HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0 6 BULAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BAYI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Kedokteran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. F DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS DI BANGSAL MELATI II RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun mengalami tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

Diterbitkan melalui:

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus sumberdaya manusia untuk. bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. D. Latar Belakang. Allah SWT memberikan sebuah anugrah kepada seluruh umat manusia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

I. PENDAHULUAN. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

Transkripsi:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Devi Pediatri J500040023 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun 1980-2001 angka kematian bayi karena diare selalu menduduki urutan pertama sampai ketiga dari semua penyebab kematian. 1 Diare adalah pengeluaran tinja dengan frekwensi yang tidak normal dengan konsistensi lebih lembek atau cair, seperti didefinisikan oleh Hippocrates. Istilah gastro-enteritis dikesampingkan karena memberi kesan radang, sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan pada penyebabnya. Sedangkan di Negara-negara sedang berkembang diare merupakan penyakit endemis dan terutama pada anak-anak balita frekwensi serta angka kematiannya tinggi sekali. Di Indonesia kurang lebih 25 % kematian anak-anak di bawah lima tahun disebabkan oleh diare. Pada 22 juta anak balita di Indonesia diperkirakan terjadi 50 juta serangan diare akut per tahun, dan 600.000 anak dari jumlah 22 juta itu setiap tahun meninggal akibat diare tersebut. 2 Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan KLB (kejadian Luar Biasa). Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada gejala dehidrasi. Dari angka serangan diare pada anak balita dengan CFR 1,03-2,7% lebih besar dari CFR endemis 0,02%. 3 Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negaranegara yang sedang berkembang masih tinggi, apalagi pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel lekosit, enzim, hormon, dan lain-lainnya yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi. 4 1

2 Tidak disangsikan lagi Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan terbaik untuk bayi merupakan pemberian Allah SWT yang tidak akan dapat ditiru oleh para ahli di bidang makanan bayi dimanapun. ASI mengandung nutrient (zat gizi) yang cukup dan bernilai biologi tinggi. Disamping itu juga mengandung zat kekebalan (imunologi) yang sangat dibutuhkan bayi untuk melawan beberapa penyakit. 5 Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya. 4 ASI selalu mudah tersedia pada suhu yang sesuai dan tidak memerlukan waktu untuk persiapannya. Susunya segar dan bebas dari kontaminasi bakteri, yang akan mengurangi peluang gangguan gastrointestinal. Walaupun hanya ada perbedaan kecil dalam angka mortalitas bayi peminum susu formula dan bayi peminum air susu ibu (ASI) yang mendapat perawatan baik, pada kelompok sosial ekonomi rendah dan mereka yang hidup pada keadaan yang tidak sehat, bayi peminum ASI lebih mungkin untuk bertahan hidup. Kemungkinan pengaruh penyelamat jiwa dan protektif ASI terhadap patogen usus yang disertai dengan diare berat tampak paling jelas di Negara sedang berkembang atau dimana tidak ada persediaan air minum yang aman dan tidak ada tempat pembuangan kotoran manusia yang efektif. 6 Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di

cukup. 8 Penelitian terhadap 900 ibu di Jabotabek diperoleh fakta bahwa hanya 3 Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif. 7 Makanan pendamping ASI harus diberikan tepat pada waktunya, artinya bahwa semua bayi harus mulai mendapatkan makanan sebagai tambahan ASI dari umur 6 bulan kedepan. Makanan harus diberikan secara adekuat, yang berarti bahwa nilai nutrisi dari makanan pendamping ASI harus sama dengan ASI. Makanan harus dipersiapkan dan diberikan dengan cara yang aman, harus dipastikan memiliki resiko sekecil mungkin dari kontaminasi patogen. Dan makanan harus diberikan dengan cara layak secara tekstur dan jumlah yang sekitar 5 % ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya, sedangkan sekitar 98% ibu lainnya sudah memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada bayi mereka ketika bayi masih berumur 1 bulan. Adapun jenis dan bentuk MPASI yang diberikan adalah pisang dan nasi lembek, padahal MPASI baru bisa diperkenalkan pada bayi setelah bayi tersebut berumur lebih dari 4 bulan. Hal ini berakibat pada meningkatnya angka kesakitan pada bayi, karena alat pencernaan bayi belum mampu untuk mencerna MPASI, sehingga menimbulkan masalah gizi, akibatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi terganggu. 9 Bayi yang dirawat di rumah sakit karena diare telah dipelajari untuk mengidentifikasikan dan mengetahui sebab dari MPASI dini dan untuk menguji efek pada status gizi. Dari 132 bayi, 71 % asi, 24% telah berhenti, dan 5% tidak pernah diberi ASI. MPASI dimulai oleh ibu ketika bayi berumur rata-rata 27(1-180) hari. Pengertian ibu memandang bahwa ASI tidak mencukupi (53%) atau menyebabkan diare (19%), merupakan sebab utama pemberian MPASI. Rata-rata berat badan dari usia bayi yang diberikan MPASI sebelum berumur 2 bulan adalah 72% dari Standart National Centre for Health Statistics (NCHS), dibandingkan dengan 82% dari itu dimulai setelah usia 2 bulan (p=0.01). Sama artinya, rata-rata berat badan dari tinggi badan pada dua kelompok adalah 86 dan 91%,(p=0,04). Inisiasi dari MPASI dini adalah berhubungan dengan malnutrisi. 10

4 Jumlah kunjungan pasien dengan penyakit diare pada tahun 2007 yaitu sebanyak 494 bayi di rawat inap. Pada tahun 2008, jumlah kunjungan rawat inap pada bayi usia < 1 tahun dan bayi usia 1-4 tahun yaitu 26 bayi pada tribulan I, 14 bayi pada tribulan II, dan 27 bayi pada tribulan III. Sedangkan pada kunjungan rawat inap yaitu sebanyak 134 bayi pada tribulan I, 169 bayi pada tribulan II dan 158 bayi pada tribulan III. Terkait dengan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare, khususnya pada anak usia 1-4 bulan. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut ingin diketahui Apakah ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi di RSUD Ambarawa? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi di RSUD Ambarawa. D. Manfaat penelitian Dari penelitian ini maka akan didapatkan informasi tentang hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan diare sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI dan MPASI yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari penyakit diare.