PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG IZIN INDUSTRI DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

ERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERGUDANGAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun : 2005 Serie : E Nomor : 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 18 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 127 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 48 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 48 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IZIN USAHA INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI ( IUI ) WALIKOTA DENPASAR,

BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI ACEH UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI USAHA DI BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 31 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 14TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 27 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DAN IJIN TEMPAT USAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

1 of 7 02/09/09 11:19

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 19 Tahun : 2005 Serie : C Nomor : 4 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN PUNCAK JAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN DAN JASA BOGA DI KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI C.1

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN RPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG IZIN INDUSTRI DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. Bahwa pelayanan bidang perindustrian merupakan salah satu upaya pembinaan terhadap dunia industri serta untuk meningkatkan tertib usaha dan tertib administrasi usaha industri di Kabupaten Bantul; b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul tentang Izin Industri di Kabupaten Bantul; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Bantul Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3214); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3274); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta Jo. Undang-Undang Nomor 7 Tahun1987 (Lembaran Negara Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3672); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1987 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3699);

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3581 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 (Berita Negara tanggal 14 Agustus 1950); 10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4238); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul Nomor 5 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul (Lembaran Daerah Tahun 1987 Seri D Nomor 7); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 27 Tahun 2000 tentang Penetapan Kewenangan Wajib Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Tahun 2000 Seri D Nomor 14); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 49 Tahun 2000 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Seri D Nomor 36 Tahun 2000); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Gangguan (Lembaran Daerah Seri B Nomor 21 Tahun 2001); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL, Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN INDUSTRI DI KABUPATEN BANTUL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bantul; 2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Bantul; 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah otonom lainbya sebagai Badan Eksekutif Daerah;

4. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul; 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul; 6. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan industri; 7. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri; 8. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang dapat berbentuk perorangan, perusahaan, persekutuan dan atau badan hukum yang berkedudukan di republik Indonesia; 9. Kelompok Industri adalah bagian utama kegiatan industri, kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir dan kelompok industri kecil; 10. Izin Industri adalah izin yang diberikan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul kepada perusahaan yang melakukan kegiatan industri; 11. Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI adalah izin usaha yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada perusahaan industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 12. Izin Usaha Industri yang selanjutnya IUI adalah izin usaha yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada perusahaan industri dengan nilai investasi seluruhnya di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 13. Izin Perluasan Industri yang selanjutnya disebut IPI adalah izin yang diberikan kepada perusahaan yang telah memiliki IUI dan akan melakukan perluasan yang tercakup dalam lingkup jenis industrinya melebihi 30% (tiga puluh per seratus) dari kapasitas produksi yang telah diizinkan; 14. Perluasan Industri yang selanjutnya disebut perluasan adalah penambahan kapasitas produksi melebihi kapasitas yang telah diizinkan; 15. Pengarahan dan pengesahan dokumen upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan yang selanjutnya disebut UKL dan UPL adalah dokumen yang merupakan pedoman pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan yang digunakan oleh pengusaha untuk menangani limbah industri yang dimilikinya; 16. Retribusi Pelayanan Bidang Perindustrian yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pelayanan bidang perindustrian yang diberikan oleh Pemerintah Daerah; 17. Masa retribusi adlah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan perijinan bidang perindustrian yang diberikan oleh pemerintah Daerah;

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; 19. Unit Pelayanan Terpadu Satu atap yang selanjutnya disebut UPTSA adalah Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Kabupaten Bantul yang merupakan unit kerja non struktural yang menyelenggarakan pelayanan umum kepada masyarakat. BAB II IZIN INDUSTRI Bagian Kesatu Jenis Izin Industri Pasal 2 (1) Setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memperoleh izin industri. (2) Izin industri sebagaimana dimaksud ayta (1) terdiri atas : a. TDI; b. IUI; c. IPI. (3) Perusahaan industri sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berbentuk perorangan, perusahaan, persekutuan dan atau badan hukum yang berkedudukan di Bantul. (4) Jenis industri sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tersebut dalam Lampiran Peraturan Daerah ini. (5) Rincian jenis industri sebagaimana dimaksud ayat (4) diatur oleh Bupati. Paragraf 1 Tanda Daftar Industri Pasal 3 Perusahaan industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh TDI. Paragraf 2 Persyaratan Tanda Daftar Industri Pasal 4 Perusahaan industri yang akan mengajukan TDI harus melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Mengisi formulir pendaftaran; b. Foto kopi Kartu Tanda Penduduk; c. Foto kopi Izin Gangguan; d. Foto kopi SPPL, UKL, UPL atau Amdal. Paragraf 3 Izin Usaha Industri Pasal 5

