PEMANFAATAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus chempeden) DAN TEPUNG BIJI DURIAN ( Durio zibethinus murr ) DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

PEMANFAATAN TEPUNG BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DALAM PEMBUATAN BOLU TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZINYA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA.

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK (Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENGARUH PENGGUNAAN TEMPE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ISIAN BURGER TERHADAP KOMPOSISI ZAT GIZI DAN DAYA TERIMANYA

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

ANALISIS ZAT GIZI DAN UJI DAYA TERIMA FLAKES DARI TEPUNG PISANG BARANGAN MENTAH DAN TEPUNG TALAS

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

Citra Chairannisa 1, Albiner Siagian 2, Ernawati Nasution 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) TERHADAP CITA RASA MI BASAH SKRIPSI. Oleh : NURFATIMAH DALIMUNTHE NIM.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

DAYA TERIMA BROWNIES TEPUNG BIJI KECIPIR DAN KANDUNGAN GIZINYA. Alumni Program Sarjana IKM FKM USU, Medan. Staf Pengajar IKM FKM USU, Medan ABSTRACT

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

Transkripsi:

PEMANFAATAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus chempeden) DAN TEPUNG BIJI DURIAN ( Durio zibethinus murr ) DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN Epi Susianti 1, Jumirah 2, Etti Sudaryati 2 1 Alumni Mahasiswa Program Sarjana Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2 Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Email : susianti_epi@yahoo.co.id ABSTRACT Cempedak and durian seeds flour are the kind of seeds that are less utilized as a product of the food industry. Cempedak and durian seeds flour can be processed into various food product which can give contribute nutrient for schoolchildren. One of the product is fish meatball. This study aims to determine organoleptic and nutritional of modified fish meatball with cempedak and durian seed s flour. This experimental design was completely randomized design with of two factors are cempedak and durian seeds flour with composition of 35%:5%, 30%:10% and 25%:15%. Organoleptic test of modified fish meatball was given to thirthy panelist of students of state elementary school 064985 grade VI and then, nutrient analyzed was tested in laboratory of industrial research and standarization Agency Medan. Analyzed was done descriptively. The results showed that organoleptic test of modified fish meatball with cempedak and durian seeds flour was generally preferred. Of the third fates,it turns out fish meatball modified comparison 30%: 10% get the highest point and contain protein for the highest. In making fish meatball, it was recommended if the comparison between cempedak and durian seeds flour are 30% and 10%. It is need to give information and socialization about cempedak and durian seeds flour and durian so that can be made, received and used to be additional food of students. Keyword: fish meatball. cempedak seeds flour, durian seeds flour, organoleptic test, elemantary school. PENDAHULUAN Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun pada umumnya menyukai jajanan. Makanan jajanan yang di jual di sekolah tidak semuanya memiliki nilai gizi yang baik. Oleh karena itu, perlu kita mengenalkan makanan jajanan yang mengandung gizi, bersih, dan aman dikonsumsi sehingga memberi pengaruh yang menguntungkan bagi anak sekolah. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu.

