Riani Dosen Stikes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA MASYARAKAT USIA TAHUN DI DESA SEPUNGGUK WILAYAH KERJA PUSKESMAS SALO TAHUN 2015.

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjalani aktivitas sehari-hari. Contoh yang sering dikeluhkan dimasyarakat

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

ANALYZE RELATIONSHIP THE DIETERY HABIT AND DYSPEPSIA SYNDROME IN ADOLESCENT

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FKM USU TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

GAMBARAN POLA MAKAN DALAM KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

Lanny Helfiani Murdiana¹ Program Studi Diploma III Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung

BAB I. Pendahuluan UKDW. dys- (buruk) dan peptin (pencernaan) (Abdullah,2012). Dispepsia merupakan istilah

ISSN Vol 2, Oktober 2012

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

: FELICIA GAYLE ASIDAZ

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

SISTEM PAKAR DIAGNOSA DYSPEPSIA DENGAN CERTAINTY FACTOR

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA LERENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN KAMPAR RIAU

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 2009

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Transkripsi:

HUBUNGAN TIDAK SARAPAN PAGI, JENIS MAKANAN DAN MINUMAN YANG MEMICU ASAM LAMBUNG DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA REMAJA USIA15-19 TAHUN DI DESA TAMBANG TAHUN 2015 Riani Dosen Stikes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT Dyspepsia can be caused by the habit does not eat breakfast, food and beverage consumption habits, such as eating spicy, sour, coffee and carbonated beverages. Indonesia ranks fourth in the world with the highest number of patients with dyspepsia, 38% of sufferers are teenagers. Dyspepsia in 31 Puskesmas working area Kampar District Health Office in 2014 amounted to 9120 cases. The health centers with the highest number of patients Dyspepsia is a health center that is Mine in 1646 (19.8%). Of the 17 villages in the region work Puskesmas Mine, Mine is a rural village that is the highest number of people Dyspepsia on the level of adolescence (15-19 years) is 30 out of 122 patients.. The aim of this study was to determine the relationship did not eat breakfast, the type of food and beverages that trigger the occurrence of gastric acid dyspepsia in adolescents aged 15-19 years in the village of Mine Year 2015. This research is a descriptive correlation with cross sectional study design. Simple random sampling technique side. Of the Chi-Square test found no relation between no breakfast, foods and beverages that trigger the occurrence of gastric acid dyspepsia (pv = 0.001). The study recommends the provision of health personnel information to the public about the importance of breakfast as well as the importance of choosing the type of food and drink is good for the health of the stomach. Bibliography : 22 (2001-2013) Keywords : No Breakfast, Type Food and Beverage Trigger Gastritis, Dyspepsia Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 45

Riani PENDAHULUAN Indonesia sehat 2025 yang telah dirumuskan oleh Departemen Kesehatan tahun (2009) menyatakan bahwa Gambaran Indonesia dimasa depan yang lain dicapai melalui pembangunan Kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara. Yang ditandai penduduknya hidup dilingkungan dan perilaku sehat, yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh Wilayah Rebuplik Indonesia (Depkes RI 2009). Kesehatan adalah aset yang paling berharga dalam hidup ini. Kekayaan, kekuasaan, dan popularitas boleh saja dimiliki, tapi semua itu tidak akan berarti apabila tidak memikirkan kesehatan. Untuk hidup sehat yang harus diketahui pertama kali yaitu apa yang menyebabkan timbulnya penyakit. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Jika hal ini terus menerus dialami akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, salah satunya akan menyebabkan dispepsia (Yuliana, 2011). Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. Istilah dispepsia mulai gencar ditemukan sejak akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, dan rasa panas yang menjalar di dada (Sudoyo AW, 2006). Menurut pendapat (Mansjoer, 2000) menyatakan bahwa penyebab dispepsia adalah minum minuman yang beralkohol dan bergas. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya dispepsia.. Dispepsia biasa diawali dengan kebiasaan yang tidak baik seperti tidak sarapan pagi, sarapan bagi anak remaja seyogyanya sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Dampak negatif dari tidak sarapan pagi dapat terjadi ketidak seimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti rasa pusing, gemetar, atau rasa lelah. hal ini juga dapat memicu terjadinya dispepsia, karena selama tidur 12 jam tubuh puasa sepanjang malam, dan di pagi hari berada dalam tahap pertama merasa lapar sehingga lambung yang masih dalam tahap kelaparan dapat meningkatkan kadar asam lambung naik sehingga dapat memicu terjadinya dispepsia Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman, seperti makan pedas, asam, minum kopi, dan minuman berkarbonasi juga dapat meningkatkan resiko munculnya gejala dispepsia. Suasana yang sangat asam di dalam lambung dapat membunuh organisme patogen yang tertelan bersama makanan. Namun, bila barier lambung telah rusak, maka suasana yang sangat asam di lambung akan memperberat iritasi pada dinding lambung (Herman, 2004). Faktor yang memicu produksi asam lambung berlebihan, diantaranya beberapa zat kimia, seperti alkohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka. Makanan dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas serta bumbu yang merangsang, misalnya jahe, merica (Warianto, 2011 di kutip dari Nurul, 2012). Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 46

