PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN JALUR HIJAU

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

EFEKTIVITAS PENGATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS UDAYANA

PENEGAKAN HUKUM DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERJADINYA PENCEMARAN AIR SUNGAI DI KOTA DENPASAR AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH SABLON

PENCEMARAN AIR OLEH LIMBAH TAHU DI TUKAD BADUNG DENPASAR TERKAIT PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI BALI

KETERTIBAN UMUM. Oleh I Gusti Agus Yuda Trisna Pramana I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DITINJAU DARI PERDA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015

UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM PENANGANAN PELANGGARAN KETENTUAN TENTANG PENCEMARANSAMPAH DI KOTA DENPASAR

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBANGUNAN HOTEL PADA KAWASAN SEMPADAN JURANG DI KABUPATEN BADUNG

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR

Ni Nyoman Triari Puri I Ketut Markeling. Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

1 Sodikin, 2007, Penegakan Hukum Lingkungan, Djambatan, Jakarta, hal. 1

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR. Oleh. Putu Bagus Satya Nugraha

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR

PENERTIBAN PENEBANGAN POHON PERINDANG SECARA LIAR DI KOTA DENPASAR

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING ILEGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Jakarta, h Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.89.

UPAYA PEMERINTAH MELESTARIKAN KEBERADAAN SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI DARI KEPUNAHAN DI INDONESIA

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IJIN BANGUN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

Oleh: I Gede Sarta I Wayan Parsa Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KOTA DENPASAR

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN BANGUN-BANGUNAN

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Kata Kunci : Pelaksanaan, Jaminan Sosial, Tenaga Kerja, Kecelakaan Kerja.

PENEGAKAN SANKSI LINGKUNGAN TERKAIT PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH USAHA KACANG KACE DI DESA NYANGLAN KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI POLRESTA DENPASAR

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PENYU DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

PENEGAKAN SANKSI DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

SURAT IZIN MENGEMUDI SEMENTARA BAGI WISATAWAN ASING YANG BERKENDARA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA TANPA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN DI DALAM KONDISI DUALISME PEMERINTAHAN DESA Oleh : Luh Putu Yandi Utami. Wayan P. Windia Ketut Sudantra

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA PADA PT. TARU SAKTI UTAMA DI KUTA BADUNG

PENGATURAN POLISI TIDUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN UMUM

Oleh: Made YunitaAsrini I Nyoman Darmadha I Nyoman Mudana. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DI KOTA DENPASAR

MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT

PENGATURAN MENGENAI PRAMUWISATA ASING DI BALI

PELAKSANAAN PENGATURAN KARYA CIPTA POTRET DALAM PRAKTIK DI KOTA DENPASAR

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: I Putu Yoko Sunarmayasa ** I Nyoman Suyatna *** Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati ****

HAK MEMBENTUK ORGANISASI KEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

PENGAWASAN PELANGGARAN BANGUNAN-BANGUNAN DI KOTA DENPASAR

EFEKTIVITAS HUKUM PELAKSANAAN KERJASAMA ANTARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA (Studi di Pemerintah Kota Tarakan) ARTIKEL ILMIAH

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DALAM PEREDARAN JAJANAN ANAK (HOME INDUSTRY) YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DINAS KESEHATAN

UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KLUNGKUNG (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali)

PELAKSANAAN BATAS WAKTU PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI MEDIASI PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA DENPASAR

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN BARANG ELEKTRONIK YANG TIDAK MENDAPATKAN KARTU JAMINAN ATAU GARANSI

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

TINJAUAN TERHADAP PEMBINAAN ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KLAS IIB KARANGASEM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN (Studi Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung)

PERAN SERTA MASYARAKAT DAERAH BANTARAN SUNGAI BADUNG DALAM PENANGANAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH KOTA DENPASAR. oleh

RINGKASAN SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT YANG BERPERAN SERTA DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Transkripsi:

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I Made Sugiarta Nugraha I Wayan Parsa I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dari aturan mengenai kebersihan, apa saja yang menjadi larangan, serta apa yang menjadi hambatan dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulanginya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan berbagai fakta yang diperoleh langsung dari lapangan ataupun dengan wawancara dengan pihak-pihak terkait, dalam hal ini penelitian di lakukan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Denpasar dan juga di salah satu Bank Sampah di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah tidak efektif atau terlaksana dengan baik, hal ini disebabkan masih ada masyarakat yang melanggar laranganlarangan tersebut. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan peraturan kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah dapat dibagi menjadi 4 (empat) faktor yakni faktor aparatur penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Kata Kunci: Peraturan Daerah, Kota Denpasar, Pengelolaan Sampah. 1

