STUDI BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN STROBERI (Fragaria xananassa Dutch.) DI PT. KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

Cara Menanam Cabe di Polybag

Teknologi Produksi Ubi Jalar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Transkripsi:

STUDI BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN STROBERI (Fragaria xananassa Dutch.) DI PT. KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU JAWA TIMUR MAGANG KERJA Oleh: YULINDA NURILIA 125040201111041 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MINAT STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 i

STUDI BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN STROBERI (Fragaria xananassa Dutch.) DI PT. KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU JAWA TIMUR MAGANG KERJA Oleh: YULINDA NURILIA 125040201111041 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MINAT STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG KERJA STUDI BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN STROBERI (Fragaria xananassa Dutch.) DI PT. KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU JAWA TIMUR Disetujui Oleh: Pembimbing Lapang, Dosen Pembimbing Magang, Ir. Rudy Setiawan Restu Rizkyta Kusuma, SP., M.Sc. NIK. 201409 880504 0432 0 021 Mengetahui Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan i

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyusun proposal magang kerja Studi Budidaya dan Pengelolaan Penyakit Tanaman Stroberi (Fragaria xananassa Dutch.) di PT. Kusuma Agrowisata, Kota Batu-Jawa Timur. Penulis sampaikan terima kasih kepada Ibu Restu Rizkyta Kusuma, SP., M.Sc., selaku dosen pembimbing magang kerja atas segala nasihat, arahan dan bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Mintarto Martosudiro, MS. selaku Koordinator Magang Kerja Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan tahun 2015. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak PT. Kusuma Agrowisata yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang kerja, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Malang, 26 Juni 2015 Penulis i

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Magang Kerja... 3 1.2.1 Tujuan Umum Magang Kerja... 3 1.2.2 Tujuan Khusus Magang Kerja... 3 1.3 Sasaran Kompetensi... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1 Karakteristik Tanaman Stroberi... 5 2.2 Ekologi Tanaman Stroberi... 5 2.3 Teknik Budidaya Tanaman Stroberi Organik... 5 2.3.1 Pembibitan... 5 2.3.2 Persiapan Media Tanam... 6 2.3.3 Teknik Penanaman... 7 2.3.4 Pemeliharaan Tanaman... 7 2.4 Penyakit Pada Tanaman Stroberi... 8 2.5 Perhitungan Intensitas Penyakit (Disease Intensity)... 11 2.6 Profil Perusahaan... 13 2.6.1 Struktur Organisasi Budidaya Tanaman Semusim (BTS)... 14 III. BAHAN DAN METODE... 15 3.1 Tempat dan Waktu... 15 3.2 Metode Pelaksanaan... 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 19 4.1 Budidaya Stroberi di PT. Kusuma Agrowisata... 19 4.2 Penyakit pada Tanaman dan Buah Stroberi... 24 4.4 Pengendalian... 31 V. PENUTUP... 34 5.1 Kesimpulan... 34 5.2 Saran... 34 DAFTAR PUSTAKA... 36 LAMPIRAN... 38 ii

iii DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1 Contoh cara menghitung tingkat kerusakan penyakit non sistemik sistem skoring pada penyakit hawar batang bergetah oleh Didymella bryoniae pada semangka. 12 2 Lokasi survey penyakit. 16 3 Persentase survey perhitungan intensitas penyakit (IP) pada stroberi varietas Sweet Charlie umur 8 dan 1 bulan, dan stroberi varietas Rosa Linda umur 7 dan 6 bulan 30 iii

iv DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1 Penyakit yang menyerang tanaman stroberi (1A-E). 10 2 Penyakit yang menyerang tanaman stroberi (2F-J).. 11 3 Penyakit yang menyerang tanaman stroberi (3K-L). 11 4 Struktur organisasi BTS PT. Kusuma Agrowisata... 14 5 Penentuan petak sample untuk pengamatan penyakit.. 17 6 Sketsa ukuran polibag dan jarak antar polibag 19 7 Kegiatan menyiapkan bibit, dan bibit yang telah dipotong akar dan daunnya... 20 8 Bibit stroberi siap tanam.. 20 9 Pengaplikasian pestisida dengan cara disemprot, dan pengaplikasian pestisida dengan cara ditabur... 22 10 Alat aplikasi pestisida cair 22 11 Kegiatan panen buah stroberi dan hasil panen buah stroberi.. 23 12 Kantor BTS tempat penyortiran buah stroberi secara manual. 23 13 Contoh buah stroberi yang layak jual dalam kondisi segar. 24 14 Gejala penyakit antraknosa pada daun (A), bunga (B), dan buah stroberi (C dan D). 25 15 Gejala penyakit embun tepung pada daun (A dan B) dan buah stroberi (C).. 26 16 Gejala penyakit hawar pada daun (A dan B) dan buah stroberi (C)... 28 17 Penyakit kapang kelabu menginfeksi buah stroberi. 29 iv

v DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Peta lokasi magang kerja PT. Kusuma Agrowisata. 38 2. Denah lokasi kebun stroberi PT. Kusuma Agrowisata. 39 3. Jadwal kegiatan magang kerja di PT. Kusuma Agrowisata. 40 4. Agenda kegiatan magang kerja di PT. Kusuma Agrowisata 41 5. Tabel deskripsi stroberi varietas Sweet Charlie dan Rosa Linda. 45 6. Identitas mahasiswa. 46 v

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magang kerja adalah salah satu kegiatan akademik yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa program S1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dengan cara melakukan kegiatan mandiri di bidang pertanian yang diaplikasikan pada masyarakat seperti pada instansi atau pihak yang terkait dalam bidang pertanian untuk pengembangan pengetahuan, sehingga mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama kuliah, dan menambah pengalaman dalam menghadapi permasalahan yang ada di lapang nantinya. Pelaksanaan magang dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui kebutuhan masyarakat maupun perusahaan saat ini, yang ahli, berkualitas, dan berdedikasi tinggi sehingga keikutsertaannya dalam menghadapi suatu persoalan dapat berdasar pada analisis teoritis yang digabungkan dengan kenyataan di lapang. Mahasiswa juga diharapkan dapat menguasai teknik aplikasi yang ada di lapang untuk menambah pengetahuan, dan pengalaman yang lebih luas dalam mengatasi permasalahan hama atau penyakit yang dipilih untuk menyelesaikan studinya. Alasan Pemilihan Objek Magang Kerja Strawberry atau stroberi ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia, spesies lain yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Prihatman, 2000). Tanaman stroberi dapat hidup beberapa tahun, namun kadang hanya ditumbuhkan sebagai tanaman semusim. Tanaman ini mempunyai perakaran yang dangkal, daun majemuk trifoliat, bunga berwarna putih, buahnya berwarna merah (Ashari, 2002), tumbuh baik pada suhu antara 17-20 C, dan kelembaban udara untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1000-1500 meter diatas permukaan laut (m dpl) dengan curah hujan 600-700 mm/tahun, kondisi ini

2 sangat ideal karena tanaman stroberi peka terhadap kelembaban tinggi (Sitepu, 2007). Tanaman stroberi dapat diperbanyak melalui perbanyakan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif menggunakan pemisahan rumpun tanaman induk (anakan), dan stolon, perbanyakan generatif menggunakan biji yang disebar ke area pertanaman, tetapi perbanyakan dengan biji jarang dilakukan karena memerlukan waktu cukup lama untuk pertumbuhannya (Ni'matillah et. al., 2014). Dari tahun ke tahun, perkembangan komoditas stroberi di Indonesia terus mengalami peningkatan, berdasarkan data Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian (2013), pertumbuhan komoditas stroberi tahun 2011 2012 adalah terbesar keempat setelah apel, anggur, dan jeruk besar dengan angka pertumbuhan sebesar 24,02%. Tahun 2011 Indonesia mengekspor buah stroberi mencapai rata-rata 27.000 kg/tahun, dan permintaan buah stroberi yang semakin meningkat dari masyarakat lokal yang memanfaatkan stroberi sebagai buah segar, dibuat selai, sirup, dodol, manisan, jus, dan es krim mendorong perlunya upaya peningkatan produktivitas dari segi kualitas maupun kuantitas (Zaimah et. al., 2013). PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya, atau lebih dikenal dengan nama PT. Kusuma Agrowisata adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis, dan pariwisata. Salah satu komoditas pertanian yang berada di perusahaan ini adalah stroberi varietas Sweet Charlie (Fragaria xananassa Sweet Charlie ) dan stroberi varietas Rosa Linda (Fragaria xananassa Rosa Linda ) yang ikut berperan memenuhi permintaan stroberi oleh masyarakat luas. Stroberi varietas Sweet Charlie memiliki ciri warna, dan daging buah mirip dengan cabai walaupun samar (Darrow, 1966), tanaman stroberi varietas Rosa Linda lebih tegak dari Sweet Charlie, karakteristik ini yang cenderung membuat buahnya terlihat jelas (Chandler et al., 2001). Budidaya stroberi di PT. Kusuma Agrowisata masih menghadapi banyak kendala, diantaranya adalah serangan hama, dan penyakit (Ariyanti et. al., 2012). Penyakit yang sering menyerang pada pertanaman stroberi antara lain tiga penyakit daun yang disebabkan oleh jamur, antara lain bercak daun yang disebabkan oleh jamur Mycosphaerella fragariae, daun hangus (gosong) yang disebabkan oleh jamur Diplocarpon earliana, dan hawar daun yang disebabkan