perusahaan industri dengan nilai investasi seluruhnya di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memiliki IUI. IUI dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu : a. IUI melalui tahap persetujuan prinsip; b. IUI tanpa melalui tahap persetujuan prinsip. IUI melalui tahap persetujuan prinsip diberikan kepada perusahaan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi; c. Komoditinya tidak merusak lingkungan; d. Tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan; e. Berada di luar kawasan industri. f. pedagang kaki lima. IUI tanpa melalui tahap persetujuan prinsip diberikan kepada perusahaan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : Berlokasi di kawasan industri/kawasan berikat yang memiliki izin; Bersedia dan wajib membuat surat pernyataan. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud ayat (4) memuat ketentuan sebagai berikut : a. Tidak berproduksi komersial sebelum memenuhi segala persyaratan dari instansi lain yang berkaiatan dengan pembangunan pabrik dan sarana produksi maupun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi selambat-lambatnya 4 (empat) tahun terhitung mulai tanggal IUI diterbitkan; c. Menerima segala akibat hukum terhadap pelanggaran atas surat pernyataan yang telah dibuatnya. Paragraf 4 Persyaratan Izin Usaha ndustri Pasal 6 Perusahaan industri yang akan mengajukan IUIharus melampirkan persyaratan sebagai berikut : 1. IUI melalui tahap persetujuan prinsip dengan persyaratan sebagi berikut : mengisi formulir pendaftaran; foto kopi izin gangguan; foto kopi Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya; foto kopi Surat Persetujuan Prinsip; foto kopi formulir informasi pembangunan pabrik dan sarana produksi (proyek); foto kopi izin lokasi; foto kopi NPWP; foto kopi dokumen SPPL, UKL, UPL atau Amdal. 2. IUI tanpa melalui persetujuan prinsip, dengan persyaratan sebagai berikut :

a. mengisi formulir pendaftaran; b. foto kopi izin gangguan; c. foto kopi Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya; d. foto kopi Informasi Pembangunan Pabrik Dan Sarana Produksi (Proyek); e. foto kopi izin lokasi; f. foto kopi NPWP; g. foto kopi dokumen SPPL, UKL, UPL atau Amdal. Paragraf 5 Perluasan Industri Pasal 7 (1) Perusahaan yang telah memiliki IUI dan akan melakukan perluasan yang tercakup dalam lingkup jenis industrinya melebihi 30% (tiga puluh per seratus) dari kapasitas produksi yang telah diizinkan wajib memperoleh IPI. (2) Untuk memperoleh IPI, perusahaan industri sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib menyampaikan rencana perluasan industri dan memenuhi persyaratan lingkungan hidup. (3) Ketentuan mengenai Wajib Daftar Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri. Paragraf 6 Persyaratan Izin Perluasan Industri Pasal 8 Perusahaan industri yang akan melakukan perluasan industri harus melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Mengisi formulir permohonan izin perluasan; b. Foto kopi KTP c. Foto kopi Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya; d. Foto kopi izin gangguan; e. Foto kopi dokumen SPPL, UKL, UPL atau Amdal. f. Foto kopi izin lokasi; g. Foto kopi NPWP; Bagian Kedua Jangka Waktu Berlakunya Izin Pasal 9 Izin industri berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui. Bagian Ketiga Penggantian Izin Industri Pasal 10 (1) Apabila izin industri yang telah dimiliki perusahaan hilang, rusak atau tidak dapat dibaca lagi, dapat dimohonkan penggantinya dengan mengajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas untuk memperoleh izin industri baru. (2) Permohonan penggantian sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan dilampiri :