ABSTRACT This paper entitled "Implementation of Denpasar City Regulation No. 3 of 2015 on Waste Management". The purpose of this paper is to know the extent to which the implementation of the rules on cleanliness, what is the prohibition, and what are the obstacles and efforts undertaken by the government to overcome them. The methodology used in this research is empirical legal research, which is conducted based on various facts obtained directly from the field or by interview with related parties this research held in the Environmental and hygiene office of Denpasar and also in one of the Bank Garbage in Denpasar City. The results of this research that the implementation of the Local Regulation of Denpasar City Number 3 of 2015 on Waste Management has not been effective. This situation happen because there are still people who violate the prohibitions. Obstacles in implementing Local Regulation of Denpasar City Number 3 Year 2015 About Waste Management can be divided into 4 (four) factors which are law enforcement officer factors, facilities, community factors, and cultural factors. Keywords: Local Regulation, Denpasar City, Waste Management. I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di kota Denpasar, menyebabkan bertambahnya volume sampah, hal ini dikarenakan laju produksi sampah terus meningkat, tidak saja sejajar dengan laju pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat. 1 Berbagai macam kebiasaan masyarakat dalam hal menjaga lingkungan juga berbeda-beda, ada masyarakat yang peduli akan kebersihan lingkungan dan ada juga yang sebaliknya, yang tidak mau peduli akan lingkungan disekitar mereka. 1 Riswan, Henna Rya Sunoko, dan Agus Hadiyarto, 2011, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan, Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 9, Semarang, Tanggal 1 Agustus 2017 2

Pembuangan sampah sembarangan merupakan suatu hal kecil yang akan menjadi masalah besar jika terus dilakukan dan menjadi kebiasaan. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk menjamin kebersihan lingungan. Pemerintah Kota Denpasar telah mengambil tindakan dalam upaya mengurangi atau mencegah kebiasaan masyarakat dalam hal buang sampah sembarangan yakni dengan membuat aturan, seperti pada Pasal 34 Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah, dimana dalam Pasal ini diatur mengenai larangan yang harus ditaati oleh setiap orang dikota Denpasar, Pasal ini menetapkan: Setiap orang dilarang: a. Memasukkan sampah ke dalam wilayah Denpasar; b. Mengimpor sampah; c. Mencampur sampah dengan limbah; d. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; e. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan; f. Membuang sampah sisa upakara ke media lingkungan; g. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka; dan h. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Meski telah dibuat aturan yang sedemikian rupa masih saja ada oknum masyarakat yang melanggar, seperti menjadi kebiasaan beberapa masyarakat akan membuang sampahnya sembarangan tanpa peduli akibat yang dapat ditimbulkan. 2 Tujuan dibuatnya peraturan daerah ini tentunya dengan harapan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan dapat menjaga kebersihan lingkungan, khususnya dikota Denpasar. Adapun 2 Wawancara dengan Adi Wiguna, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, pada tanggal 16 Maret 2017 (13.00 WITA). 3

lembaga yang dapat menjalankan peraturan ini adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Denpasar yang memiliki tugas untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kota Denpasar. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis membahas mengenai dua permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah, mengenai larangan pembuangan sampah di Kota Denpasar? 2. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah dalam hal larangan pembuangan sampah di kota Denpasar? II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah metode penelitian yuridis empiris. Metode penelitian yuridis empiris adalah salah satu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara datang langsung kepada informan yang berkaitan dengan pokok permasalahan dan meneliti suatu masalah hukum dengan mencari data-data yang berhubungan langsung dengan masalah yang ada. Dalam artikel ini penelitian dilakukan dengan cara wawancara, wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi Antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). 3 Dalam hal ini 3 Rianto Adi, 2005, Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum, Granit, Jakarta, h. 72. 4

adalah kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah, dalam hal ini adalah mengenai aturan yang mengatur mengenai kebersihan lingkungan dikota Denpasar. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Pelaksanaan Peraturan Mengenai Larangan Buang Sampah Dikota Denpasar Suatu peraturan akan menjadi efektif atau berjalan dengan baik jika pihak pemerintah dan masyarakat pada umumnya samasama mengikuti dan melaksanakan hukum yang ada. Istilah pelaksanaan hukum diartikan sebagai tindakan menjalankan hukum tanpa ada sengketa dan pelanggaran. Hukum terlaksana apabila masyarakat dan aparat pelaksana hukum melakukan kegiatan keseharian seperti yang diatur oleh hukum. 4 Sampah sendiri adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manysua. Di dalam prosesproses alam tidak dikenal adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak. 5 Dan pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. 6 Suatu hukum atau aturan dapat dikatakan efektif atau berjalan dengan baik adalah apabila aturan tersebut berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan ketika aturan tersebut dibuat. Kata Efektivitas sendiri berasal dari kata dasar efektif dalam Bahasa latin efficere yang berarti menimbulkan, atau mencapai hasil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas lebih 4 Yayasan Obor Indonesia, 2007, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, h. 6. 5 Rudi Hartono, 2008, Penanganan & Pengelolaan Sampah, Penebar Swadaya, Jakarta, h. 5. 6 Kuncoro Sejati, 2009, Pengolahan Sampah Terpadu, Kanisius, Yogyakarta, h. 24. 5

berarti sebagai hasil akibat, dalam keadaan berhasil atau sesuatu yang dapat menghasilkan atau mengakibatkan. 7 Bentuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah ini adalah dengan menangkap para pelanggar, dalam hal ini adalah masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan melalui kelompok Satuan Tugas (SATGAS) memiligi tugas untuk menangkap masyarakat yang secara sengaja membuang sampah tidak pada tempatnya, seperti di tanah kosong, sungai, jalan raya, dan lain-lain. Setelah itu sanksi pidana yang dijatuhkan kepada para pelanggar adalah berupa denda atau kurungan, ini berdasarkan pada Pasal 53 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: setiap orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan pengelolaan sampah tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e, huruf f, huruf g dan huruf h, dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Berdasarkan aturan tersebut dalam dua tahun terakhir pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan telah menangkap para pelanggar dengan jumlah sebagai berikut: Tabel 1. Daftar Pelanggar NO TAHUN JUMLAH PELANGGAR 1. 2015 252 7 Poerwadarminta. W.J.S, 1975, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h. 16. 6

2. 2016 309 (Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar) Pelanggar yang dimaksud dalam tabel diatas adalah pelanggar yang membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan atau disediakan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, sanksi yang dikenakan masih jauh dari ketentuan yang ada, yakni hanya denda dari Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000 (satu juta rupiah). 8 2.2.2 Hambatan Pemerintah Dalam Melaksanakan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah Beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 tentang pengelolaan Sampah adalah dari faktor aparatur penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. 1. Faktor Aparatur Penegak Hukum Ruang lingkup dari istilah penegak hukum adalah luas sekali, oleh karena mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum. 9 Aparataur penegak hukum yang tegas sangat diperlukan agar suatu pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan hukum itu menjadi efektif. Namun apabila yang terjadi sebaliknya akan menjadi susah untuk hukum menjadi efektif. Seperti dalam pelaksanaan Pasal 53 dimana ketegasan hakim 8 Wawancara dengan Adi Wiguna, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, pada tanggal 16 Maret 2017 (13.00 WITA). 9 Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 19. 7

masih dirasa kurang, hal ini dikarenakan dalam menjatuhkan hukuman sering kali sangat jauh dengan jumlah yang ditetapkan yakni, dari jumlah denda maksimal Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) menjadi Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) 10 sehingga mengurangi dari efek jera yang seharusnya dapat ditimbulkan dan agar tidak ada oknum masyarakat lain yang mengikuti pelanggaran tersebut. 2. Faktor Sarana dan Fasilitas Dalam faktor sarana dan fasilitas yang dimaksud adalah jumlah dari SATGAS yang sangat tidak memadai dengan luas kota Denpasar. SATGAS sampai saat ini hanya memilik 45 (empat puluh lima) anggota. 11 Hal ini tentu menjadi hambatan mengingat luas kota Denpasar yang sangat luas dan dengan kurangnya anggota dari SATGAS akan membuat penegakan hukum tidak maksimal. 3. Faktor Masyarakat. Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentum maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. 12 Kesadaran hukum sangat diperlukan, dalam hal ini untuk menjaga kebersihan, menjaga kesehatan lingkungan, dan keindahan dari kota Denpasar. Masyarakat kota Denpasar dengan data yang ada menunjukan bahwa kesadaran dan kepatuhan akan 10 Wawancara dengan I Nyoman Kariasa, kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kota Denpasar, pada tanggal 13 Maret 2016 (13.00 WITA). 11 Wawancara dengan Adi Wiguna, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, pada tanggal 16 Maret 2017 (13.00 WITA). 12 Ibid, h.45. 8

hukum yang berlaku masihlah rendah, hal ini dibuktikan dengan adanya pelanggar dan bahkan dalam 2 (dua) tahun terakhir jumlah pelanggar meningkat. 4. Faktor Kebudayaan Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilainilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). 13 Hal ini menjadi penghambat dalam penegakan hukum dikota Denpasar, khususnya yang berkaitan dengan kebersihan dikarenakan masyarakat kota Denpasar telah menganggap wajar untuk membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan, membuang sampah sembarangan dianggap sesuatu yang biasa untuk dilakukan, sehingga sebagian masyarakat akan membuang sampahnya begitu saja. 2.2.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Pelanggaran Kebersihan Dikota Denpasar Pemerintah kota Denpasar yang dalam hal ini adalah pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Denpasar telah melakukan berbagai upaya guna mengurangi angka pelanggaran kebersihan dikota Denpasar yakni dengan cara pengendalian sosial dengan menggunakan 2 (dua) jenis tindakan, yaitu: 1) Tindakan preventif; dan 2) Tindakan represif. TIndakan preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah agar jangan sampai terjadi 13 Ibid, h. 59. 9