3 oleh jamur Phomopsis obscurans. Ketiga penyakit tersebut mampu bertahan pada daun-daun mati, dan atau pada daun hidup yang terinfeksi. Penyebaran penyakit melalui spora yang dihasilkan selama kondisi lingkungan lembab, dan hangat (Ellis, 2008). Dengan melihat potensi, dan permasalahan yang muncul saat budidaya, maka akan dilakukan pengamatan secara langsung berbagai jenis penyakit pada tanaman stroberi varietas Sweet Charlie dan Rosa Linda di PT. Kusuma Agrowisata, dan mengetahui tindak pengendalian yang diterapkan terkait pengendalian penyakit tanaman stroberi dalam rangka optimalisasi produksi. 1.2 Tujuan Magang Kerja 1.2.1 Tujuan Umum Magang Kerja Tujuan umum magang kerja yang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata yaitu: yaitu: 1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan dalam bentuk magang kerja. 2. Membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan dengan yang diterapkan di lapang, dan menelaahnya apabila terjadi perbedaan perbedaan atau penyesuaian. 3. Melatih mahasiswa untuk bekerja mandiri, atau kelompok di lapang, dan sekaligus menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan pekerjaan yang nantinya akan ditekuni oleh para lulusan. 4. Menambah wawasan mahasiswa dalam bidang pertanian secara luas. 1.2.2 Tujuan Khusus Magang Kerja Tujuan khusus magang kerja yang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata 1. Meningkatkan pengetahuan tentang budidaya stroberi yang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata. 2. Mengetahui berbagai jenis penyakit yang menyerang tanaman stroberi, mengetahui kejadian penyakit, intensitas serangan penyakit, dan tindak pengendalian penyakit pada tanaman stroberi yang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata. 3. Mendapatkan pengalaman bekerja di lingkungan professional.

4 1.3 Sasaran Kompetensi Sasaran kompetensi yang diharapkan adalah: 1. Mampu menerapkan, dan mensosialisasikan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang teknologi budidaya tanaman, khususnya teknologi budidaya stroberi. 2. Mampu merencanakan, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem produksi tanaman secara efektif, dan produktif, dan mampu mengaktualisasi potensi diri untuk bekerjasama dalam tim multidisiplin. 3. Mampu berpikir analitik untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah, dan akar masalah serta mencari solusi berbasis ilmiah dalam sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.

5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanaman Stroberi Tanaman stroberi termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Fragaria, spesies Fragaria spp. (Prihatman, 2000). Stroberi berkromosom diploid (2n=14), namun beberapa spesies lain, dan hibrida mempunyai kromosom bervariasi, contohnya jenis stroberi F.orientali, dan F.maupinensis berkromosom tetraploid (2n=28), dan F.moschata heksaploid (2n=42). Susunan tubuh tanaman stroberi terdiri dari akar, batang, stolon, daun, bunga, buah, dan biji (Rukmana, 1998). 2.2 Ekologi Tanaman Stroberi Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Lama penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8-10 jam setiap harinya, dengan temperatur 17-20 0 C, dan kelembaban 80-90%. Tanaman stroberi menyukai tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, aerasi tanah baik, dan ph tanah yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5,4-7,0 sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6,5-7,0. Kedalaman air tanah yang disyaratkan jika ditanam di kebun adalah 50-100 cm dari permukaan tanah, jika ditanam di dalam pot maka media harus memiliki sifat yang porous, mudah merembeskan air serta unsur hara yang dibutuhkan selalu tersedia. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat adalah 1.000-1.500 m dpl (Prihatman, 2000). 2.3 Teknik Budidaya Tanaman Stroberi Organik 2.3.1 Pembibitan Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan, dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350 (Prihatman, 2000):

6 1) Perbanyakan dengan biji 1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan. 2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur 18-20 0 C. 3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindah tanam ke tempat yang telah disediakan. 2) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut: 1. Bibit anakan Rumpun dibongkar, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik. 2. Bibit stolon Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan. 3. Bibit untuk budidaya stroberi di polibag Pembibitan dari benih atau anakan atau stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan atau stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. 2.3.2 Persiapan Media Tanam Tanaman stroberi menyukai tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik (Prihatman, 2000). Tanah yang sehat adalah

7 dasar dari pertanian organik, tanah harus aktif secara biologis, struktur tanah baik, dan kapasitas untuk menahan nutrisi serta air baik. Bahan organik yang biasa digunakan untuk campuran dengan tanah dapat berupa kompos, pupuk kandang, atau pupuk hijau. Bahan organik akan mendukung ketersediaan mikroba didalam tanah, dan membantu nutrisi menjadi tersedia bagi tanaman. Praktik rotasi tanaman untuk menghasilkan tanah yang sehat harus dimulai dalam satu atau dua tahun sebelum penanaman stroberi (Carrol et al., 2015). Stroberi menghendaki tanah dengan kondisi drainase baik untuk pertumbuhannya, tanah yang basah, atau tanah liat berat akan membatais pertumbuhan dan respirasi akar stroberi, dan ph tanah yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5,4-7,0 sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6,5-7,0 (Prihatman, 2000). 2.3.3 Teknik Penanaman 1. Siram polibag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati -hati. 2. Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang. 3. Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab (Prihatman, 2000). 1. Penyulaman 2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal. 2. Penyiangan Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan. 3. Perempelan atau Pemangkasan Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua atau rusak. 4. Pemupukan Ketika dekomposisi bahan organik sedang berjalan, apabila bahan organik yang awalnya memiliki rasio C/N yang tinggi (sangat sedikit nitrogen) maka akan membuat mikroba menggunakan nitrogen apapun yang tersedia untuk pertumbuhan mereka sendiri, dan hanya menyisakan sedikit untuk tanaman.

8 Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan nitrogen sementara. Setelah proses dekomposisi mulai melambat dan mikroba mati, mikroba akan membuat nitrogen mereka kembali ke tanah di mana ia akan menjadi tersedia bagi tanaman (Carrol et al., 2015). Pemberian pupuk susulan berfungsi untuk mengatasi kekurangan nitrogen sementara yang akan terjadi ketika bahan organik (dengan rasio C/N tinggi) sedang terdekomposisikan dalam tanah. Dosis pupuk susulan untuk 1 ha menggunakan campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500cc larutan pupuk. 5. Pengairan dan Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari sampai tanaman berumur 2 minggu, setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak sampai mengering. (Prihatman, 2000). 2.4 Penyakit Pada Tanaman Stroberi Penyakit yang biasa menyerang tanaman stroberi antara lain (Gambar 1): 1. Penyakit daun hangus (gosong) disebabkan oleh jamur D. earliana (Gambar 1-A) atau Marssonina fragariae yang menyebabkan daun memiliki bercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur berwarna ungu tua. Bentuk bercak ada 2 yaitu luka dengan bentuk besar atau kecil tetapi banyak dan luka dengan bentuk bisul. Luka ini berwarna kemerahan sampai ungu tipis, menyatu dan menjadikan tanaman tampak hangus atau terbakar. Luka ini biasanya berukuran 1-5 mm, dan berkembang di permukaan daun. Perkembangan penyakit M. fragariae adalah dengan adanya perubahan warna daun menjadi coklat, mengering, dan menaiknya tepi daun (Vidiana, 2012). 2. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Mycosphaerella fragariae (Gambar 1-B) ditandai dengan munculnya bercak kecil ungu tua pada daun, pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih, sisi bawah tulang daun yang bersinggungan dengan serangan akan berwarna ungu, kemerahan dan seluruh daun dapat mati (Vidiana, 2012). 3. Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh Phomopsis obscurans (Gambar 1- C) menyerang daun, buah, stolon, dan tangkai. Penyakit ini dimulai dengan

9 terbentuknya 1 sampai 6 noda bulat yang berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu. Bercak ini memiliki 3 perubahan warna, yaitu merah, ungu atau bagian tepinya berwarna kekuningan, dan coklat terang dengan pusat bercak coklat tua (Vidiana, 2012). 4. Busuk buah antraknosa oleh jamur Colletotrichum fragariae (Gambar 1-D) yang menyebabkan buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu (Prihatman, 2000), namun stroberi Sweet Charlie tidak menunjukkan gejala busuk buah antraknosa walaupun tumbuh berdekatan dengan kultivar rentan yang menunjukkan gejala parah akibat penyakit ini (Chandler et al., 2009). 5. Bercak hitam pada daun oleh jamur C. acutatum (Gambar 1-E) menimbulkan gejala munculnya bintik bintik sekitar 1-2 mm, dan biasanya berwarna hitam, dapat juga berwarna abu-abu terang. Daun menjadi penuh dengan bintik bintik tetapi tidak mati. Gejala ini biasa muncul setelah stolon, dan tangkai terinfeksi. Lesi cekung, dan gelap yang ditemui pada stolon dapat mengakibatkan cabang menjadi tidak memiliki akar (Ulio & Macarthur, 2004). 6. Penyakit busuk mahkota (crown) oleh C.gloeosporioides (Gambar 2-F) menimbulkan sebuah tanda berwarna coklat kemerahan pada mahkota, mengakibatkan mahkota menjadi layu. Sumber infeksi ada pada bahan tanam, stolon, mahkota lain yang terinfeksi, daun, dan buah. Sisa sisa tanaman, dan gulma, genangan air serta percikan air hujan atau irigasi juga dapat menjadi sumber infeksi penyakit busuk mahkota (Ulio & Macarthur, 2004). 7. Embun tepung (Sphaerotheca macularis f.sp. fragariae) yang mengakibatkan bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung (Gambar 2-G), bunga akan mengering dan gugur (Prihatman, 2000). Penyakit embun tepung tidak menjadi masalah yang serius bagi Sweet Charlie (Chandler et al., 2009). 8. Kapang kelabu yang disebabkan oleh jamur Botrytis cinerea (Gambar 2-H) mengakibatkan bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering (Ulio & Macarthur, 2004).