a. Surat keterangan hilang dari pejabat yang berwenang bagi yang izin industrinya hilang; b. Izin induztri asli bagi yang izin industrinya rusak atau tidak dapat dibaca lagi. (3) Proses penggantian izin industri sama dengan proses permohonan penerbitan baru. (4) Dalam hal pejabat sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak ada atau berhalangan paling lama 5 (lima) hari kerja secara berturut-turut, Bupati dapat menunjuk pejabat lain. Pasal 12 (1) Pejabat sebagaimana dimaksud Pasal 11 harus memberikan jawaban persetujuan atau penolakan permohonan izin industri selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap dan benar. (2) Apabila permohonan izin industri ditolak, Kepala Dinas harus memberikan alasan-alasan penolakan. (3) Perusahaan industri yang mengajukan izin industri wajib mengambil izin industri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak lewat waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) atau sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan penerbitan izin industri dan membayar retribusi. (4) Apabila setelah lewat waktu sebagaimana dimaksud ayat (3) pemohon tidak mengambil izin industri dan tidak membayar retribusi, maka pemohon melakukan pelanggaran ketentuan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1) Kepala Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan industri yang ada di Kabupaten Bantul. (2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dpat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas dalam pertemuan-pertemuan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 14 Pemegang izin industri mempunyai hak sebagai berikut : a. Melakukan kegiatan sesuai izin yang diberikan; b. Mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah untuk kelangsungan kegiatannya; c. Mendapatkan jaminan penyelenggaraan terhadap kegiatan sesuai dengan bentuk pelayanan bidang perindustrian yang diberikan. Pasal 15 Pemegang izin industri mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Menaati segala ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan dan peraturan teknis yang berlaku; b. Menciptakan rasa nyaman dan membina hubungan harmonis dengan lingkungan tempat melakukan kegiatannya; c. Mendaftarkan perusahaannya setelah memperoleh izin industri dalam daftar perusahaan perusahaan ke Kepala Dinas; d. Menyampaikan laporan produksi atau informasi industri secara berkala kepada Kepala Dinas. Pasal 16 Pemerintah Daerah berkewajiban : a. Memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kepada pemegang izin; b. Menjamin pemegang izin industri dalam menyelenggarakan kegiatan sesuai peruntukannya. BAB VI PERINGATAN, PEMBEKUAN DAN PENGATURAN Bagian Kesatu Pasal 17 (1) Perusahaan industri diberikan peringatan secara tertulis apabila : a. Melakukan perluasan tanpa memiliki IPI; b. Belum melaksanakan pendaftaran; c. Tidak menyampaiakan informasi industri; d. Menimbulkan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup; e. Melakukan kegiatan industri tidak sesuai dengan izin yang telah ditetapkan; f. Perusahaan industri telah melakukan pelanggaran hak cipta, hak paten dan merek. (2) Peringatan tertulis diberikan kepada perusahaan industri sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing 1 (satu) bulan. (3) Tata cara pelaksanaan peringatan diatur dengan Keputusan Kepala Dinas. Bagian Kedua Pembekuan Pasal 18 (1) Pembekuan perusahaan industri yang telah memperoleh izin industri apabila : a. Tidak melakukan perbaikan walaupun telah mendapatkan peringatan sebagimana dimaksud Pasal 17 ayat (2); b. Melakukan perluasan yang hasil produksinya bertujuan untuk xxx tetapi di pasarkan di dalam negeri.

c. Sedang dalam pemerikasaan berkaitan dengan pelanggaran hak cipta, paten dan merek. (2) Pembekuan izin industri sebagaimana dimaksud ayat 91) huruf a dan b berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal dikeluarkannya. (3) Pembekuan izin industri sebagimana dimaksud ayat (1) huruf c berlaku sampai dengan ada keputusan pengadilan. (4) Apabila dalam masa pembekuan izin industri, perusahaan yang bersangkutan telah melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, izinnyz dapat diberlakukan kembali. Bagian Ketiga Pencabutan Pasal 19 (1) Izin industri dapat dicabut apabila ; a. Izin yang dikeluarkan tidak berdasarkan data atau keterangan yang benar atau dipalsukan oleh perusahaan yang bersangkutan; b. Perusahaan tidak melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku setelah melampaui masa pembekuan sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (2); c. Perusahaan telah dijatuhi hukuman atas pelanggarannya oleh pengadilan; d. Perusahaan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang memuat sanksi pencabutan izin. (2) Pencabutan izin industri dilakukan secara langsung tanpa diperlukan adanya peringatan tertulis. (3) Tata cara pelaksanaan pencabutan diatur dengan Keputusan Kepala Dinas. BAB VII RETRIBUSI Bagian Kesatu Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 20 Setiap pelayanan izin industri dikenakan retribusi. Pasal 21 Nama retribusi adalah retribusi izin industri. Pasal 22 Objek retribusi adalah retribusi izin industri.