Angka kejadian Dispepsia dimasyarakat luas tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas selama enam bulan, tingkat keluhan Dispepsia mencapai 38%, dimana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia yang lebih muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama selama enam bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia sebesar 41%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja usia 14-17 tahun, remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu perempuan sebesar 27% sedangkan laki-laki sebesar 16%. (Reshetnikov, 2001 dikutip dari Annisa, 2009). Menurut data dari WHO, bahwa Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita terbanyak dispepsia setelah Negara Amerika, Inggris yaitu berjumlah 430 juta penderita dispepsia. Di Negara Asia, Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Negara India dan Thailand berjumlah 123 ribu penderita. Di Indonesia sendiri kota yang penduduknya paling banyak menderita dispepsia adalah kota Jakarta yaitu dipengaruhi jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makan menjadi tidak teratur dan banyak menderita dispepsia. Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Riau, bahwa Dispepsia menjadi penyakit dengan proporsi terkecil di Riau, yaitu sekitar 6,05%. (Profil Dinkes, 2008 dikutip dari Fitri, 2013). Berdasarkan data penderita Dyspepsia pada 31 puskesmas yang ada diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2014 berjumlah 9120 kasus. Adapun puskesmas dengan jumlah penderita Dispepsia tertinggi adalah Puskesmas Tambang yaitu 1646 (19,8%). Dari 17 desa yang ada diwilayah kerja puskesmas Tambang, desa Tambang merupakan desa yang tertinggi jumlah penderita Dyspepsia pada tingkat usia remaja (15-19 tahun) yaitu 30 orang dari 122 penderita. Peneliti melakukan survey dengan wawancara terhadap remaja tersebut,diperoleh gambaran bahwa remaja usia 15-19 tahun ini masih banyak yang kurang memperhatikan atau tidak peka terhadap kebiasaankebiasaan yang tidak baik dan hal tersebut juga karena disebabkan sering mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang merangsang atau memicu meningkatnya produksi asam lambung. METODE Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif Korelatsi dengan pendekatan Cross sectional karena pengukuran variabel bebas (tidak sarapan pagi dan Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang merangsang asam lambung) dengan variabel terikat (Dyspesia) dilakukan sekali saja saat bersamaan (Setiadi, 2007) Lokasi dan Waktu Penelitian Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 47

