. SIUP Kecil kelompok 2, sebear Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) b. Pelayanan penerbitan SIUP Menengah sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah); c. Penerbitan SIUP Besar sebesar Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah. (2) Retribusi penerbitan perubahan atau pennnganti SIUP sama dengan retribusi penerbitab SIUP; (3) Retribusi pengesahan SIUP sama dengan besarnya retribusi penerbitan SIUP sesuai dengan jenis SIUP yang disahkan. Bagian Keenam Cara Penghitungan Besarnya retribusi yang terutang Pasal 30 Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan jenis SIUP yang diberikan. Bagian Ketujuh Wilayah Pemungutan Pasal 31 Retribusi yang terutang dipungut di tempat pelayanan permohonan SIUP. Bagian Kedelapan Saat Reribusi terutang Pasal 32

Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan Bagian Kesembilan Tata Cara Pemungutan Pasal 33 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Kesepuluh Tata Cara Pembayaran Pasal 34 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus di muka. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur oleh Bupati. Bagian Kesebelas Penyetoran Retribusi Pasal 35 (1) Seluruh penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 29 disetor ke Kas Daerah berdasarkan eraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Untuk operasional pelayananan penerbitan SIUP dialokasikan anggaran operasional dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bagian Keduabelas Pengurangan, Keringanan atau Pembebasan Retribusi Pasal 36 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi. (2) Pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Tata cara permohonan pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi diatur oleh Bupati. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 37 (1) Barang siapa melanggar kegiatan usaha perdagangan dengan tidak memiliki SIUP, maka yang bersangkutan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1), dan atau Pasal 19 ayat (2) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Tindakan pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 38 (1) Selain oleh Penyidik Polisi Republik Indonesia (POLRI), penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 37 dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. (2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemerikasaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Polisi Republik Indonesia, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Polisi Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB X PELAKSANAAN Pasal 39 (1) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. (2) Dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah ini Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dapat bekerja sama dengan instansi dan atau lembaga terkait. Pasal 40 Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang memerlukan SIUP, pelayanannya dapat dilakukan melalui UPTSA, yang pelaksanaannya ditetapkan oleh Bupati.

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 41 (1) SIUP yang telah dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai dengan selambatlambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini. (2) Permohonan SIUP yang sampai dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini belum diterbitkan SIUP, diberlakukan ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Ketentuan yang mengatur tentang SIUP yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah sebelum berlaku Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 43 (1) Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Peraturan Daerah ini diatur oleh Bupati. (2) Bentuk-bentuk formulir yang diperlukan serta sistem dan prosedur dalam pelayanan SIUP ditetapkan oleh Kepala Dinas. Pasal 44 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bantul. Ditetapkan di Bantul September 2002 Pada tanggal 3 BUPATI BANTUL, M. IDHAM SAMAWI Telah mendapatkan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL Dengan Keputusan Nomor : 15/KEP/DPRD/2002 Tanggal : 3 September 2002 Diundangkan di Bantul Pada tanggal 3 September 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANTUL, Drs. ASHADI, M.Si (Pembina Utama Muda IV/C) NIP. 490018672 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL SERI B NOMOR 08 TAHUN 2 002 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL I. PENJELASAN UMUM Dalam rangka melaksanakan kewenangan bidang perdagangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 27 Tahun 2000 tentang Penetapan Kewenangan Wajib Kabupaten Bantul, Pemerintah Daerah berwenang menerbitkan SIUP. Oleh karena itu dalam rangka memberikan kepastian hukum dalam pelayanan penerbitan SIUP, maka perlu diatur dalam Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah ini mengatur mekanisme yang jelas dalam pelayanan penerbitan SIUP, kewenangan yang jelas bagi pejabat Pemerintah daerah yang beerwenang dalam penerbitan dan penerapan sanksi administrasi, sehingga tercipta pelayanan yang prima sesuai citacita otonomi daerah. Di samping itu, dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini Pemerintah Daerah dapat secara aktif melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta turut serta memberikan ruang bagi perkembangan kegiatan usaha perdagangan di Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Nomor 1 sampai dengan 13 Nomor 14 Yang dimaksud pengesahan SIUP adalah pengesahan SIUP perusahaan pusat yang membuka cabang/perwakilan perusahaan di Kabupaten bantul. Nomor 15 sampai dengan 17 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Huruf a Pasal 13 Pasal 14 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) SIUP perubahan sama dengan SIUP baru sehingga masa berlakunya dihitung 5 (lima) tahun sejak tanggal dikeluarkan. Pasal 15 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3)

Ayat (4) SIUP pengganti karena hilang atau rusak sama dengan SIUP baru sehingga masa berlakunya dihitung 5 (lima) tahun sejak tanggal dikeluarkan. Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1) Huruf a dan b Huruf c Pelanggaran terhadap HKI meliputi pelanggaran hak cipta, paten dan merek. Huruf d Ayat (2) Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pelayanan SIUP meliputi penerbitan SIUP baru, SIUP perubahan karena perubahan perusahaan, SIUP pengganti karena hilang atau rusak serta pengesahan SIUP perusahaan pusat yang membuka cabang/perwakilan di Daerah. Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Yang dimaksud retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum. Pasal 27 Pasal 28

Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Yang dimaksud dokumen lain yang dipersamakan adalah semua jenis surat yang berisi penetapan besarnya retribusi yang oleh pejabat yang berwenang dipersamakan dengan SKRD. Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44