10 9. Busuk rizopus yang disebabkan oleh jamur Rhizopus stolonifer (Gambar 2-I) memiliki gejala buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh, dan apabila di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam (Ulio & Macarthur, 2004). 10. Penyakit empulur merah yang disebabkan oleh jamur Phytophthora fragariae (Gambar 2-J) menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari (Prihatman, 2000). 11. Layu Fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum (Gambar 3-K) penyakit ini hanya mempengaruhi stroberi dari varietas yang paling rentan. Tanaman yang terinfeksi layu dan mati dengan cepat. Mahkota menunjukkan perubahan warna menjadi coklat kemerahan, lalu membusuk. Sumber infeksi ada pada tanah bekas tanaman terinfeksi. Patogen dapat bertahan hidup di tanah selama bertahun-tahun, penyebaran dengan bahan tanam yang terinfeksi, dan sampah. F.oxysporum menyukai temperatur yang tinggi (Ulio & Macarthur, 2004). 12. Mild yellow edge virus (Gambar 3-L), dapat menyebabkan menguningnya tepi daun muda, kemerahan dini pada daun tua, tanaman kerdil dan hasil produksi menurun (Ulio dan Macarthur, 2004). A B C D E Gambar 1. Penyakit yang menyerang tanaman stroberi; gejala serangan D. earliana (A), bercak daun Mycosphaerella fragariae (B), dan hawar daun P. obscurans (C) pada daun stroberi. Gejala lesi pada sulur stroberi (D), bercak hitam C.acutatum pada daun (E) (Ellis, 2008; Gubler et al., 2014).

11 F G H I J Gambar 2. Penyakit yang menyerang tanaman stroberi; C. gleospoiroides menyebabkan infeksi pada akar (F), gejala embun tepung pada daun (G), infeksi kapang kelabu B. cinerea pada buah stroberi (H). Infeksi R. stolonifer (I) dan (J) Phytophthora fragariae menyebabkan tanaman layu (Gubler et al., 2014; Ulio dan Macarthur, 2004). K L Gambar 3. Penyakit yang menyerang tanaman stroberi; Infeksi F. oxysporum pada akar stroberi (K) dan (L) tanaman stroberi kerdil terinfeksi virus (Ulio & Macarthur, 2004). 2.5 Perhitungan Intensitas Penyakit (Disease Intensity) Menggambarkan intensitas penyakit dapat dibuat dengan cara membagi kisaran antara bagian yang bebas penyakit sampai terkena seluruhnya menjadi sejumlah kategori serangan atau kelas-kelas serangan. Pembagian ini dilakukan dengan cermat. Apabila jumlah kelas yang dibedakan itu terlalu kecil maka akan sulit untuk membuat deskripsi perbedaannya, sebaliknya apabila jumlahnya terlalu banyak maka akan sulit untuk menentukan pemilahannya dalam hal kecocokan bagian yang terserang. Perhitungan intensitas penyakit dibagi dalam dua kategori (Sastrahidayat, 2013): 1. Menyerang seluruh bagian tanaman, penyakit dengan tipe ini disebut sebagai penyakit sistemik (systemic disease). Contoh yang umum antara lain: layu bakteri pada tomat (Pseudomonas solanacearum), rebah semai pada kedelai (Sclerotium rolfsii), dan sebagainya. Cara menghitung tingkat kerusakan atau serangan terhadap tanaman adalah dengan menghitung banyaknya individu tanaman terserang dibagi dengan populasi tanaman yang diamati, yang bila dirumuskan adalah demikian (Anonim, 1984 dalam Sastrahidayat, 2013):

12 I = a b 100% Keterangan: I = intensitas atau tingkat serangan; a = jumlah tanaman terserang; b = populasi tanaman yang diamati. 2. Menyerang bagian tanaman (misal: daun, buah, ranting, dan sebagainya), penyakit tipe ini disebut sebagai penyakit non sistemik (non systemic disease). Contoh dari penyakit tipe ini adalah: penyakit tepung pada daun apel (Podosphaera leucotricha), penyakit karat pada serealia (Puccinia graminis), bercak ungu pada bawang (Alternaria porri), dan sebagainya. Cara menghitung tingkat kerusakan tipe ini dapat dilakukan menggunakan standar diagram maupun menggunakan metode skoring seperti contoh pada Tabel 1. Tabel 1. Contoh cara menghitung tingkat kerusakan penyakit non sistemik sistem skoring pada penyakit hawar batang bergetah oleh Didymella bryoniae pada semangka (Gusmini et al,, 2002 dalam Sastrahidayat; 2013). Skor Kriteria (nilai) 0 Tidak ada gejala 1 Daun menguning (hanya indikasi tanaman sakit) 2 Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis <20% 3 Gejala sedang, pada daun terjadi nekrosis 21-45% 4 Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis >45% 5 Beberapa daun mati, pada batang tak ada gejala Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis <20%; dan adanya nekrosis 6 pada petiole dan batang sepanjang <3mm Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis 21-45%; dan adanya nekrosis 7 pada petiole dan batang sepanjang 3-5mm Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%; dan adanya nekrosis 8 pada petiole dan batang sepanjang >5mm 9 Tanaman mati Sistem skoring ini belum menunjukan keparahan penyakit dalam bentuk persentase yang umumnya menjadi panduan umum, maka dari skor yang didapat tersebut perlu dikelompokan menjadi sistem numerik dengan menggunakan rumus yang umum diacu dalam proteksi tumbuhan (Anonim, 1984 dalam Sastrahidayat; 2013), sebagai berikut:

13 I = (n v) N Z 100% Keterangan: I = tingkat serangan (%), n = jumlah skor yang sama, v = nilai skor, N = jumlah sampel yang diamati, Z = nilai skor tertinggi (dalam contoh angka 9). 2.6 Profil Perusahaan PT. Kusuma Satria Dinasari Wisatajaya yang lebih dikenal dengan Kusuma Agrowisata merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata, perhotelan, perkebunan, dan perindustrian yang terletak di Jalan Abdul Ghani Atas, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu. Perusahaan mulai didirikan pada tahun 1991 oleh Ir. Edy Antoro. Adapun bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas dengan SIUP : 91-92/13-24/PM/VII/97/P.I dan TDP 13241600145 dibawah naungan Departemen Perindustrian. Produk utama yang dihasilkan PT. Kusuma Agrowisata adalah apel, jeruk, jambu, kopi, buah naga, stroberi, sayur hidrponik DFT, dan sayur hidroponik subtrat. Tahun 2000 luas arel keseluruhan Kusuma Group mencapai ± 50 ha dan sekarang luas areal sudah mencapai ± 70 ha. PT. Kusuma Agrowisata memiliki visi dan misi, yaitu: Visi: Membangun Kusuma Agrowisata Group menjadi perusahaan terpercaya, terkemuka, yang tangguh dan mampu bersaing di pasar global. Misi: a. Menghasilkan produk dan jasa yang dapat diterima serta dapat memberikan kepuasan konsumen. b. Mendapatkan keuntungan untuk kelangsungan dan pengembangan usaha serta kesejahteraan karyawan. Struktur organisasi di Kusuma Agrowisata cukup kompleks dan bersifat fleksibel. Hal ini dikarenakan struktur organisasi disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Struktur organisasi harus efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan wewenang dan tanggung jawab yang ada di lapangan untuk mencapai kelancaran operasional. Struktur organisasi di Kusuma Agrowisata dibagi dalam lima divisi : 1. Divisi Agrowisata, bergerak dibidang Agro dan wisata 2. Divisi Hotel, bergerak dibidang perhotelan 3. Divisi Estate, bergerang dibidang estate

14 4. Divisi Industri, bergerak dibidang industri, baik makanan maupun minuman. 5. Divisi KAA, lembaga yang menganalisis dan mengkaji problema atau masalah yang berkaitan dengan segala aspek pengembangan agribisnis dan agrowisata serta mencari solusinya. Setiap divisi memiliki bentuk strutur organisasi linear dengan pimpinan sebagai pucuk organisasi melimpahkan wewenang kepada satuan-satuan di bawahnya dalam semua bidang kegiatan sesuai divisi masing-masing, dan bawahan wajib mempertagung jawabkan tugas kepada atasannya. 2.6.1 Struktur Organisasi Budidaya Tanaman Semusim (BTS) Struktur organisasi budidaya tanaman terbagi menjadi 2, yaitu budidaya tanaman tahunan (BTT), dan budidaya tanaman semusim (BTS). Budidaya tanaman semusim memiliki struktur organisasi sebagai berikut: MANAGER BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM ( RUDY SETIAWAN ) ADMINISTRASI ( ANITA MAYASARI ) STROBERI ( SUNARYO ) PAPRIKA dan TOMAT ( EDI PRAYITNO ) SAYUR DFT ( EDI PRAYITNO ) Gambar 4. Struktur organisasi BTS PT. Kusuma Agrowisata