Pasal 23 Subjek retribusi dan wajib retribusi adalah setiap orang atau badan yang mendapatkan pelayanan perizinan industri. Baguan Kedua Golongan Retribusi Pasal 24 Retribusi izin industri digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 25 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan perizinan yang diberikan. Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Pasal 26 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada biaya untuk menutup sebagian atau seluruh biaya pemberian pelayanan perizinan yang bersangkutan dan biaya pembinaan, pengawasan dan pengendalian. (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi : a. Biaya pemberian pelayanan perizinan; b. Biaya pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Bagian Kelima Besarnya Tarif Pasal 27 (1) Besarnya tarif retribusi izin industri adalah sebagai berikut : a. TDI sebesar Rp 125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah); b. IUI sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah); c. IPI sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). (2) Perpanjangan atau pembaharuan izin industri ditetapkan sebesar 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1). (3) Retribusi penggantian izin industri yang hilang atau rusak ditetapkan 25% (dua puluh lima per seratus) dari besarnya retribusi yang terutang dan serendah-rendahnya sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah). (4) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur oleh Bupati. Pasal 28

(1) Seluruh hasil penerimaan retribusi izin industri sebagaimana dimaksud Pasal 27 disetor ke Kas Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Untuk operasional pelayanan pemberian izin industri dialokasikan dalam Anggaran Pendpatan dan Belanja Daerah. Bagian Keenam Wilayah Pemungutan Pasal 29 Retribusi yang terutang dipungut di tempat pelayanan perizinan dilakukan. Bagian Ketujuh Masa Retribusi dan Saat Reribusi terutang Pasal 30 Masa retribusi adalah jangka waktu berlakunya izin industri yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 31 Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Kedelapan Tata Cara Pemungutan Retribusi Pasal 32 (1) pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Kesembilan Tata Cara Pembayaran Pasal 33 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur oleh Bupati. Bagian Kesepuluh Pengurangan atau Pembebasan Retribusi Pasal 34 (1) Bupati dapat memberikan pengurangann atau pembebasan retribusi. (2) Pengurangan atau pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Tata cara pemberian pengurangan atau pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur oleh Bupati. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 35

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). (2) Tindakan pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran. Pasal 36 Selain tindak pidana yang diatur Pasal 35, apabila pemegang izin industri melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian jis Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup dan atau peraturan perundangundangan lainnya dikenakan pidana sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengaturnya. BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 37 (1) Selain oleh Penyidik Polisi RepublikIndonesia (POLRI), penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 35 dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang: a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang, pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana. c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang, pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukaan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI

memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB XI PELAKSANAAN Pasal 38 (1) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas. (2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi yang dalam pelaksanaanya dapat bekerja sama dengan instansi terkait. Pasal 39 Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang memerlukan izin industri, pelayanannya dilakukan melalui UPTSA yang pelaksanaannya ditetapkan oleh Bupati. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 40 Izin industri yang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Daerah ini, berlaku bagi tempat penyimpanan yang berada dalam kompleks usaha industri yang bersangkutan yang digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, bahan baku dan bahan penolong untuk keperluan kegiatan usaha industri tersebut Pasal 41 (1) Persetujuan prinsip yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku dan dapat dipergunakan untuk memperoleh izin industri yang berdasarkan Peraturan Daerah ini. (1) Izin industri yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya peraturan Daerah ini wajib diperbaharui xxx setelah berlakunya Peraturan Daerah ini. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Ketentuan yang mengatur tentang izin industri yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah sebelum berlaku Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 43 Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Peraturan Daerah ini diatur oleh Bupati. Pasal 44 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bantul. Ditetapkan di Bantul September 2002 Pada tanggal 3 BUPATI BANTUL, M. IDHAM SAMAWI Telah mendapatkan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL Dengan Keputusan Nomor : 15/KEP/DPRD/2002 Tanggal : 3 September 2002 Diundangkan di Bantul Pada tanggal 3 September 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANTUL, Drs. ASHADI, M.Si (Pembina Utama Muda IV/C) NIP. 490018672

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL SERI B NOMOR 09 TAHUN 2 002 PENJE1LASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2001 TENTANG IZIN INDUSTRI DI KABUPATEN BANTUL I. PENJELASAN UMUM Sebagai realisasi pelaksanaan desentralisasi bidang perindustrian berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 27 Tahun 2000 tentang Penetapan Kewenangan Wajib Kabupaten Bantul. Untuk melaksanakan kewenangan wajib bidang industri sebgaimana diatur dalam Peraturan daerah kabupaten Bantul tentang Penetapan Kewenangan Wajib Kabupaten Bantul, perlu ditetapkan produk hukum daerah dalam rangka memberitahukan pelayanan bidang industri kepada masyarakat.

Pelayanan bidang perindustrian diberikan kepada perusahaan industri yang dilaksanakan oleh masyarakat atau swasta, yang berupa pemberian izin. Pengaturan tersenut dimaksud untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari penyalahgunaan kegiatan sesuai izin yang diberikan. Bentuk perlindungan kepada masyarakat diwujudkan melalui pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Nomor 1 sampai dengan 6 Nomor 7 Yang dimaksud dengan rancang bangun adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya. Yang dimaksud dengan perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya. Nomor 8 sampai dengan 19 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Huruf a sampai dengan huruf c Huruf d SPPL, UKL-UPL atau Amdal bagi industri yang wajib, apabila industri mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup. SPPL adalah Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan. UKL-UPL adalah Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemeliharaan Lingkungan. Amdal adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Pasal 5 Ayat (4) Huruf a Yang dimaksud dengan kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas pendukung lainnya yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri.

Yang dimaksud dengan kawasan berikat adalah suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir dan pengepakan atau barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya (DIPL), yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor. Huruf b Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24

Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44

`LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2002 TANGGAL : 8 SEPTEMBER 2002 JENIS-JENIS INDUSTRI 1. Industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buahbuahan, sayuran, minyak dan lemak 2. Industri susu dan makanan dari susu 3. Industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan 4. Industri makanan lainnya 5. Industri minuman 6. Industri pengolahan tembakau 7. Industri barang dari kulit 8. Industri penggergajian dan pengawetan 9. Industri barang-barang dari kayu dan barang-barang anyaman

10. Industrikertas, barang dari kertas dan sejenisnya 11. Industri penerbitan 12. Industri barang-barang dari batubara 13. Industri barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi 14. Industri bahan kimia industri 15. Industri barang-barang kimia lainnya 16. Industri karet dan barang dari karet 17. Industri barang dari plestik 18. Industrigelas dan barang dari gelas 19. Industribarang dari porselin 20. Industri pengolahan tanah liat 21. Industrisemen, kapur dan gips 22. Industri barang-barang dari batu 23. Industri barang-barang dari asbes 24. Industri barang-barang galian bukan logam lainnya 25. Industri pemintalan, pertenunan, pengolahan akhir tekstil 26. Industri barang jadi tekstil dan permadani 27. Industri perajutan 28. Industri kapuk 29. Industri pakaian jadi, kecuali untuk pakaian jadi berbulu 30. Industri pakaian jadi atau barang berbulu 31. industri kulit dan barang dari kulit 32. Industri serat bantuan 33. Industri serat buatan 34. Industri logam dasar besi dan baja 35. Industri logam dasar bukan besi 36. Industri pengecoran baja 37. Industri barang-barang logam siap pasang untuk bangunan, pembuatan tangki dan generator uap 38. Industri barang logam lainnya dan kegiatan jasa pembuatan barang-barang dari logam 39. Industri mesin-mesin umum 40. Industri mesin-mesin untuk keperluan khusus 41. Industri peralatan rumah tangga yang tidak diklasifikasikan di tempat lain 42. Industri mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data 43. Industri motor listrik, generator dan transformator 44. Industri peralatan pengontrol dan perindustrian listrik 45. Industri kabel listrik dan telepon 46. Industri akumulator listrik dan batu baterai 47. Industri bola lampu pijar dan lampu penerangan 48. Industri peralatan listrik yang tidak termasuk dalam kelompok manapun 49. Industri tabung dan katub elektronik dan komponen elektronik lainnya 50. Industri alat komunikasi

51. Industri radio, televisi, alat-alat rekaman suara dan gambar dan sejenisnya 52. Industri peralatan kedokteran dan peralatan untuk mengukur, memeriksa, menguji dan bagian lainnya kecuali alat-alat optik 53. Industri instrumen optik dan peralatan fotografi 54. Industri jam lonceng dan sejenisnya 55. Industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih 56. Industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih 57. Industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor roda empat atau lebih 58. Industri pembuatan dan perbaikan kapal dan perahu 59. Industri kereta api 60. Industri pesawat terbang 61. Industri alat angkut lainnya 62. Industri furniture 63. Industri pengolahan lainnya 64. Daur ulang barang-barang logam 65. Daur ulang barang-barang bukan logam BUPATI BANTUL, SAMAWI M. IDHAM