Analisis Kuat Tekan Batako dengan Penambahan Serat Pelepah Kelapa Sawit ZAINURI 1*, G. YANTI 2* dan S. W. MEGASARI 3* 1,2,3 Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru 28265,Indonesia *Corresponding author: zainuri@unilak.ac.id; gusneli@unilak.ac.id; shanti@unilak.ac.id Abstrak: Provinsi Riau memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas peringkat pertama di Indonesia, dengan luas 2.399.172 hektar berdasarkan data BPS tahun 2014. Limbah pelepah kelapa sawit setiap hektar ± 3,108 ton/bulan. Dalam setahun setiap hektar menghasilkan limbah pelepah kelapa sawit 37,296 ton. Potensi serat pelepah kelapa sawit masih harus ditemukan, salah satunya sebagai bahan tambah pada pembuatan batako. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak penambahan serat terhadap nilai kuat tekan batako. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental.hasil yang diperoleh adalah penambahan serat pelepah kelapa sawit 1% dapat meningkatkan nilai kuat tekan rata-rata batakoserat sebesar 111,34 kg/cm 2 di atas nilai batako normal yang bernilai rata-rata 104,28 kg/cm 2 ; penambahan serat pelepah kelapa sawit 3% dan 5% menurunkan nilai kuat tekan di bawah batako-normal dengan nilai kuat tekan rata-rata 70,61 kg/cm 2 dan 68,98 kg/cm 2. Temuan dari penelitian ini adalah penambahan serat pelepah kelapa sawit sebanyak 1% pada pembuatan batako-serat dapat meningkatkan nilai kuat tekan dari batako-normal. Karena itu, penambahan serat pelepah kelapa sawit sebanyak 1% dari berat semen direkomendasikan pada pembuatan batako serat dengan capaian mutu I SNI 03-0349-1989. Kata kunci: batako, serat, kuat tekan 1. PENDAHULUAN Provinsi Riau memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas peringkat pertama di Indonesia. Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau berdasarkan data BPS tahun 2014 adalah 2.399.172 hektar. Setiap hektar lahan perkebunan dapat ditanami 148 pohon. Kelapa sawit yang sudah cukup umur akan menghasilkan limbah sekurang-kurangnya 2 pelepah setiap pohon dalam sekali panen. Potensi limbah pelepah kelapa sawit setiap hektar ±3,108 ton/bulan. Dalam setahun setiap hektar menghasilkan limbah pelepah kelapa sawit 37,296 ton. Dengan luasan perkebunan yang ada dapat diperhitungkan limbah pelepah kelapa sawit yang dihasilkan terusmenerus. Pelepah kelapa sawit memiliki serat yang belum dimanfaatkan. Beberapa serat organik yang berasal dari tumbuhan lain sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk yang diperlukan. Serat-serat organik yang sudah banyak dimanfaatkan seperti serat kelapa/sabut, serat enceng gondok, serat nenas, serat rami/yute, ijuk dan lain-lain. Peluang pemanfaatan serat pelepah kelapa sawit sama besarnya serat organik lainnya. Potensi serat pelepah kelapa sawit yang masih harus ditemukan menjadi pertimbangan untuk memanfaatkan selain tujuan mengurangi limbah yang dapat menjadi bahan pencemar. Bahan bangunan seperti batako-serat sudah mulai dikenal dan memiliki keunggulan tersendiri. Pemakaian serat pelepah kelapa sawit sebagai bahan tambah dalam pembuatan batako dilakukan dan selayaknya melalui serangkaian uji untuk mengetahui kelayakan pemakaian serat pelepah kelapa sawit dalam pembuatan batako. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak penambahan serat terhadap nilai kuat tekan batako-serat. 2017 ITP. All right reserved 95 DOI 10.21063/SPI3.1017.95-99