Zat gizi yang diperoleh dari makanan merupakan komponen penting bagi kesehatan anak. Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anakanak membutuhkan zat gizi yang baik. Zat gizi yang dibutuhkankan adalah protein, energi dan komponen zat gizi lainnya. Zat gizi yang tidak terpenuhi membuat anakanak rentan terhadap kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan. Masa-masa anakanak membutuhkan 2000 kkal hingga 2100 kkal, dan protein 45-50 gram untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan maupun kelebihan, akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya (Sayogo, 2008). Salah satu faktor penting untuk kesehatan dan kecerdasan anak adalah terpenuhinya kebutuhan gizi anak. Zat gizi untuk anak pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan gizi yang dibutuhkan orang dewasa. Gizi tidak hanya tergantung pada kuantitas saja, melainkan juga pada kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak. Usia sekolah menjadi saat penting dimana pertumbuhan fisik pada anak mempunyai laju yang pesat dan lazimnya aktivitas yang mereka lakukan tinggi. Asupan gizi yang cukup akan mempengaruhi kesehatan anak, dan secara langsung akan turut membantu pertumbuhan anak. Namun, anak-anak umumnya menolak untuk mengonsumsi makanan sehat yang dapat memenuhi gizi anak sekolah yang mereka butuhkan. Mereka lebih suka mengkonsumsi makanan jajanan seperti bakso, mi instan, sirup, es, sejenis keripik, molen, sosis, dan sebagainya. Bakso merupakan makanan yang sangat populer bahkan digemari di Indonesia, dari kalangan muda hingga kalangan tua, dari golongan bawah maupun golongan atas. Hampir disetiap tempat kita dapat menjumpai para pedagang-pedagang bakso. Dari yang berjualan di kios-kios sampai pedagangpedagang yang menjajakan jualannya dengan menggunakan gerobak. Bakso dapat dibuat dari daging sapi, ayam, maupun ikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi untuk menciptakan produk pangan baru yang bernilai gizi tinggi dan layak untuk dikonsumsi. Salah satu bentuk inovasi makanan jajanan yang sehat dan bernilai gizi tinggi adalah dengan pembuatan bakso dengan modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian dengan bahan dasar ikan lele. Di Indonesia konsumsi tepung terigu juga tinggi pada masyarakat disamping konsumsi beras. Indonesia juga sudah melakukan impor tepung terigu, demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan terigu. Alasan pemerintah melakukan impor terigu karena produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan terigu masyarakat Indonesia. Biji cempedak ternyata tidak selalu harus dianggap limbah dan dibuang begitu saja. Selama ini biji cempedak dimanfaatkan hanya dengan merebus dan memakannya. Kandungan karbohidrat biji cempedak, memang lebih rendah dibanding beras. Kandungan karbohidrat 100 gr beras sebesar 78,9 gr. Jika dibandingkan, maka dua kg cempedak sebanding dengan satu kg beras, meski begitu biji cempedak dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pangan yang cukup bergizi karena masih adanya kandungan zat lain yang lebih tinggi di banding makanan penghasil karbohidrat lainnya seperti protein. Jika dibandingkan dengan berbagai jenis tanaman yang umum dipakai sebagai penghasil karbohidrat seperti beras giling, jagung rebus, dan singkong maka biji cempedak tersebut termasuk memiliki kadar zat gizi yang relatif potensial (Sumeru, 2006 ). Bagian buah durian yang lebih umum dikosumsi adalah bagian salut buah atau dagingnya. Kulit dan biji biasanya menjadi limbah yang hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak, malahan sebagian besar dibuang begitu saja. Setiap 100 gr biji durian yang dimasak mengandung 51,1 gr air, 46,2 gr

