BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar

dokumen-dokumen yang mirip
NADZIFAH ROSE AHADY FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran. dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Posisi strategis ini dapat tercapai apabila pendidikan. yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan tingkah laku dikenal dengan istilah-istilah lain seperti Conduct

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. terperinci serta dapat mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebaik mungkin. Keberhasilan sebuah perusahaan atau organisasi tidak hanya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar ini tentu sangat memengaruhi hasil belajar. Salah satu proses belajar di kelas adalah diperlukannya motivasi belajar itu sendiri. Telah dipahami bahwa motivasi merupakan pendorong bagi setiap individu untuk berperilaku. Perilaku belajar pada manusia muncul tidak terlepas dari adanya motivasi yang ada di dalam dirinya. Motivasi merupakan bagian dari aspek psikologi dalam diri individu yang membangkitkan, memunculkan, dan menjaga suatu perilaku. Pada dasarnya pembahasan tentang motivasi belajar adalah usaha untuk memahami bagaimana dan mengapa siswa memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas belajar dan bagaimana kesungguhan usaha-usaha mereka dalam mancapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa dapat berasal dari faktor eksternal dan internal. Para 1

2 ahli pendidikan dan psikologi menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku manusia baik melalui latihan maupun pengalaman. Pengertian tersebut, tersirat bahwa ada motif yang mendorong manusia untuk belajar, sehingga seseorang mau melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang (latihan) untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu perubahan perilaku (baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik). Motivasi dapat diibaratkan sebagai sumber energi bagi setiap orang untuk mencapai tujuannya dalam belajar. Apabila motivasi yang kuat, maka seseorang akan bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segala perhatiannya untuk mencapai tujuan belajarnya. Proses belajar mengajar di kelas selalu menuntut adanya motivasi dalam diri setiap siswa. Keberadaan motivasi dalam proses belajar merupakan faktor penting yang akan memengaruhi seluruh aspek-aspek belajar dan pembelajaran. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan minatnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar, merasakan keberhasilam diri, mempunyai usaha-usaha untuk sukses, dan memiliki strategi-strategi kognitif dan efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya. Kegiatan atau cara untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Salah satu penyebab sulitnya menumbuhkan motivasi belajar pada siswa ialah minimnya

3 kepedulian guru dan orang tua. Terlebih lagi remaja, remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyono, 2004). Pada masa remaja ini masih sangat perlu bimbingan dan kepedulian dari orang tua maupun guru tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan agar dapat meningkatkan moivasi belajar pada siswa tersebut. Guru dan orang tua pun harus bekerja sama dan turut andil dalam hal ini. Siegel (dalam, Ristianti 2008) mengemukakan, dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang menunjukan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Hal senada dikemukakan oleh Thoits (dalam Rutter, 1993) yang menyatakan bahwa, dukungan sosial adalah derajat dimana kebutuhan dasar individu akan afeksi, persetujuan, kepemilikan dan keamanan didapat melalui interaksi dengan orang lain. Selain itu menurut Sarafino, 1994 (dalam, Safitri, 2011) yang mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional (signification others) seperti: keluarga, teman dekat, atau rekan. Hubungan dengan kalangan non-profesional atau significant others merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial.

4 Dari pendapat tokoh di atas dapat dikatakan dukungan sosial yang baik akan memengaruhi segala sesuatu yang akan dilakukan oleh seseorang. Siswa yang sedang menempuh di bangku sekolah juga memerlukan dukungan sosial. Banyak sekali contoh bahwa siswa yang prestasinya rendah itu diikuti oleh motivasi belajar yang rendah pula. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Setyorini yang berjudul Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa Sd Sidorejo Lor 1 Salatiga mempunyai hasil yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan motivasi belajar. Remaja yang baik juga berasal dari keluarga yang baik pula. Akan terlihat dari cara mendidik anaknya. Karena keluarga merupakan lingkungan utama yang akan memengaruhi perkembangan anak. Selain lingkungan keluarga, lingkungan di dalam sekolah juga dapat memberikan dukungan bagi siswa dalam meingkatkan motivasi belajrnya. Seperti contoh, guru dapat membantu siswa untuk memotivasi belajar siswanya sehingga prestasi belajarnya pun meningkat, dan ketika siswa ada kesulitan dalam belajar guru pun dapat membantu siswa tersebut. Tugas dan lingkungan yang tidak mendukung juga bisa menjadi sumber permasalahan bagi siswa dan itu menimbulkan kurangnya motivasi dalam belajar siswa. Hal ini juga membuat siswa jadi malas untuk berangkat ke sekolah.