2. METODE PENELITIAN digunakan berusia kurang lebih 8 tahun dan berasal dari tanaman sawit yang tumbuh di kabupaten Kampar. Teknik pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia NaOH. Larutan NaOH dibuat dari NaOH kristal 30 gr untuk tiap 1 liter air sebagai bahan pelarut. Pelepah kelapa sawit yang telah dibuang kulitnya luarnya, dipotong sesuai ukuran yang diinginkan lalu direndam dalam larutan NaOH setelah pelepah kelapa sawit tersebut direbus terlebih dahulu untuk melunakkan jaringan ikat pelepah. Sikat besi digunakan untuk memisahkan serat dari jaringan ikat yang telah melemah akibat perendaman dalam larutan NaOH. Serat yang sudah kering dipotong-potong ± 2 cm dan siap digunakan sebagai bahan tambah pembuatan batako. Job mix desain pembuatan batako-serat terlihat dalam Tabel 1. Job mix tersebut untuk membuat batako-normal ukuran 20 cm 10 cm 6 cm sebanyak 6 buah. Tabel 1: Job mix desain batako Bahan Semen Pasir beton Pasir urug Air Serat : 1% 3% 5% Jumlah Bahan 2,7168 kg 8,1510 kg 5,4342 kg 0,1000 lt 0,0272 kg 0,0815 kg 0,1358 kg Keterangan Semen Padang Kota Pekanbaru dalam keadaan kering Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Serangkaian eksperimen dilakukan, mulai dengan penyiapan serat dan mengukur kekuatan, elastisitas serat, membuat sampel/benda uji batakonormal dan batako-serat, serta melakukan beberapa uji atas batako yang dibuat. Serangkaian uji yang dilakukan berguna untuk mengetahui mutu batako-serat yang dibuat. Syarat fisis dari bata beton sesuai isyarat SNI 03-0349-1989 dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2: Syarat fisis bata beton Syarat Fisis Kuat tekan rerata min. (kg/cm 2 ) Kuat tekan masing benda uji min (kg/cm 2 ) Penyerapan air, maks (%) Mutu Bata Beton I II III IV 100 70 40 25 90 65 35 21 25 35 - - 3. HASIL DAN PEMBAHASAN berasal dari kabupaten Kampar dijadikan bahan tambah dalam pembuatan batako-serat. Penambahan serat yang dilakukan sebanyak 1%, 3% dan 5% dari berat semen yang akan digunakan. Empat kelompok sampel yang dibuat terdiri dari batako-normal, batako-serat 1%, batako-serat 3% dan batako-serat 5%. digunakan telah diuji kuat tarik dan mulurnya. Nilai kuat tarik serat 4400 gr/helai dan nilai mulur 4,23%. Angka tersebut menunjukkan bahwa serat pelepah kelapa sawit yang digunakan tidak mudah putus dan cukup elastis. Serat pelepah kelapa sawit kering dengan ukuran panjang serat ±2 cm dan berat berdasarkan persentase yang diinginkan dimasukkan dalam adukan bahan-bahan batako dan dicampur secara merata, menghasilkan sampel batako-serat yang dijadikan benda uji. Setelah batako yang dibuat berumur 28 hari dilakukan uji penyerapan air dan uji kuat tekan. Hasil uji penyerapan air sampel tertera dalam tabel berikut. 2017 ITP. All right reserved 96 DOI 10.21063/SPI3.1017.95-99
Tabel 3: Uji penyerapan air rata-rata Asal Serat Serat (%) Penyerapan (%) Normal 0 4,50 1 3 5 3,50 4,80 5,70 Makin besar porsi penambahan jumlah serat, berdampak pada penurunan kekuatan material. Pada penambahan serat 5% nilai rata-rata kuat tekan turun kembali dengan nilai 68,98 kg/cm 2. Semua angka penyerapan air menunjukkan bahwa semua sampel memiliki penyerapan air yang rendah, jauh lebih rendah dari penyerapan air maksimum yang dizinkan SNI yaitu 25% untuk mutu I. Penyerapan air yang rendah akan berpengaruh pada ketahanan material. Makin kecil kemampuan bahan menyerap air, itu akan berdampak baik terhadap material tersebut. Selain uji penyerapan air, dilakukan uji kuat tekan atas sampel yang dibuat. Hasil pengujian kuat tekan tertera dalam tabel berikut ini. Tabel 4: Nilai kuat tekan rerata Variasi Serat Rerata (kg/cm 2 ) Normal 104,28 Serat 1% 111,34 Serat 3% 70,61 Serat 5% 68,98 Batako-normal memiliki nilai kuat tekan berkisar 95,05 114,06 kg/cm 2 atau dengan nilai rata-rata kuat tekan 104,28 kg/cm 2. Pada penambahan serat 1% terjadi kenaikkan nilai kuat tekan batako-serat dari batako-normal dengan nilai kisaran 103,20-119,49 kg/cm 2 atau bernilai rata-rata kuat tekan 111,34 kg/cm 2. Batako-serat 1% lebih baik dari batako-normal yang dibuat dengan job mix desain yang sama. Pada penambahan serat sebanyak 3% dan 5% dari berat semen nilai kuat tekan batako-serat menurun dan bahkan lebih rendah dari nilai kuat tekan batako-normal. Nilai rata-rata kuat tekan batako-serat 3% adalah 70,61 kg/cm 2 di bawah nilai batako-normal. Gambar 1: Nilai kuat tekan batako Temuan dari penelitian ini adalah penambahan serat pelepah kelapa sawit sebanyak 1% pada pembuatan batakoserat dapat meningkatkan nilai kuat tekan di