karbohidrat, 9,79 gr protein, dan 0,2 gr lemak. Kadar karbohidratnya lebih tinggi dibanding singkong (34,7 %) ataupun ubi jalar (27,9 %). Kandungan karbohidrat yang tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan pengganti sumber karbohidrat yang ada dalam bentuk tepung. Selanjutnya tepung ini bisa diproses lebih lanjut sebagai bahan baku produk-produk olahan pangan (Wahyono, 2009). Ikan lele mengadung karoten, vitamin A, protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalsium, zat besi, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, dan kaya akan asam amino. Daging ikan lele mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan untuk membantu perkembangan sel otak pada anak dibawah usia 12 tahun sekaligus memelihara sel otak. Kandungan komponen gizi ikan lele mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia baik pada anak-anak, dewasa, dan orang tua (Abbas, 2004). Manfaat ikan lele dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Kandungan asam amino esensial sangat berguna untuk tumbuh kembang tulang, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Selain itu juga ikan lele dapat menghasilkan antibody, hormon, enzim, dan pembentukan kolagen, untuk perbaikan pada jaringan tubuh. Berdasarkan survei awal yang dilakukan makanan jajanan yang biasa disukai anak Sekolah Dasar Negeri 064985 Helvetia Medan adalah bakso yang terbuat dari campuran tepung terigu dan tepung tapioka dan daging ayam dan terkadang campuran daging sapi dan kulit ayam. Menurut penjelasan penjual anak Sekolah Dasar ini lebih menyukai bakso yang terbuat dari daging tetapi penjual hanya memiliki modal sedikit untuk bisa menjual bakso tersebut, sebab itu penjual kadang memodifikasi bahan-bahan bakso tersebut agar bisa terasa enak dan disukai anak Sekolah Dasar Negeri 064985 Helvetia Medan. Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan tepung biji cempedak dan tepung biji durian dalam pembuatan bakso ikan dan daya terimanya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap. Analisis zat gizi dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan dan pelaksanaan uji daya terima dilakukan di SDN 064985 Helvetia Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Agustus-Januari 2014. Objek dalam penelitian ini adalah bakso ikan dengan modifikasi tepung biji cempedak, tepung biji durian sebesar 35%:5%, 30%:10%, 25%:15% dan masing penambahan ikan lele 60%. Panelis dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih yang diambil dari 30 orang siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 064985 Helvetia Medan yang duduk dibangku kelas VI. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara manual kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, kemudian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada masing-masing perlakuan maka digunakan analisis sidik ragam. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis organoleptik bakso ikan dengan modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian tergolong disukai dan memiliki tingkat kesukaan yang berbeda dari segi rasa, warna dan tekstur serta memiliki kandungan gizi yang berbeda. Tabel analisis organoleptik dan kandungan gizi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Uji daya terima bakso ikan Dari hasil analisis uji daya terima bakso ikan dengan modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Kriteria Rasa Analisis Organoleptik Rasa Bakso Ikan dengan Modifikasi Tepung Biji A 1 A 2 A 3 S % S % S % Suka 42 46,7 69 76,7 48 53,3 Kurang Suka 30 33,3 14 15,6 26 28,9 Tidak Suka 1 1,1 0 0 1 1,1 Total 73 81,1 83 92,3 80 83,3 Pada tabel 1, menunjukkan bakso ikan pada perlakuan A 2 memiliki skor tertinggi, sedangkan pada perlakuan A 1 memiliki skor terendah. Berdasarkan nilai persentasi hasil uji menunjukkan perlakuan A 1, A 2 maupun A 3 tergolong disukai panelis. Tabel 2. Rata-rata Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Rasa A 2 A 3 = 2,77 2,50 = 0,27 0,28 A 2 A 1 = 2,77 2,43 = 0,34 0,29 A 3 A 1 = 2,50 2,43 = 0,07 < 0,28 A 3 A 2 A 1 2,50 2,77 2,43 Jadi A 2 =A 3 Jadi A 1 A 2 Jadi A 1 = A 3 Berdasarkan hasil Uji Ganda Duncan pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa bakso ikan pada perlakuan A 2 tidak sama dengan rasa bakso ikan pada perlakuan A 1 dan rasa bakso ikan pada perlakuan A 3. Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya, senyawa tersebut harus dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terbentuk yang dikirim melalui syaraf ke pusat susunan syaraf. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih bisa dirasakan (threshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama. Akibat yang ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa (Winarno 1997). Hal ini juga yang memberikan perbedaan terhadap penilaian yang diberikan oleh panelis sehingga berbagai variasi modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian memberi perbedaan rasa bakso ikan yang dihasilkan. Tabel 3. Kriteria Warna Analisis Organoleptik Warna Bakso Ikan dengan Modifikasi Tepung Biji A 1 A 2 A 3 S % S % S % Suka 36 40 60 66,7 33 36,7 Kurang Suka 24 26,7 20 22,2 30 33,3 Tidak Suka 6 6,7 0 0 4 4,4 Total 66 73,3 80 88,9 67 74,4 Pada tabel 3, menunjukkan bakso ikan pada perlakuan A 2 memiliki skor tertinggi, sedangkan pada perlakuan A 1 memiliki skor terendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar panelis menyukai warna bakso ikan pada perlakuan A 2. Tabel 4. Rata-rata Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Warna A 2 A 3 = 2,67 2,23 = 0,44 0,29 A 2 A 1 = 2,67 2,20 = 0,47 0,31 A 3 A 1 = 2,23 2,20 = 0,03 < 0,29 A 3 A 2 A 1 2,23 2,67 2,20 Jadi A 2 A 3 Jadi A 1 A 2 Jadi A 1 = A 3 Berdasarkan hasil Uji Ganda Duncan pada tabel 4, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna bakso ikan pada perlakuan A 1 sama dengan warna bakso ikan pada perlakuan A 2. Namun warna bakso ikan pada perlakuan A 3 berbeda dengan warna bakso yang lain. Pewarnaan pada bakso ikan tepung biji cempedak dan tepung biji durian ini terjadi karena reaksi Maillard. Pemanasan menyebabkan terbukanya sisi aktif beberapa asam amino dalam protein