15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan magang kerja dilaksanakan di kebun stroberi PT. Kusuma Agrowisata, Kota Batu - Jawa Timur. Pelaksanaan magang kerja pada tanggal 27 Juli sampai 15 Oktober 2015. 3.2 Metode Pelaksanaan Magang kerja ini dilakukan dengan mengikuti jadwal kegiatan atau aktivitas lapang di PT. Kusuma Agrowisata. Selain itu juga dilakukan wawancara, pengambilan data primer dan sekunder, dan diskusi lapang dengan pembimbing lapang, serta dilakukan studi pustaka atau studi literatur untuk melengkapi wawasan tentang jenis-jenis penyakit pada tanaman stroberi, perhitungan kejadian penyakit dan intensitas serangan serta cara pengendaliannya. Kegiatan magang kerja yang dilakukan meliputi: 1. Observasi lapang, a. Data potensi fisik meliputi luas lahan, lintang tempat, iklim, jenis tanah atau media tanam, denah lokasi, fasilitas yang ada, dan lain-lain. b. Data sosial ekonomi meliputi struktur organisasi, program kerja, tenaga kerja, sarana dan prasarana, dan lain-lain. 2. Pengumpulan data a. Data primer Data primer diperoleh dengan cara praktik kerja langsung, diskusi, dan wawancara. Praktik kerja langsung dilakukan dengan mengamati dan ikut serta melaksanakan aktivitas yang sedang berlangsung di lapang. Diskusi, dan wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan dari pihak instansi mengenai hal-hal yang ingin diketahui berkaitan dengan tujuan praktik secara langsung maupun tidak langsung. Praktek Lapang (Survey Penyakit pada Tanaman Stroberi) 1) Survey Penyakit pada Tanaman Stroberi Varietas Sweet Charlie dan Rosa Linda

16 Survey dilakukan pada tanaman stroberi varietas Sweet Charlie di 2 lokasi dan varietas Rosa Linda di 2 lokasi (Tabel 2.) Tabel 2. Lokasi survey penyakit Lokasi (Blok) Plot Varietas A A1 Sweet Charlie B B1 Sweet Charlie C C1 Rosa Linda D D1 Rosa Linda Stroberi varietas Sweet Charlie berada di lokasi A1 dan B1, varietas Rosa Linda berada di lokasi C1 dan D1. Pada setiap lokasi survey penyakit ditentukan petak sample pengamatan yaitu plot, tiap plot rata-rata memiliki 12 pasang baris, dan setiap pasang baris ratarata berisi 50 polibag, masing-masing polibag berisi 2 tanaman stroberi. Pengamatan penyakit dilakukan dengan metode acak sistematis dimulai dari baris ke 1, 3, 5, 7, dan 9 (Gambar 5).

17 1 3 ` 5 7 9 Ket: = border; = baris tanaman sample; = baris tanaman non sample. Gambar 5. Penentuan petak sample untuk pengamatan penyakit Pada setiap petak, semua tanaman yang berpenyakit diamati secara visual. Parameter yang diamati yaitu tanaman yang menunjukkan gejala terserang, C. acutatum (antraknosa), P. obscurans (hawar daun), S. macularis f.sp. fragariae (embun tepung), dan B. cinerea (kapang kelabu). Penyakit dihitung intensitasnya menggunakan rumus perhitungan penyakit sistemik, atau rumus perhitungan penyakit non sistemik dengan kategori sesuai jenis penyakit dan tipe gejala serta kerusakan yang ditimbulkan. b. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari literatur yang memuat tentang penyakit - penyakit tanaman stroberi.

18 3. Pembuatan laporan Pembuatan laporan didasarkan pada hasil yang diperoleh selama magang kerja melalui pengolahan data dari lapang, dan studi literatur.

19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Budidaya Stroberi di PT. Kusuma Agrowisata 1. Penyiapan Tempat Tanam dan Media Tanam Tempat tanam stroberi yang digunakan di PT. Kusuma Agrowisata adalah polibag. Polibag yang digunakan memiliki volume 25kg, tinggi 40cm, dan diameter 40cm. Jarak antar polibag 30cm, dan jarak antar baris polibag 70cm (Gambar 6). Media tanam di dalam polibag yang digunakan untuk tanaman stroberi yaitu campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Pengolahan tanah dengan cara membolak balik tanah menggunakan cangkul, kemudian dibiarkan terlebih dahulu (bera) selama 2 minggu. 30cm 40cm 40cm POLIBAG 30cm 70 cm Gambar 6. Sketsa ukuran polibag, dan jarak antar polibag 2. Penyiapan Bibit Bibit yang digunakan berasal dari tanaman stroberi berumur 8 bulan yang kemudian diremajakan kembali. Kegiatan ini dinamakan pembongkaran. Tanaman stroberi dicabut dari media dalam kondisi utuh, kemudian dipotong menggunakan gunting untuk disisakan 3-4 helai daun, dan sedikit akar. Daun dan akar kemudian dirapikan dengan cara dipotong setengahnya (Gambar 7), dan direndam dalam cairan ZPT selama 10 menit. Cairan ZPT berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, dan daun. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, penggunaan bibit yang berasal dari hasil pembongkaran tidak memengaruhi kualitas maupun kuantitas buah

20 yang dihasilkan walaupun diremajakan berulang kali. Bibit kemudian ditanam pada polibag ukuran kecil yang berisi tanah. Bibit disiram 1 kali sehari pada waktu siang hari, kegiatan tersebut dilakukan sampai bibit berumur 1 bulan, dan bibit siap untuk dipindahkan ke polibag di lahan. Tidak ada perlakuan khusus untuk pembibitan. Gambar 7. Kegiatan menyiapkan bibit (kiri), dan bibit yang telah dipotong akar dan daunnya (kanan) 3. Penanaman pada Polibag Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit beserta seluruh media tanamnya (Gambar 8) ke media tanam yang baru. Setiap polibag diisi dengan 2 bibit stroberi berumur 1 bulan. Gambar 8. Bibit stroberi siap tanam Setelah ditanam kemudian dilakukan kegiatan penyiraman untuk mempermudah bibit beradaptasi dengan lingkungan baru. 4. Perawatan Tanaman Perawatan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman, pewiwilan atau pemangkasan, penyiangan gulma, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman stroberi.

21 a. Penyiraman tanaman stroberi dilakukan 1 kali sehari. Penyiraman dilakukan menggunakan sprinkler yang airnya bersumber dari sumur bor. Durasi penyiraman untuk masing-masing plot 10 menit. Selain menggunakan sprinkler, penyiraman juga dapat dilakukan secara manual menggunakan selang. b. Pewiwilan atau pemangkasan adalah kegiatan mengambil beberapa daun tua, daun yang rusak, bunga, sulur, dan buah yang berlebihan agar tergantikan dengan daun baru. Tanaman stroberi yang tumbuh terlalu rimbun mempunyai banyak daun dan sulur sehingga akan menjadi kurang produktif berbunga atau berbuah (Rukmana, 1998). Pewiwilan dilakukan bila daun tanaman stroberi terlihat rimbun, kegiatan pewiwilan bunga pertama bertujuan untuk mendewasakan tanaman ke fase generatif dan tumbuhnya kokoh, sedangkan tujuan dari pemangkasan buah dimaksudkan agar dapat memperoleh buah berukuran besar dan berkualitas prima (Rukmana, 1998). Menurut pengalaman di lapang kegiatan pewiwilan mampu membuat tanaman menghasilkan buah yang lebih besar daripada tanaman yang tidak diwiwil. Kegiatan pewiwilan bunga dimulai pada saat awal tanaman stroberi berbunga, dan pewiwilan daun dilakukan saat tanaman berumur 4-5 bulan. Di kebun stroberi PT. Kusuma Agrowisata, kegiatan pewiwilan daun dilakukan apabila daun terlihat rimbun. c. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan kegiatan pewiwilan, gulma yang disiangi hanya gulma yang terdapat di antara tanaman stroberi dalam polibag. d. Pemupukan dimulai saat tanaman berumur 1 bulan. Tanaman usia 1-2 bulan membutuhkan pupuk dengan kandungan N yang tinggi, pupuk yang digunakan adalah nitriphoska dan urea dengan perbandingan 2:1. Pupuk dapat diberikan dalam bentuk cair atau dibenamkan langsung dalam tanah. Pupuk dalam bentuk cair biasanya ditambah dengan ZPT dan MKP (mono kalium phosphate) yang bertujuan untuk mempercepat dan memperkuat tumbuhnya akar dan bunga. Dosis ZPT 300ml per 200 liter (L) air dan dosis MKP 2kg per 200L air. Masing-masing polibag mendapatkan 1L pupuk cair. Kegiatan pemupukan dilakukan 2x dalam sebulan. Pemupukan

22 tambahan menggunakan pupuk daun, dan pupuk mikro biasanya bersamaan dengan pemberian pestisida. e. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprot seluruh tanaman menggunakan pestisida yang dilakukan 1 bulan sekali, atau dengan cara menaburkan pestisida ke media tanam setelah kegiatan olah tanah atau pada awal tanam (Gambar 9). Pestisida yang diberikan dengan cara penyemprotan biasanya digabung dengan pupuk daun, pupuk mikro, ZPT dan bahan perekat. Kegiatan penyemprotan menggunakan bantuan mesin diesel, dan selang khusus (Gambar 10). Gambar 9. Pengaplikasian pestisida dengan cara disemprot (kiri), dan pengaplikasian pestisida dengan cara ditabur ke media tanam (kanan) Gambar 10. Alat aplikasi pestisida berbentuk cair 5. Pemanenan Kegiatan pemanenan dilaksanakan setiap hari selasa dan jumat mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah secara manual (Gambar 11). Buah yang dipanen adalah buah setengah masak, dan buah yang telah masak. Buah yang telah dipanen