pelanggaran yang dilakukan masyarakat. Tindakan preventif yang dilakukan pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan adalah dengan membentuk Juru Pemantau Lingkungan (JUMALI) yang merupakan satu kelompok yang memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi peraturan-peraturan daerah yang berkaitan dengan kebesihan lingkungan termasuk segala larangan dan sanksi pidana yang dapat diberikan kepada para masyarakat yang melanggar aturan yang ada, sosialisasi dilakukan baik menggunakan media massa maupun sosialisasi ke daerah-daerah dikota Denpasar. Sedangkan tindakan represif adalah tindakan yang dilakukan pemerintah ketika pelanggaran sudah terjadi dalam kehidupan sosial dimasyarakat. Tindakan represif yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan adalah dengan membentuk Satuan Tugas (SATGAS) yang memiliki fungsi untuk menangkap masyarakat yang tertangkap tangan melakukan pelanggaran, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya atau yang telah ditentukan. Masyarakat yang tertangkap tangan selanjutnya akan diberikan sanksi berupa tindak pidana ringan (Tipiring) bagi mereka yang telah tertangkap lebih dari 2 (dua) kali atau diberi pembinaan bagi mereka yang baru pertama kali tertangkap atau warga diluar kota Denpasar yang sebelumnya tidak mengetahui adanya larangan tersebut. Tindakan preventif dan represif ini sangat penting untuk dilakukan agar Pasal 34 yang menetapkan: Setiap orang dilarang: a. Memasukkan sampah ke dalam wilayah Denpasar; b. Mengimpor sampah; c. Mencampur sampah dengan limbah; d. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; 10

e. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan; f. Membuang sampah sisa upakara ke media lingkungan; g. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka; dan h. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat kota Denpasar, dan juga dapat menghukum mereka yang melanggar sehingga efek jera dapat dirasakan oleh para pelanggar sehingga masyarakat lain menghindari pelanggaran tersebut. III. KESIMPULAN berikut: Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai 1. Pelaksanaa dari Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah adalah dengan melakukan penangkapan kepada mereka yang melanggar, adapun bentuk sanksi yang diberikan berupa denda bagi mereka yang melanggar lebih dari sekali dan pembinaan bagi mereka yang melanggar pertama kali dan yang juga bukan warga dari kota Denpasar. 2. Hambatan dalam pelaksanaan aturan kebersihan dikota Denpasar ada 4 faktor yakni, faktor aparatur penegak hukum dimana ketegasan hakim dalam menjatuhkan jumlah denda masih jauh dari ketentuan yang telah diatur, hal ini dapat mengurangi efek jera sehingga setiap tahun masih ada orang yang melanggar, faktor sarana dan fasilitas adalah jumlah dari SATGAS yang bertugas untuk menagkap para pelanggar masih kurang yaitu 45 orang, faktor masyarakat yaitu kesadaran masyarakat akan hukum yang ada masih kurang, hal ini dibuktikan dari 11

jumlah pelanggar dari tahun 2015 dan 2016 meningkat, dan faktor kebudayaan yakni kebiasaan dari masyarakat kota Denpasar yang menganggap membuang sampah tidak pada tempatnya adalah suatu yang dianggap baik (sehingga dianuti) yang dibuktikan dari warga kota Denpasar yang tertangkap karena melanggar peraturan, dalam hal ini membuang sampah tidak pada tempatnya. DAFTAR PUSTAKA Buku: Kuncoro Sejati, 2009, Pengolahan Sampah Terpadu, Kanisius, Yogyakarta. Poerwadarminta. W.J.S, 1975, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Rianto Adi, 2005, Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum, Granit, Jakarta. Rudi Hartono, 2008, Penanganan & Pengelolaan Sampah, Penebar Swadaya, Jakarta. Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yayasan Obor Indonesia, 2007, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Jurnal Ilmiah: Riswan, Henna Rya Sunoko, dan Agus Hadiyarto, 2011, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan, Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 9, Semarang. Wawancara: Wawancara dengan Adi Wiguna, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar. Wawancara dengan I Nyoman Kariasa, kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kota Denpasar. 12

Peraturan Perundang-Undangan: Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2015 Nomor 3). 13