atas nilai kuat tekan batakonormal. Karena itu, penambahan serat pelepah kelapa sawit sebanyak 1% dari berat semen direkomendasikan pada pembuatan batako serat dengan capaian mutu I SNI. Penambahan serat sebesar 3% dan 5% dari berat semen menurunkan nilai kuat tekan batako-serat, namun nilai kuat tekan tersebut masih berada pada range mutu III yang diisyaratkan SNI tentang bata beton pejal. Untuk pembuatan batako-serat dengan mutu II dan III SNI, penambahan serat dengan porsi 3% dan 5% dapat dilakukan. Berbicara tentang mutu yang ditetapkan SNI, maka penambahan serat pelepah kelapa sawit 1%, 3% dan 5% dapat dilakukan sebab senua hasil kuat tekan yang diperoleh masih dalam standar mutu yang ditetapkan. 2017 ITP. All right reserved 97 DOI 10.21063/SPI3.1017.95-99
4. KESIMPULAN Batako-serat menggunakan serat pelepah kelapa sawit yang merupakan serat organik dapat diterima sesuai hasil penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan serat pelepah kelapa sawit yang berasal dari kabupaten Kampar dalam pembuatan batako. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Penambahan serat pelepah kelapa sawit 1% dapat meningkatkan nilai kuat tekan batako-serat; dengan nilai rata-rata kuat tekan 111,34 kg/cm 2 di atas nilai batako-normal dengan rata-rata 104,28 kg/cm 2. 2. Penambahan serat pelepah kelapa sawit 3% dan 5% menurunkan nilai kuat tekan di bawah batako-normal dengan nilai kuat tekan rata-rata 70,61 kg/cm 2 dan 68,98 kg/cm 2. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada DRPM Dikti, LPPM Unilak atas penyediaan dana penelitian dan tim teknisi Laboratorium Beton Prodi Teknik Sipil Unilak, PT. Riau Mas Bersaudara serta Laboratorium Pengujian Tekstil Bandung atas bantuan yang telah diberikan. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Adibroto, F. (2014) Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Serat Pada Kuat Tekan Paving Block. Jurnal Rekayasa Sipil.Vol. 10, No. 1, 1-11. 2. Andriyani, Y. dan Nursyamsi(2014) Pemanfaatan Serbuk Kaca Sebagai Bahan Tambah Dalam Pembuatan Batako. Jurnal Teknik Sipil USU. Vol. 3, No. 2. 3. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau (2014)Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis tanaman. Pekanbaru. 4. Fauzi, Y.(2006)Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.Jakarta: Penebar Swadaya. 5. Hadi, M. M.(2004)Teknik Berkebun Kelapa Sawit.cet. I, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. 6. Hermanto, D., Supardi dan Edy Purwanto (2014) Kuat Tekan Batako Dengan Variasi Bahan Tambah Serat Ijuk. e-jurnal Matriks Teknik Sipil. 491-497. 7. Intara, Y. I. dan Banun Diah P. (2012) Studi Sifat Fisik dan Mekanik Parenkhim Pelepah Daun Kelapa Sawit Untuk Pemanfaatan Sebagai Bahan Anyaman. Jurnal Agrointek. Vol. 6 No. 1, 36-44. 8. Kristiawan, A. dan Putri Anggi Permata Suwandi(2015) Pengaruh Penambahan Kapur dan Sabut Kelapa Terhadap Bobot dan Daya Serap Air Batako. Jurnal Ilmiah Teknosains. Vol. 1,No.1, 29-35. 9. Multazzam, K. A. dan Priyanto Saelan(2014) Studi Mengenai Perancangan Komposisi Bahan Dalam Campuran Mortar Untuk Pembuatan Bata Beton (Paving Block). Jurnal Online Teknik Sipil Itenas. Vol. xx, No. x, 1-12. 10. Mulyono, T.(2005)Teknologi Beton. ed. II.Yogyakarta: Andi. 11. Suhardiman, M. (2011) Kajian Pengaruh Penambahan serat Bambu Ori Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton. Jurnal teknik.vol. 1, No. 2, 88-95. 12. T. Sofyan, B.(2011)Pengantar Material Teknik.Jakarta: Salemba Teknika. 13. Widiastuti, R. dan Dana Kurnia Syabana(2015) Serat Pelepah Kelapa Sawit (Sepawit) Untuk Bahan Baku Produk Kerajinan. Prosiding Seminar Nasional 4 th UNS SME s Summit & Awards, 7-14. 2017 ITP. All right reserved 98 DOI 10.21063/SPI3.1017.95-99
[14] Zainuri, Gusneli Yanti dan Shanti Wahyuni Megasari (2015) Analisis Beton Ringan Tanpa Agregat Kasar Dengan Penambahan Polymer Concrete. Jurnal Sainstek. Vol. 3, No. 1, 1-9. 2017 ITP. All right reserved 99 DOI 10.21063/SPI3.1017.95-99