23 kemudian disetorkan ke kantor BTS (budidaya tanaman semusim) untuk ditimbang, dan disortir menurut warna, ukuran, dan kondisi buah. Gambar 11. Kegiatan panen buah stroberi (kiri), dan hasil panen buah stroberi (kanan) 6. Penyortiran Penyortiran adalah kegiatan pemisahan buah yang rusak dengan buah yang baik. Penyortiran dilakukan berdasarkan varietas, warna, ukuran dan bentuk buah (Rahmatia & Pitriana, 2007). Penyortiran buah stroberi di PT. Kusuma Agrowisata dilakukan sebanyak dua kali, pertama dilakukan secara manual di kantor BTS yang nantinya akan dijual di lingkungan wisata Agro (Gambar 12) dan penyortiran kedua dilakukan di kantor trading yaitu kantor khusus penyortiran menggunakan mesin yang hasilnya akan didistribusikan ke mitra perusahaan. Gambar 12. Kantor BTS tempat penyortiran buah stroberi secara manual Penyortiran di kantor BTS tidak berdasar pada perbedaan antar varietas, penyortiran hanya berdasar pada warna, ukuran, dan kondisi buah. Warna buah yang memenuhi kriteria layak jual dalam kondisi segar berwarna kemerahan setengah matang atau merah matang, ukuran buah sedang sampai besar (2,5-3,5 cm), dan kondisi buah tidak mengalami kerusakan akibat hama

24 maupun penyakit (Gambar 13). Buah yang tidak memenuhi kriteria layak jual dalam kondisi segar (misal: berpenyakit) akan dipotong bagian yang berpenyakit atau bagian yang masih dapat dimanfaatkan menggunakan pisau, kemudia potongan-potongan yang bersih dimasukkan dalam plastik dan selanjutnya dikirim ke bagian industri untuk diolah menjadi minuman. Gambar 13. Contoh buah stroberi yang layak jual dalam kondisi segar 4.2 Penyakit pada Tanaman dan Buah Stroberi Berdasarkan hasil pelaksanaan magang kerja di PT. Kusuma Agrowisata ditemukan 4 macam penyakit yang umumnya menjadi masalah pada tanaman stroberi, yaitu C. acutatum (antraknosa), P. obscurans (hawar daun), dan S. macularis f.sp. fragariae (embun tepung). Penyakit penting di lokasi pengamatan yang menjadi masalah untuk buah stroberi, yaitu B. cinerea atau kapang kelabu, C. acutatum atau antraknosa, dan S. macularis f.sp. fragariae atau lebih dikenal dengan nama embun tepung (powdery mildew): 1. Antraknosa (C. acutatum) Tanaman stroberi yang terinfeksi oleh antraknosa ditandai dengan munculnya bercak berwarna coklat kemerahan yang tidak memiliki pusat bercak, muncul pada ujung atau pada sepanjang tepi daun. Pada beberapa tanaman yang terserang lebih parah, maka seluruh daun akan mengering berwarna coklat dengan sedikit warna coklat kemerahan. Antraknosa juga menyerang bunga, dan buah stroberi. Bila menyerang bunga maka bunga akan layu dan mengering, apabila menyerang buah maka akan muncul lesi atau luka kering berwarna coklat yang akan semakin membesar disertai dengan munculnya misellium, luka tersebut mengakibatkan buah menjadi kering dan tersisa bijinya saja (Gambar 14).

25 A B C D Gambar 14. Gejala penyakit antraknosa pada daun (A), bunga (B), dan buah stroberi (C dan D) Antraknosa menyebabkan lesi pada tangkai daun, kumpulan tangkai, buah membusuk dan kadang-kadang mahkota juga membusuk. Penyakit ini sering terlihat pada tanaman yang tumbuh di tanah yang iklim mikro di sekitar tanaman lebih hangat. Kerusakan dari antraknosa dapat mengakibatkan kematian tanaman (Elmhirst, 2005). Gejala busuk buah antraknosa dalam masa pematangan buah akan muncul lesi cekung, bulat tegas, terdapat bintik-bintik cekung yang biasanya berubah menjadi coklat gelap atau hitam. Bintik-bintik berukuran sekitar 1-2 mm dan biasanya berwarna hitam, atau abu-abu terang. Pertumbuhan misellium dan spora di tempat lembab. Gejala ini biasanya muncul setelah stolon dan tangkai terinfeksi (Ullio, 2004). Pengendalian penyakit antraknosa yang dilakukan di kebun stroberi PT.Kusuma Agrowisata menggunakan teknik pengendalian mekanik. Pengendalian mekanik dengan cara mencabut daun, bunga maupun buah yang terinfeksi bersamaan dengan kegiatan pewiwilan maupun penyiangan gulma. Pengendalian penyakit ini kurang berjalan efektif dikarenakan penyakit antraknosa bertransmisi dengan bahan tanam (Le-gard, 2000 dalam Ivanovic et al., 2007). Investigasi oleh Eastburn dan Gubler (1990) dalam Ivanovic et al. (2007) berpendapat bahwa jamur ditransmisikan dan terinfestasi dalam tanah dan melekat pada mahkota stroberi. EPPO Bulletin (2004) dalam Ivanovic et al. (2007) menekankan bahwa bahan tanam yang terinfeksi adalah awal dari menyebarnya penyakit ini Beberapa studi telah menunjukkan bahwa C. acutatum dapat bertahan pada tanaman stroberi (Howard et al., 1992 dalam Ivanovic et al., 2007). Perlakuan yang efektif

26 mengendalikan penyakit Colletotrichum biasanya melibatkan penggunaan satu atau kombinasi dari berikut: 1) kultivar tahan, 2) kontrol budidaya, 3) kontrol kimia, dan 4) pengendalian biologis menggunakan organisme antagonis.bio-fungisida yang mengandung bakteri antagonis Bacillus subtilis dan Candida oleophila berada di tahap pengujian untuk menentukan efikasi terhadap C. acutatum (Wharton & Uribeondo, 2004). Untuk memaksimalkan hasil produksi, penggunaan kultivar tahan seharusnya dimaksimalkan di lahan karena stroberi varietas Sweet Charlie tidak menunjukkan gejala busuk buah antraknosa walaupun tumbuh berdekatan dengan kultivar rentan yang menunjukkan gejala parah akibat penyakit ini (Chandler et al., 2009). 2. Embun Tepung (S. macularis f.sp. fragariae) Misellium jamur berwarna putih dapat ditemui di bagian permukaan maupun bagian bawah daun terinfeksi, yang selanjutnya akan muncul bercak berwarna ungu kemerahan pada daun, dan tepi daun mulai menggulung ke atas. Penyakit ini juga menginfeksi buah dengan cara menutupi permukaan buah dengan misellium tipis berwarna putih (Gambar 15). A B C Gambar 15. Gejala penyakit embun tepung pada daun (A dan B) dan buah Stroberi (C) Embun tepung dianggap penyakit moderat yang dapat mempengaruhi buah, daun dan bunga. Penyakit ini menghasilkan bercak putih yang berkembang di permukaan daun bawah dan atas, tepi daun menggulung ke atas, buah yang belum matang mungkin gagal untuk mematangkan, menjadi keras, retak dan warna berubah menjadi merah pudar (Ullio, 2009). Serangan embun tepung pada bunga, daun dan buah dan dapat menyebabkan kerugian tanaman yang berat selama kondisi hangat dan lembab. Bunga yang terinfeksi ditutupi dengan miselium putih yang menyebabkan

27 kurangnya penyerbukan. Daun yang terinfeksi berubah menjadi ungu kemerahan atau memiliki bintik-bintik ungu kecil. Infeksi pada buah hijau (belum matang) dapat berakibat pada berhentinya pematangan, buah keras, roset dan pecah-pecah. Buah matang yang terinfeksi menjadi lunak, dan biasanya memiliki rasa yang agak datar atau pahit yang membuat buah tidak layak jual (Elmhirst, 2005). Pada kultivar rentan, pertumbuhan miselium padat dan memiliki banyak rantai konidia (spora) memberikan bagian yang terinfeksi seperti tertutupi oleh tepung (Peres & Mertely, 2013). Pengendalian yang dilakukan di lapang untuk penyakit ini menggunakan fungisida berbahan aktif Fenarimol seperti Rubigan 120 EC sesuai dosis anjuran. Penyemprotan fungisida dilakukan terjadwal sebulan sekali tanpa ada kegiatan monitoring penyakit terlebih dahulu. Penyemprotan dilakukan di pagi hari dan akan tetap dilanjutkan sampai siang hari apabila seluruh blok belum terselesaikan, sehingga blok yang terjadwal penyemprotan siang hari tidak akan mendapatkan fungisida secara maksimal karena cuaca yang panas akan membuat fungisida cepat menguap. Pengelolaan budidaya yaitu mengelola gulma dan mengatur jarak tanam untuk meningkatkan sirkulasi udara yang baik, serta menghindari nitrogen berlebih dan menjadikan lokasi tanam memiliki drainase udara yang baik cukup membantu dalam mengatasi penyebaran penyakit embun tepung karena sampai saat ini belum ada varietas tahan (Carrol et al., 2015). 3. Hawar Daun (P. obscurans) Gejala hawar daun yangmuncul di lokasi pengamatan ditandai dengan munculnya warna coklat keunguan dengan tepi ungu kemerahan pada salah satu ujung atau di sisi helai daun, yang selanjutnya berkembang luas menjadi nekrotik. Luka pada daun berbentuk V, memiliki pusat berwarna coklat terang. Hawar daun juga dapat menyerang buah stroberi ditandai dengan melunaknya buah, warna memudar, busuk dengan luka mengkerut berwarna hitam gelap karena diselimuti oleh misellium (Gambar 16).