tepung dan terjadi reaksi dengan gula reduksi yang akan berakhir dengan terbentuknya melanoidin (berwarna coklat). Baik atau tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata. Warna coklat yang terbentuk pada bakso ikan tepung biji cempedak dan tepung biji durian disebabkan karena reaksi pencoklatan nonenzimatis atau reaksi maillard. Menurut Winarno (1997) bahwa reaksi maillard dari group asam amino lisin terjadi dengan kehadiran gula reduksi seperti glukosa yang menghasilkan ikatan protein e-n-de- Soxyfructocyl-1-lysine yang menghasilkan warna coklat. perlakuan A 3 berbeda dengan warna bakso yang lain. Menurut Winarno (1997), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan memengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat memengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau, dan cita rasa semakin berkurang. 2. Kandungan zat gizi bakso ikan Dari hasil analisis kandungan zat gizi bakso ikan dengan modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Analisis Organoleptik Tekstur Bakso Ikandengan Modifikasi Tepung Biji Tabel 7. Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Bakso Ikan dengan Modifikasi Tepung Biji Kriteria Tekstur A 1 A 2 A 3 S % S % S % Suka 18 20 48 53,3 27 30 Kurang Suka 44 48,9 28 31,1 38 42,2 Tidak Suka 2 2.2 0 0 2 2,2 Total 64 71,1 83 84,4 67 74,4 Zat Gizi A 1 A 2 A 3 Karbohidrat (gr) 36,9 29,09 37,39 Protein (gr) 6,75 8,83 1,50 Lemak (gr) 0,81 0,70 1,11 Abu (gr) 0,78 1,76 1,74 Air (gr) 54,76 60,15 58,26 Pada tabel 5, menunjukkan bakso ikan perlakuan A 2 memiliki skor tertinggi dengan tingkat kesukaan adalah suka, sedangkan pada perlakuan A 1 memiliki skor terendah dengan tingkat kesukaan kurang suka. Hal ini menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur bakso ikan pada perlakuan A 2. Tabel 6. Hasil Uji Ganda Duncan Terhadap Tekstur Rata-rata A 2 A 3 = 2,53 2,23 = 0,3 0,25 A 2 A 1 = 2,53 2,13 = 0,4 0,27 A 3 A 1 = 2,23 2,13 = 0,1 < 0 A 3 A 2 A 1 2,23 2,53 2,13 Jadi A 2 A 3 Jadi A 1 A 2 Jadi A 1 = A 3 Berdasarkan hasil Uji Ganda Duncan pada tabel 6, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur bakso ikan pada perlakuan A 1 sama dengan tekstur bakso ikan pada perlakuan A 2. Namun tekstur bakso ikan pada Pada tabel 7, menunjukkan bakso ikan pada perlakuan A 1, A 2 dan A 3 dalam tiap 100 gram ( 10 butir bakso ikan) memberikan sumbangan karbohidrat masing-masing sebesar 36,6 gram, 29,09 gram dan 37,39 gram. Angka kebutuhan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak usia sekolah 7-12 tahun yaitu karbohidrat sebesar 2000-2100 kkal per orang per hari. Makanan tambahan setidaknya mampu menyediakan 50%-65%dari total kebutuhan karbohidrat yaitu sekitar 1000kkal per orang per hari (Almatsier, 2005). Dari hasil analisis jumlah energi yang terkandung dalam masing-masing perlakuan A 1 sebesar 146,6 kkal, A 2 sebesar 116,36 kkal, A 3 sebesar 149,6 kkal. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam tiap 100 gram bakso ikan pada perlakuan A 1, A 2, dan A 3 mampu menyediakan karbohidrat 14% - 18% dari total kebutuhan karbohidrat. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat

perlu dimodifikasikan dengan bahan pangan lain seperti penambahan mie pada bakso ikan tersebut. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi manusia. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Sebagian karbohidrat didalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi didalam jaringan lemak. Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida, penghemat protein, apabila karbohidrat tidak memenuhi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai pembangun. Sebaliknya bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun (Kosyadi, 1985). Bakso ikan pada perlakuan A 1, A 2 dan A 3 dalam tiap 100 gram ( 10 butir bakso ikan) memberikan sumbangan protein masing-masing sebesar 6,75 gram, 8,83 gram dan 1,50 gram. Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), angka kebutuhan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak usia sekolah 7-12 tahun yaitu protein sebesar 45-50 gram per orang per hari atau setidaknya mampu menyediakan 10% dari total kebutuhan protein. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam tiap 100 gram bakso ikan pada perlakuan A 1, A 2 dan A 3 telah mampu menyediakan protein 3% - 19% dari total kebutuhan protein. Dengan demikian, maka bakso ikan tersebut telah mampu menyediakan kebutuhan protein usia anak sekolah. Protein mempunyai peranan yang sangat penting di dalam tubuh. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan otot, rambut, kulit, membran sel, jantung, hati, ginjal dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang bekerja sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit (Sirajuddin dkk, 2010). Bakso ikan pada perlakuan A 1, A 2 dan A 3 dalam tiap 100 gram ( 10 butir bakso ikan) memberikan sumbangan lemak masing-masing sebesar 0,81 gram, 0,70 gram dan 1,11 gram. Angka kebutuhan lemak pada anak sekolah 20-30% dari kebutuhan energi total. Dari hasil penelitian dari masing-masing perlakuan hanya mampu menyumbang lemak A 1 (35%;5%) sebesar 7,29 kkal, A 2 sebesar 6,3 kkal, A 3 sebesar 9,99 kkal. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam tiap 100 gram bakso ikan pada perlakuan A 1, A 2 dan A 3 hanya mampu menyediakan lemak 1% - 2% dari total kebutuhan lemak. Dengan demikian, maka bakso ikan tersebut belum mampu menyediakan total kebutuhan lemak. Untuk memenuhi kebutuhan lemak perlu dimodifikasikan dengan bahan pangan lain seperti penambahan mie kuah pada bakso ikan tersebut. Lemak memperhemat sekresi asam lambung dan memperlambat pengosongan lambung, sehingga lemak memberi rasa kenyang lebih lama. Disamping itu lemak memberi tekstur yang disukai dan memberi kelezatan khusus pada makanan. Lemak juga merupakan pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan. Lapisan lemak di bawah kulit mengisolasi tubuh dan mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi juga dalam memelihara suhu tubuh dan menyelubungi organ-organ tubuh, seperti jantung, hati, dan ginjal membantu menahan organ-organ tersebut tetap ditempatnya dan melindunginya terhadap benturan dan bahaya lain (Arisman, 2004).

KESIMPULAN 1. Modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian dalam pembuatan bakso ikan dalam setiap perlakuan memberi pengaruh yang berbeda dari segi tekstur, warna dan rasa maupun kandungan zat gizi bakso ikan yang dihasilkan. 2. Berdasarkan uji daya terima bakso ikan secara umum tergolong disukai, tetapi bakso ikan dengan modifikasi tepung biji cempedak 30% dan tepung biji durian 10% lebih disukai. 3. Bakso ikan modifikasi tepung biji cempedak 30% dan tepung biji durian 15% memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding dengan bakso ikan 35%;5% dan 25%;15%. SARAN 1. Pembuatan bakso ikan dengan modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian, disarankan perbandingan komposisi tepung biji cempedak 30% dan tepung biji durian 10%. 2. Perlu adanya sosialisasi mengenai bakso ikan yang dimodifikasi dengan tepung biji cempedak dan tepung biji durian sebagai makanan tambahan untuk anak sekolah. Lemak dan Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. LIPI. Jakarta Kosyadi, D. 1985. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. PT Gramedia, Jakarta Sayogo, F. 2008. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah. Swadaya. Jakarta Sirajuddin, Saifuddin, dan Najamuddin, U. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makasar Sumeru, A. 2006. Meningkatkan Bebuahan Tropis Indonesia. Andi Yogyakarta. Yogyakarta Wahyono, B. 2009. Durian. Kanisius. Yogyakarta Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta DAFTAR PUSTAKA Abbas, S. 2004. Pembuatan Sale Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Arisman, MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan dalam Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Hardinsyah dan Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein,