BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang melebihi 140/90 mmhg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaanya self medication dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication eror) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat (Ariastuti, 2011). Self Medication banyak dipilih masyarakat untuk meredakan atau menyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau untuk meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan (Kartajaya, 2011). Self Medication menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat, baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya. Pada dasarnya bila dilakukan secara rasional, self medication memberikan keuntungan besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional (Depkes, 2008). Biaya sakit dapat ditekan dan dokter sebagai tenaga profesional kesehatan lebih terfokus pada kondisi kesehatan yang lebih serius dan kritis. Namun, bila tidak dilakukan secara benar justru menimbulkan masalah baru yaitu tidak sembuhnya penyakit karena adanya resistensi bakteri dan ketergantungan. Munculnya penyakit baru karena efek samping obat antara lain seperti pendarahan sistem pencernaan, reaksi hipersensitif, drug with drawal symptoms, serta meningkatnya angka kejadian keracunan (Galato, 2009). Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Anonim, 1

2 2013). Peningkatan umur harapan hidup dan perubahan gaya hidup diduga meningkatkan faktor risiko hipertensi (Setiawan, 2006). Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (Setiawan, 2006). Oleh sebab itu, penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati. Hal tersebut merupakan tantangan kita di masa yang akan datang. Suatu survey pada tahun 2002 memperkirakan ada lebih dari 92% orang di dunia pernah menggunakan satu jenis obat bebas di tahun sebelumnya dan 55% orang pernah menggunakan lebih dari satu jenis obat bebas (World Self Medication Industry, 2009). Data faktual menunjukkan bahwa 66% orang sakit di Indonesia melakukan self medication atau swamedikasi sebagai usaha pertama dalam menanggulangi penyakitnya. Persentase tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan 44% penduduk yang langsung berobat jalan kedokter (BPS, 2009). Prevalensi pengobatan sendiri di provinsi DIY padatahun 2005 sebesar 87,73%. Meski begitu, tingginya angka ini harus tetap diwaspadai, pasalnya pada pelaksanaan swamedikasi, diprediksi akan banyak terjadi kesalahan penggunaan obat (medication error) yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaanya (Depkes, 2006). Dari studi pendahuluan yang dilakukan dimasyarakat desa Sumberjo pada tanggal 4 Desember 2015 di dapatkan hasil 8 dari 10 responden menyatakan membeli obat secara mandiri tanpa menggunakan resep dokter, masyarakat memiliki pemikiran ketika merasakan pusing hal itu menandakan bahwa penyakit hipertensinya kambuh, sehingga kebanyakan dari masyarakat mengatasi dengan membeli obat

3 pereda nyeri kepala, ketika nyeri kepala dirasakan berat masyarakat meningkatkan frekuensi dan jumlah penggunaan dalam satu konsumsi dan masyarakatakan menghentikan konsumsi obat ketikamerasakan nyeri hilang, dari adanya perilaku tersebut di masyarakat maka dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat tidak mengunnakan obat dengan rasional karena masyarakat menggunakan obat tidak tepat dosis dan tepat saat (waktu pemberian). Self Medication biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, batuk, flu, maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes RI., 2006). Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan (Fleckentein, 2011). Alasan lain adalah karena semakin mahalnya biaya pengobatan ke dokter, tidak cukupnya waktu yang dimiliki untuk berobat, atau kurangnya akses ke fasilitas fasilitas kesehatan (Atmoko, 2009;). Self Medication harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, ada tidaknya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi (Depkes RI., 2008). Dalam praktiknya, kesalahan penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata masih terjadi, terutama karena ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko pada kesehatan (Depkes RI., 2006). Keterbatasan pengetahuan tentang obat dapat menyebabkan rentannya masyarakat terhadap

4 informasi komersial obat, sehingga memungkinkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional jika tidak diimbangi dengan pemberian informasi yang benar (Purwanti, 2005). Modifikasi gaya hidup dan menjalani perilaku yang lebih sehat sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi, terutama mengendalikan factor risiko dan merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau obyek perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007). Modifikasi pola hidup yang lebih sehat dapat dimulai dengan menjaga berat badan seimbang, olahraga teratur, mengurangi asupan garam, menjaga pola makan dengan mengatur asupan kalori yang seimbang, membatasi makanan yang mengandung banyak lemak dan kolesterol. Selain itu, menghidari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan juga menjadi sasaran pelaksanaan non farmakologis. Stress juga perlu diperhatikan karena stress mampu meningkatkan tekanan darah dan faktor risiko meningkatnya morbiditas pada penyakit kardiovaskuler (Sartika, 2008). Self Medication merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan diri, yang dapat didefinisikan sebagai sumber daya kesehatan masyarakat dalam system perawatan kesehatan. Self medication biasanya dilakukan untuk penanggulangan secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis. Keluhan dan penyakit ringan seperti demam, hipertensi, diare, dan lain-lain. Banyak masyarakat yang mengunjungi apotik atau toko untuk melakukan pengobatan sendiri. Keuntungan pengobatan sendiri antara lain yaitu, aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif menghilangkan keluhan (80% keluhan sakit bersifat self limiting), efesiensi biaya, efesiensi waktu, ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi,

5 dan meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Rifa Fauzia, 2015). Berdasarkan latar belakang di atas peniliti ingin mengadakan penelitian tentang Praktek Self Medication pada Pengobatan Hipertensi dimasyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat di rumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah Praktek Self Medication pada Pengobatan Hipertensi dimasyarakat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui Praktek Self Medication pada Pengobatan Hipertensi dimasyarakat. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Menambah wawasan mengenai Self Medication pada pengobatan hipertensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan bagi pembaca yaitu mahasiswa serta sebagai masukan khususnya Fakultas Kesehatan Universitas Muhammdiyah Ponorogo dalam meningkatkan mutu pendidikan di bidang kesehatan.

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi keperawatan dalam memberikan profesi kesehatan terkait penatalaksanaan di masyarakat agar penderita hipertensi tidak mengalami komplikasi ataupun kematian. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai ilmu pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk informasi dalam peneliti. 3. Bagi Masyarakat Dapat mengetahui bagaimana melakukan self medication yang tepat dan benar. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Rury Fajarwati (2013), penelitiannya yang bejudul Perilaku Hipertensi Dalam Tata laksana Non farmakologi di Puskesmas Ponorogo Utara, Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan mengetahui perilaku tata laksana non farmakologi pada klien hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif, dengan populasi seluruh klien hipertensi di Puskesmas Ponorogo Utara sejumlah 140 klien dengan jumlah responden sebanyak 104 orang. Pengambilan sample menggunakan teknik purposive sampling. Istrumen yang digunakan adalah alat bantu berupa kuisioner. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan perilaku klien dalam pengobatan hipertensi 70% positif. Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan terletak

7 pada sample yang digunakan yaitu masyarakat yang menderita hipertensi, desain penelitian, populasi, sampel dan variabel. 2. Kurnia Erlin (2011), penelitiannya yang berjudul Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskemas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri, Penelitian ini adalah Quasy eksperimen desain yang bertujuan untuk menganilisis pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi yang di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Desain penilitian yang digunakan adalah quasy eksperimen desain kelompok kontrol non setara, dengan populasi pasien hipertensi yang di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Pengambilan sampel yang 44 responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada purposive sampling. Pengimpulan data dilakukan dengan menggunakan sphygmo manometer lincah. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terapi rileks nafas dalam berhubungan dengan perubahan tekanan darah pada penserita hipertensi. Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan terletak pada sample yang digunakan yaitu masyarakat yang menderita hipertensi, desain penelitian, populasi, sampel dan variabel. 3. Yan, loriza (2009) dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi dengan Penataan Non Farmakologi diperoleh terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan penatalaksanaan non farmakologi dan hubungan bermakna antara sikap dan penatalaksanaan non farmakologi. Perbedaan penilitian yang sedang peneliti

8 lakukan terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meniliti pengetahuan tentang penatalakasanaan non farmkologis pada hipertensi, dimana pada peneliti yang sudah dilakukan difokuskan pada pengetahuan dan sikap pasien, sedangkan pada penelitian yang dilakukan difokuskan pada praktek self medication pada pengobatan hipertensi dimasyarakat.