28 A B C Gambar 16. Gejala penyakit hawar pada daun (A dan B) dan buah stroberi (C) Hawar daun dianggap sebagai penyakit ringan pada stroberi yang mempengaruhi daun dan menyebabkan busuk lunak pada buah yang matang. Bintik-bintik bulat besar ditemui pada daun dengan tiga zona warna yang berbeda. Bintik tersebut dapat membentuk area berbentuk V dibatasi oleh vena yang memanjang ke tepi daun. Penyakit ini dapat menjadi penyakit paling buruk selama kondisi basah dan di dataran rendah atau daerah teduh, menyebar dari tanaman yang terinfeksi oleh angin dan percikan air dari irigasi (sprinkler) atau hujan, dan dari stolon yang terinfeksi sebelumnya (Ullio, 2009). Berdasarkan penelitian Carroll et al. (2015) pengendalian secara mekanik dapat dilakukan untuk penyakit hawar daun di lapang yaitu mencabut daun dan buah yang terinfeksi bersamaan dengan kegiatan pewiwilan atau penyiangan gulma. Pengendalian ini apabila dilakukan secara teratur akan mengurangi jumlah inokulum, tetapi apabila semakin banyak daun yang terinfeksi dapat melemahkan tanaman stroberi dan dapat memberikan inokulum dalam jumlah besar yang mengakibatkan infeksi berat di musim tanam berikutnya (Babadoost, 1996). Menciptakan sirkulasi udara (jarak tanam dan pengendalian gulma) akan mengurangi waktu dedaunan untuk mongering setelah irigasi dan membatasi periode infeksi (Carroll et al., 2015). 4. Kapang kelabu (B. cinerea) Gejala serangan penyakit yang ditemui di lapang selanjutnya adalah kapang kelabu yang disebabkan oleh B.cinerea, ditandai dengan munculnya koloni jamur berwarna abu-abu menyelimuti permukaan buah

29 stroberi, apabila sudah parah maka seluruh permukaan buah stroberi akan tertutupi jamur (Gambar 17). Gambar 17. Penyakit kapang kelabu menginfeksi buah stroberi Jamur abu-abu Botrytis, juga dikenal sebagai kapang kelabu adalah jamur yang menginfeksi buah stroberi matang dan hampir matang. Buah terinfeksi akan melunak dan mulai membusuk, akhirnya menjadi ditutupi dengan jamur abu-abu (Barney, 1999). Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Balitjestro (2014) buah muda yang terinfeksi menjadi busuk coklat, warna coklat menyebar lalu buah menjadi kering dan permukaannya ditutupi bubuk keabu-abuan seperti berdebu. Penyakit ini berkembang sangat pesat pada tempat penyimpanan setelah buah dipanen, dan menyebar ke buah lain yang sehat. Pada kondisi yang mendukung pertumbuhan jamur, buah dapat membusuk dalam waktung 48 jam setelah dipanen. Pengendalian penyakit kapang kelabu di lahan dengan cara membuang buah yang terinfeksi bersamaan dengan kegiatan pewiwilan dan penyiangan gulma. Tak satu pun dari varietas stroberi yang tersedia secara komersial memiliki tingkat ketahanan terhadap kapang kelabu, sehingga manajemen penyakit bergantung pada berbagai praktek manajemen budidaya, dan pengaplikasian fungisida tepat waktu. Penggunaan irigasi tetes dan mulsa plastik membantu mengurangi air tergenang pada tanaman dan mencegah buah dari tanah yang lembab (Ferrin, 2010). Gunakan baris dan jarak tanam yang direkomendasikan untuk mempercepat pengeringan daun setelah hujan dan irigasi, menghindari irigasi sprinkler jika memungkinkan, memilih buah setidaknya setiap hari dan simpan di suhu dingin dengan cepat, dan buang buah yang membusuk dari baris tanaman (Barney, 1999). Penelitian yang telah dilakukan oleh Permatasari et. al. (2008) menunjukkan pengendalian

30 biologis juga dapat dilakukan untuk mengendalikan kapang kelabu, agensia hayati terbaik dalam menekan B. cinerea in vitro dan in vivo adalah Bacillus sp. isolat stroberi lokal dengan tingkat penghambatan antagonis, zona hambatan, masa inkubasi, dan luas serangan masing-masing sebesar 68,67%, 0,74 cm, 1,5 hari, dan 1,680 cm 2. Pengamatan penyakit pada tanaman stroberi varietas Sweet Charlie dan Rosa Linda masing-masing dilakukan di 2 lokasi dengan umur tanaman yang berbeda. Stroberi varietas Sweet Charlie berada di lokasi A1 dengan umur tanaman 8 bulan dan lokasi B1 dengan umur tanaman 1 bulan, stroberi varietas Rosa Linda berada di lokasi C1 dengan umur tanaman 7 bulan dan lokasi D1 dengan umur tanaman 6 bulan. Pengamatan gejala penyakit pada tanaman dilakukan secara visual yang kemudian dihitung intensitas kejadian penyakitnya. Perhitungan kejadian IP digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh patogen terhadap tanaman stroberi di PT. Kusuma Agrowisata. Hasil perhitungan IP disajikan dalam Tabel 3: Tabel 3. Persentase survey perhitungan intensitas penyakit (IP) pada stroberi varietas Sweet Charlie umur 8 dan 1 bulan, dan stroberi varietas Rosa Linda umur 7 dan 6 bulan Umur IP (%) Lokasi Tanaman Embun Antraknosa (bulan) Tepung Hawar Daun A1 8 0 41 59 B1 1 0 0 26 C1 7 50 14 36 D1 6 84 16 0 Berdasar pada hasil perhitungan IP, kejadian penyakit antraknosa tertinggi yang disebabkan oleh C.acutatum ditemukan pada tanaman stroberi varietas Rosa Linda berumur 6 bulan di lokasi D1 dengan nilai IP sebesar 84%, dan lokasi C1 sebesar 50%. Lokasi C1 dan D1 yang berdekatan memungkinkan penyebaran antraknosa dapat berlangsung dengan cepat, sedangkan pada varietas Sweet Charlie yang berada di lokasi A1 dan B1 tidak ditemukan tanaman yang memiliki gejala terserang antraknosa dikarenakan varietas Sweet Charlie tahan terhadap penyakit antraknosa (Chandler et al., 2009).

31 Nilai IP penyakit embun tepung yang menginfeksi tanaman stroberi di lokasi pengamatan A1 sebesar 40%, lokasi B1 0%, lokasi C1 sebesar 14%, dan lokasi D1 sebesar 16%. Di lokasi B1 tidak ditemui gejala embun tepung dikarenakan kondisi tanaman masih baru sehingga gejala penyakit ini belum bisa dilihat secara visual, sedangkan di lokasi A1, C1, dan D1 ditemukan penyakit embun tepung karena penyiraman menggunakan sprinkler menimbulkan percikanpercikan air yang memudahkan penyebaran penyakit ini. Kondisi tanaman yang rimbun juga mendukung penyebaran penyakit, karena tanaman yang rimbun menyebabkan kondisi pertanaman hangat dan lembab yang mendukung bagi penyakit embun tepung untuk menginfeksi tanaman stroberi. Nilai IP hawar daun tertinggi berada di lokasi A1 sebesar 59%, C1 sebesar 36%, B1 sebesar 26% dan di lokasi D1 tidak ditemukan tanaman yang terinfeksi penyakit hawar daun. Penggunaan bahan tanam di lokasi kebun stroberi PT. Kusuma Agrowisata tidak memperhatikan kondisi tanaman induk, sehingga bahan tanam yang digunakan di lokasi A1, B1, dan C1 dimungkinkan menggunakan bahan tanam yang telah terinfeksi oleh penyakit hawar daun sebelumnya sehingga nilai IP hawar daun di lokasi A1, B1, dan C1 lebih tinggi daripada lokasi D1. 4.4 Pengendalian Upaya penanggulangan penyakit tanaman stroberi yang telah dilakukan oleh PT. Kusuma Agrowisata jika dilihat secara keseluruhan belum dilakukan secara optimal, terbukti dengan belum dilakukan pengendalian terhadap penyakit kapang kelabu, hawar daun, dan antraknosa. Kegiatan penyemprotan dengan fungisida juga dilakukan hanya dengan sistem kalender yang telah dijadwalkan tanpa memonitoring penyakit dari awal pemilihan bahan tanam sampai panen. Selain itu kegiatan penyemprotan tidak hanya dilakukan di pagi hari sehingg pengaplikasian fungisida antar blok tidak merata. Saat produksi stroberi dibatasi oleh hama dan penyakit tanaman, pemahaman tentang faktor-faktor yang terlibat didalamnya dapat menjadi manajemen budidaya dan pengendalian yang efektif. Perkembangan penyakit dan kerusakan karena serangga sangat tergantung pada karakteristik dan kondisi tanaman (inang), populasi patogen atau hama, dan lingkungan. Karakteristik inang