5 Pada kalangan remaja, teman sebaya juga memengaruhi perkembangan seorang remaja. Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Dalam perkembangan belajar, teman sebaya juga memengaruhi prestasi dalam belajarnya. Tetapi adakalanya jika pengaruh kelompok teman sebayanya itu negatif maka itupun juga berpengaruh. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukungan satu sama lain (Cairns, R.B, & Neckerman) (dalam, Ristiani) Ketika tidak adanya dukungan sosial untuk siswa tersebut maka otomatis motivasi belajarnya pun menjadi rendah. Akan tetapi mereka yang bertempat tinggal di rumah juga pasti membutuhkan dukungan dari orang tuanya. Hasil data yang ditemukan, pada sekolah SMP Islam Almaarif 01 Singosari ini siswa yang belajar disana bukan hanya dari kalangan siswa yang bertempat tinggal bersama orang tuanya, akan tetapi sebagian besar ada siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren,

6 karena memang kota Singosari terkenal dengan sebutan kota pesantren. Jika siswa yang bertempat tinggal bersama orang tuanya mendapatkan dukungan dari orang tuanya, berbeda lagi dengan siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren, yang setiap harinya bertemu dengan temannya. Di pondok pesantren setiap hari siswa juga di hadapkan dengan serentetan kegiatan yang ada. Tidak terlepas siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren mempunyai dua kewajiban belajar, yang pertama adalah kewajiban belajar di sekolah dan yang kedua adalah kewajiaban belajar di pondok pesantren. Itu pun juga berlaku bagi tanggung jawab masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren hampir jarang bertemu dengan orang tuanya kecuali libur semester di sekolah ataupun hari berkunjung. Dari sini, minim sekali dukungan dari orang tua untuk memotivasi anaknya untuk giat belajar. Yang ada adalah teman sebaya yang mereka temui sehari-harinya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada guru BK dan beberapa siswa menyatakan bahwa, siswa SMP Islam Almaarif 01 Singosari ini sebenarnya untuk motivasi belajar belum cukup tinggi, tidak hanya siswa yang berdomisili di pondok pesantresn, siswa yang bertempat tinggal di singosari dan intensitasnya lebih banyak untuk bertemu orang tua pun juga belum cukup tinggi. Faktor yang mempengaruhi salah

7 satunya juga adalah dukungan sosial. Jika siswa yang intensitas bertemu dengan orang tua tinggi kemudian tingkat motivasi belajar juga belum tinggi, lalu bagaimana dengan siswa yang juga seorang santri dimana mereka intensitas bertemu dengan orang tua sedikit. Dan didukung oleh intensitas bertemu dengan teman sebaya dalam kesehariannya. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas ada beberapa hal yang mampu meningkatkan motivasi belajar pada remaja. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Islam Almaarif 01 Singosari Malang. Dari uraian diatas, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari Malang yang berdomisili di pondok pesantren B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat dukungan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari Malang yang berdomisili di pondok pesantren? 2. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif 01 Singosari Malang yang berdomisili di pondok pesantren? 3. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif Singosari yang berdomisili di pondok pesantren?

8 C. Tujuan masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tingkat dukungan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif Singosari 01 Malang yang berdomisili di pondok pesantren. 2. Tingkat motivasi belajar siswa pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif Singosari 01 Malang yang berdomisili di pondok pesantren? 3. Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP Islam Almaarif Singosari 01 yang berdomisili di pondok pesantren? D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait baik secara praktis maupun teoritik yang meliputi: 1. Manfaat Praktis a. Bagi guru-guru semoga menjadi umpan balik dalam rangka memahami diri dan lingkungan pesantren dan memainkan perannya agar lebih bisa mengembangkan dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. b. Bagi lingkungan sekolah seperti teman sebaya pun bisa menjadi umpan balik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa itu sendiri

9 2. Manfaat teoritik Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan keilmuan bagi pihak terkait sekaligus sebagai bahan telaah bagi penelitian selanjutnya.