32 yang mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit dan hama termasuk fisiologi, dan varietas (genetika). Agresivitas atau virulensi, kelimpahan, dan fisiologi adalah karakteristik dari populasi hama atau patogen yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyebabkan penyakit atau kerusakan. Pada saat yang sama, kondisi lingkungan abiotik seperti suhu, kelembaban, cahaya, dan kimia tanah dapat mempengaruhi hubungan antara inang dan hama atau patogen, dan dapat menimbulkan atau mencegah penyakit. Selain itu, kehadiran, kelimpahan dan aktivitas musuh alami dapat memainkan peran penting dalam menentukan status OPT. Untuk berhasil meminimalkan penyakit dan kerusakan akibat patogen atau hama, semua aspek yang relevan dari inang, patogen atau hama, dan lingkungan harus dikelola dalam jangka waktu tertentu. Meskipun hama dan patogen tanaman sangat berbeda dalam biologi, hama dan patogen sering memiliki cukup kesamaan dalam strategi dan sejarah hidup sehingga sangat memungkinkan manajemen akan sukses di bawah sekumpulan prinsip-prinsip yang mendasar. Prinsip-prinsip ini meliputi penghindaran (eksklusi), pemberantasan (eradikasi), dan perlindungan (proteksi), yang didefinisikan sebagai berikut (Carrol et al., 2015): 1. Eksklusi: prinsip ini berfokus pada pencegahan dan meminimalkan faktorfaktor yang mendukung perkembangan hama dan patogen. Beberapa praktek yang mengecualikan atau membatasi patogen dan kehadiran hama meliputi: membuat lokasi tanam dengan drainase tanah yang baik, dan lokasi tanam dengan drainase udara yang baik. Membuat sirkulasi udara lancar dengan cara mencabut tanaman mati atau layu, dan mengurangi gulma; praktek ini memungkinkan buah dan daun di lokasi tanam dapat kering lebih cepat. penggunaan bahan tanam bebas hama dan penyakit. mencegah percikan hujan dan penyebaran partikel tanah dengan menerapkan lapisan mulsa yang tebal di bawah dan di sekitar tanaman. melakukan praktek manajemen gulma, gulma dapat menjadi tuan rumah untuk patogen dan arthropoda menguntungkan. menghindari penanaman stroberi dekat dengan tanaman lain atau habitat yang menjadi inang patogen penyakit dan/atau hama.

33 2. Eradikasi: prinsip ini berkaitan dengan membasmi populasi patogen atau hama. Praktik-praktik ini meliputi: melakukan kegiatan sanitasi penanaman, pencabutan bahan tanam yang terinfeksi termasuk buah masak, sampah dedaunan, dan tanaman untuk membasmi patogen dan hama. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara pembakaran, mengubur, dan pengomposan. memanfaatkan beberapa alternatif kontrol biologis yang tersedia untuk penekanan, akan tetapi saat ini belum ada taktik pengendalian biologis terpercaya yang telah dikembangkan untuk penyakit stroberi meskipun biopestisida telah tersedia. 3. Proteksi: prinsip ini didasarkan pada perlindungan tanaman dari infeksi patogen dan kerusakan hama. Praktek yang melindungi tanaman dengan faktor meminimalkan infeksi dan kerusakan meliputi: penanaman varietas stroberi yang tahan penyakit atau kurang rentan terhadap penyakit. menghindari pemupukan nitrogen berlebihan karena banyak patogen, serangga dan tungau berkembang pada jaringan sukulen. menjauhkan buah dari tanah dengan menggunakan mulsa di bawah dan di sekitar tanaman. melakukan kegiatan pemanenan buah segera dan menyimpan buah di suhu rendah untuk melindungi dari busuk buah dan infestasi serangga pada buah yang masak. pengaplikasian fungisida, insektisida, atau mitisida dapat melindungi jaringan rentan dari penyakit dan kerusakan akibat serangga.

34 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian tentang hasil kegiatan magang kerja di PT. Kusuma Agrowisata, Kota Batu Jawa Timur dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan budidaya stroberi yang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata belum memenuhi persyaratan budidaya yang baik dilihat dari tidak maksimalnya kegiatan pemilihan bibit yang sehat dan bebas dari hama dan penyakit, sehingga setiap periode tanam selanjutnya selalu muncul penyakit yang sama dengan periode tanam sebelumnya. 2. Pengendalian hama dan penyakit tanaman stroberi yang dilakukan di PT. Kusuma Agrowisata dilakukan dengan 2 cara yaitu secara mekanik dengan membuang bagian tanaman atau buah yang sakit, dan secara kimia menggunakan pestisida sintetis berbahan aktif Fenarimol untuk mengendalikan penyakit embun tepung yang dilakukan secara terjadwal tanpa dilakukan kegiatan monitoring. 3. Berdasar hasil wawancara, di PT. Kusuma Agrowisata belum pernah dilakukan pengamatan mengenai pengaruh penyakit terhadap hasil produksi stroberi sehingga pengendalian penyakit belum dilakukan secara maksimal. 4. Berdasar hasil pengamatan ditemukan 4 jenis penyakit pada tanaman stroberi yaitu antraknosa, embun tepung, hawar daun, dan kapang kelabu. 5.2 Saran Berdasar pada hasil pengamatan dan kesimpulan yang didapat selama magang di PT. Kusuma Agrowisata, saran untuk kegiatan pengendalian penyakit stroberi sebagai berikut: 1. Kegiatan peremajaan tanaman stroberi untuk dijadikan bibit harus diperhatikan untuk menghindari bibit yang berasal dari tanaman sakit. 2. Penggunaan varietas tahan lebih diutamakan. 3. Kebersihan alat kebun harus diperhatikan untuk menghindari penularan penyakit antar blok. 4. Setelah melakukan kegiatan pemupukan ataupun pemberian pestisida cair hendaknya jangan melakukan kegiatan penyiraman menggunakan sprinkler

35 atau penyiraman menggunakan selang karena pupuk atau pestisida akan hilang terbawa oleh aliran air, sehingga tanaman tidak dapat menyerap pupuk atau pestisida tidak berfungsi dengan maksimal. 5. Sebaiknya kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan pagi hari karena suhu udara di siang hari mempercepat penguapan pestisida. 6. Perlu diadakan kegiatan monitoring hama dan penyakit agar dapat menentukan ambang ekonomi yang selanjutnya dapat menjadi dasar dalam melakukan kegiatan pengelolaan hama dan penyakit di kebun stroberi.

36 DAFTAR PUSTAKA Ariyanti, E. L., Jahuddin, R., dan Yunus, M. 2012. Potensi Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Iiin) Sebagai Biofungisida Penyakit Busuk Buah Stroberi (Colletotrichum fragariae Brooks) Secara In-Vitro. J. Agroteknos 2(3): 174-179. Ashari, S. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta. Babadoost, M. 1996. Strawberry Leaf Diseases. Champaign: University of Illinois. Balitjestro. 2014. Identifikasi Hama dan Penyakit Stroberi (Fragaria x ananassa). Balitjestro (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika): http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/identifikasi-hama-dan-penyakitstroberi-fragaria-x-ananassa/. Diakses pada tanggal 26 Juni 2015. Barney, D. L. 1999. Growing Strawberries. Moscow: University of Idaho. Budiman, S., dan Saraswati, D. 2005. Berkebun Stroberi Secara Komersil. Lembang: Niaga Swadaya. Carroll, J., Pritts, M. P., dan Heidenreich, C. 2015. Production Guide for Organic Strawberries. Ithaca, NY: New York State Integrated Pest Management Program. Chandler, C. K., Albregts, E. E., Howard, C. M., dan Brecht, J. K. 2009. 'Sweet Charlie' Strawberry. HS820, University of Florida. Chandler, C. K., Legard, D. E., dan Sims, C. A. 2001. 'Rosa Linda' Strawberry. J.HS821:1-2. Darrow, G. M. 1966. The Strawberry: History, Breeding and Physiology (Edisi Pertama). Chicago: The New England Institute for Medical Research. Ellis, M. A. 2008. Strawberry Leaf Diseases. Fact Sheet Agriculture and Natural Resources:1-2. Elmhirst, J. 2005. Crop Profile for Strawberry in Canada. Ottawa, Canada: Agriculture and Agri-Food Canada. Ferrin, D. M. 2010. Botrytis Fruit Rot (Gray Mold) of Strawberries. Disease Identification and Management Series 3179:1-2. Gubler, W. D., Feliciano, A. J., dan Su, H. 2014. Guide for Identification of Important Diseases in Strawberry in California. Department Plant Pathology of The University of California Davis: plantpathology.ucdavis.edu/files/146651.pdf. Diakses pada 2 November 2015.

37 Ivanovic, M. S., Duduk, B. B., Ivanovic, M. M., dan Ivanovic, M. S. 2007. Antracnose-A New Strawberry Disease in Serbia and Its Control by Fungicides. Serbia: Matica Srpska Novi Sad. Ni'matillah, Z. A., Ashari, H., Soelistyono, R., dan Herlina, N. 2014. Pengaruh Macam Bahan Tanam Pada Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Stroberi (Fragaria sp.). J. Produksi Tanaman 2(2):162-171. Peres, N. A., dan Mertely, J. C. 2013. Powdery Mildew of Strawberries. Plant Pathology 208. Permatasari, I., Soesanto, L., dan Wachjadi, M. 2008. Pengaruh Macam dan Waktu Aplikasi Agensia Hayati Terhadap Penyakit Kapang Kelabu pada Stroberi Lepas Panen. J. Pembangunan Pedesaan 7:193-203. Prihatman, K. 2000. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Tekologi. http://www.ristek.go.id/stroberi. Diakses pada 10 Juni 2015. Rahmatia, D., dan Pitriana, P. 2007. Bercocok Tanam Stroberi. Jakarta: PT. Sinar Wadja Lestari. Rukmana, R. 1998. Stroberi, Budi Daya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Sastrahidayat, I. 2013. Penilaian Kehilangan Hasil. Modul Epidemiologi Penyakit Tumbuhan S1. Malang: Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Siagian, D. N. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Stroberi (Fragaria chilonensis L.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda (Tesis). Medan: Universitas Sumatera Utara. Sitepu, H. G. 2007. Mikropropagasi Tunas Stroberi (Fragaria sp.) dengan Pemberian NAA dan BAP pada Media MS. Medan: Universitas Sumatera Utara. Ulio, L., dan Macarthur, E. 2004. Strawberry Disease Control Guide. (Edisi Dignand.) J. Agfact 3(3.1):1-8. Ullio, L. 2009. Common Diseases of Strawberries. J. Primefact 892: 1-5. Vidiana, H. 2012. Keanekaragaman Kapang Penyebab Penyakit Tanaman Stroberi (Fragaria holland Newton) pada Sistem Pengelolaan Tanah di Padukuhan Soka Binangun, Desa Merdikorejo, Kec. Tempel, Kab. Sleman Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Wharton, P. S., dan Uribeondo, J. D. 2004. The Biology of Colletotrichum acutatum. Anales del Jardín Botánico de Madrid 61(1):1-22. Zaimah, F., Prihastanti, E., dan Haryanti, S. 2013. Pengaruh Waktu Pemotongan Stolon Terhadap Pertumbuhan Tanaman Strawberry (Fragaria vesca L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi 21(2):9-20.

38 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta lokasi magang kerja PT. Kusuma Agrowisata

Lampiran 2. Denah lokasi kebun PT. Kusuma Agrowisata 39

40 Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Magang Kerja di PT. Kusuma Agrowisata No Waktu Kegiatan Juli 1 Minggu IV Breafing awal, orientasi umum tentang kegiatan di seluruh lahan milik PT. Kusuma Agrowisata 2 Minggu I Praktek kerja, dan pengumpulan data Agustus 3 Minggu I Praktek kerja, dan pengumpulan data 4 Minggu II Praktek kerja, dan pengumpulan data, monitoring, dan evaluasi 5 Minggu III Praktek kerja, dan pengumpulan data 6 Minggu IV Praktek kerja, dan pengumpulan data September 7 Minggu I Praktek kerja, dan pengumpulan data 8 Minggu II Praktek kerja, dan pengumpulan data, monitoring, dan evaluasi 9 Minggu III Praktek kerja, dan pengumpulan data 10 Minggu IV Praktek kerja, dan pengumpulan data Oktober 11 Minggu I Praktek kerja, dan pengumpulan data 12 Minggu II Praktek kerja, dan pengumpulan data, monitoring, dan evaluasi 13 Minggu III Penyusunan laporan Keterangan: Jam kerja pada kantor pukul 08.00 16.00, dan jam kerja lahan pukul 06.00 14.00.

41 Lampiran 4. Agenda Kegiatan Magng Kerja di Kebun Stroberi PT. Kusuma Agrowisata No. Hari/Tgl Waktu Kegiatan 1 Selasa, 28 Juli 2015 2 Rabu, 29 Juli 2015 3 Kamis, 30 Juli 2015 4 Jumat, 31 Juli 2015 5 Sabtu, 1 Agustus 2015 6 Senin, 3 Agustus 2015 7 Selasa, 4 Agustus 2015 8 Rabu, 5 Agustus 2015 9 Kamis, 6 Agustus 2015 10 Jumat, 7 Agustus 2015 11 Sabtu, 8 Agustus 2015 12 Senin, 10 Agustus 2015 13 Selasa, 11 Agustus 2015 14 Rabu, 12 Agustus 2015 8.00-16.00 Kegiatan perawatan tanaman stroberi: pemupukan dan pewiwilan Kegiatan perawatan tanaman tomat cherry: pewiwilan Pembongkaran tanaman stroberi Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan) Pemupukan dan pewiwilan tanaman stroberi Pembongkaran tanaman stroberi Perwatan dan persiapan media tanam di polibag kecil Pembongkaran tanaman stroberi Perwatan dan persiapan media tanam di polibag kecil Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Pemupukan tanaman stroberi Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Panen buah stroberi Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam 15 Kamis, 13 Agustus 2015 Panen buah stroberi 16 Jumat, 14 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 17 Sabtu, 15 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 18 Senin, 17 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 19 Selasa, 18 Agustus 2015 Pemeliharaan tanaman stroberi (aplikasi pestisida) 20 Rabu, 19 Agustus 2015 Pemeliharaan tanaman stroberi (aplikasi pestisida) 21 Kamis, 20 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan

42 dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam 22 Jumat, 21 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam 23 Sabtu, 22 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam 24 Senin, 24 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam 25 Selasa, 25 Agustus 2015 Panen buah stroberi Persiapan bibit stroberi 26 Rabu, 26 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 27 Kamis, 27 Agustus 2015 Panen buah stroberi Kunjungan dosen HPT ke lokasi magang kerja 28 Jumat, 28 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 29 Sabtu, 29 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 30 Senin, 31 Agustus 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 31 Selasa, 1 September 2015 Panen buah stroberi Persiapan bibit dan media tanam 32 Rabu, 2 September 2015 Ijin (Sakit) 33 Kamis, 3 September 2015 Ijin (Sakit) 34 Jumat, 4 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 35 Sabtu, 5 September 205 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 36 Senin, 7 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pemupukan, pewiwilan dan penyiangan gulma) 37 Selasa, 8 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 38 Rabu, 9 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 39 Kamis, 10 September 2015 Persiapan bibit tanaman stroberi 40 Jumat, 11 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 41 Sabtu, 12 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) 42 Senin, 14 September 2015 Pemupukan tanaman stroberi Panen buah stroberi 43 Selasa, 15 September 2015 Panen buah stroberi 44 Rabu, 16 September 2015 Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan

43 45 Kamis, 17 September 2015 46 Jumat, 18 September 2015 47 Sabtu, 19 September 2015 48 Senin, 21 September 2015 49 Selasa, 22 September 2015 50 Rabu, 23 September 2015 51 Kamis, 24 September 2015 52 Jumat, 25 September 2015 53 Sabtu, 26 September 2015 54 Senin, 28 September 2015 55 Selasa, 29 September 2015 56 Rabu, 30 September 2015 57 Kamis, 1 Oktober 2015 58 Jumat, 2 Oktober 2015 59 Sabtu, 3 Oktober 2015 60 Senin, 5 Oktober 2015 61 Selasa, 6 Oktober 2015 62 Rabu, 7 Oktober 2015 63 Kamis, 8 Oktober 2015 64 Jumat, 9 Oktober 2015 65 Sabtu, 10 Oktober 2015 66 Senin, 12 Oktober 2015 6.00-16.00 6.00-16.00 6.00-16.00 6.00-16.00 dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Pemupukan tanaman stroberi Panen buah stroberi Persiapan tanaman baru untuk ditanam Panen buah stroberi Pemeliharaan tanaman stroberi (aplikasi pestisida) Pemeliharaan tanaman stroberi (aplikasi pestisida) Libur Idul Adha Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Panen buah stroberi Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam Panen buah stroberi Panen buah stroberi Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit dan media tanam Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit tanaman stroberi Pemberian insektisida Persiapan bibit stroberi

44 67 Selasa, 13 Oktober 2015 68 Rabu, 14 Oktober 2015 69 Kamis, 15 Oktober 2015 Diskusi mengenai hamadanpenyakit di kebun stroberi Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Perawatan tanaman stroberi (pewiwilan dan penyiangan gulma) Persiapan bibit tanaman stroberi

45 Lampiran 5. Tabel Deskripsi Stroberi Varietas Sweet Charlie dan Rosa Linda Daun Buah Sweet Charlie Tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang Tangkai daun berbentuk bulat Permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus Helai daun bersusun tiga (trifoliate) Bagian daun bergerigi, berwarna hijau dan berstruktur tipis Bentuk daun lonjong dan tidak panjang Warna buah matang jingga hingga merah Aromanya tergolong kuat Ukuran buahnya tidak begitu besar (10 15 mm) Bobot per buah 10 15 gram Rasanya manis Rosa Linda Tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang Tangkai daun berbentuk bulat Permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus Helai daun bersusun tiga (trifoliate) Bagian daun bergerigi, berwarna hijau dan berstruktur tipis Bentuk daun bulat dan tidak lebar Warna buah matang merah menyala Aromanya tergolong kuat Ukuran buahnya tidak begitu besar (10 15 mm) Bobot per buah 10 15 gram Rasanya agak asam s Dokumentasi Sumber: Siagian (2011), Chandler et al. (2009), dan Chandler et al. (2001)

46 Lampiran 6. Identitas Mahasiswa Nama : Yulinda Nurilia Tempat, tanggal lahir : Blitar, 31 Juli 1994 Nomor Induk Mahasiswa : 125040201111041 Fakultas Jurusan Minat Laboratorium Alamat Asal : Pertanian : Hama dan Penyakit Tumbuhan : Pengendalian penyakit tanaman : Jl. Mentawai No.11, Sananwetan, Kota Blitar Telp/Hp : 085646597988 E-mail : yulindanurilia31@gmail.com Pendidikan Formal : No. Nama Sekolah Kota Tahun Masuk Tahun Lulus 1 SDN Sananwetan 1 Blitar 2000 2006 2 SMPN 3 Blitar 2006 2009 3 SMA Muhammadiyah 1 Blitar 2009 2012 4 Universitas Brawijaya Malang 2012 Sekarang