Riani Penelitian ini di laksanakan Di desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas Tambang. Penelitian ini di lakukan pada tanggal 02 sampai 13 September 2015 Populasi dan Sampel Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh Remaja yang ada di Desa Tambang Wilayah Kerja Puskesmas Tambang. Sampel dalam penelitian ini adalah 80 remaja yang ada di desa Tambang wilayah kerja puskesmas Tambang. Analisis Data Analisis data dengan bivariat yang menggunakan uji statistik untuk melihat atau mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen (Tidak Sarapan Pagi, Jenis Makanan dan Minuman Yang Memicu Asam Lambung) dengan variabel dependent (Kejadian Dispepsia). HASIL DAN PEMBAHASAN Hal penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kurangnya informasi yang benar tentang pentingnya sarapan pagi dan pentingnya memilih jenis makanan dan minuman yang baik bagi kesehatan lambung untuk mencegah terjadinya dispepsia. A. Hubungan Tidak Sarapan Pagi dengan Kejadian Dyspepsia Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square X 2 = 19,175 dengan nilai pv<0,001yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara tidak sarapan pagi dengan kejadian dispepsia. Selanjutnya berdasarkan risiko estimasi didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) adalah 2,16 (Cl95% : 1,42-3,30) dengan demikian dapat diinterpensikan bahwa Responden yang tidak terbiasa sarapan pagi berisiko 2,16 kali untuk mengalami dispepsia dari pada yang terbiasa sarapan pagi. B. Hubungan Jenis Makanan Yang Memicu Asam Lambung dengan Kejadian Dyspepsia Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square X 2 = 25,231 dengan nilai pv<0,001yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara jenis makanan dan minuman yang memicu asam lambung dengan kejadian dispepsia. Dan berdasarkan risiko estimasi didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) adalah 2,78 (Cl95% : 1,59-4,83) dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa responden yang sering mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang memicu asam lambung berisiko 2,78 kali untuk mengalami dispepsia dari pada responden yang tidak sering mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang memicu asam lambung. Makan atau sarapan pada hakekatnya adalah cara manusia untuk tetap mendapatkan asupan energi yang cukup guna memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan. Sehingga jika sarapan dilewatkan atau kebiasaan untuk tidak sarapan pagi akan mudah lelah secara fisik, lelah secara fikiran dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga dapat mempengaruhi hasil kerja ataupun belajar menurun selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 48

asam lambung yang berlebihan (Amrannur,2009). Sedangkan makanan dan minuman yang merangsang asam lambung adalah semua jenis makanan dan minuman yang dapat meningkatkan produksi asam lambung secara berlebihan dan menimbulkan peningkatan tekanan didalam lambung yang pada akhirnya menyebabkan katup antara lambung dengan kerongkongan melemah sehingga asam lambung dan gas naik kekerongkongan yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada mulut. Tingginya tingkat konsumsi didaerah penelitian terhadap makanan dan minuman tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Hartono (2006) faktor yang mempengaruhi seseorang memilih makanannya seperti kesenangan serta ketidakseimbangan, dan kebiasaan seseorang. Ettinger (2001) menyatakan bahwa terlalu sering mengkonsummsi makanan yang berminyak dan berlemak membuat makanan tinggal dilambung lebih lama. Makanan tersebut lambat dicerna dan menimbulkan peningkatan tekanan dilambung yang pada akhirnya membuat katup antara lambung dengan kerongkongan melemah sehingga asam lambung dan gas akan naik ke kerongkongan. Lamanya pengosongan lambung berhubungan dengan tukak lambung. Apabila banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang merangsang asam lambung akan menyebabkan peradangan pada lambung dan akan mengakibatkan ulkus peptikum pada lambung, begitupun halnya yang tidak terbiasa sarapan pagi akan mudah lelah secara fisik, lelah secara fikiran dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga dapat mempengaruhi hasil kerja ataupun belajar menurun selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan asam lambung yang berlebihan. Hal ini tidak sarapan pagi dan jenis makanan dan minuman yang memicu asam lambung memiliki hubungan yang erat dengan terjadinya dispepsia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurul Khotimah dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sindroma dispepsia mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 bahwa ada hubungan signifikan antara jenis makanan dan minuman yang merangsang asam lambung dengan kejadian dispepsia dengan (p<0,05). KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan pada penelitian yang berjudul Hubungan Tidak Sarapan Pagi, Jenis Makanan dan Minuman yang Memicu Asam Lambung Dengan Kejadian Dispepsia Pada Remaja Usia 15-19 tahun di Desa Tambang Tahun 2015 ini sebagai berikut: Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 49

Riani 1. Proporsi kejadian dispepsia pada remaja usia 15-19 tahun di Desa tambang tahun 2015 sebanyak 66,2%. 2. Ada hubungan antara tidak sarapan pagi dengan kejadian dispepsia pada remaja usia 15-19 tahun di Desa Tambang tahun 2015. 3. Ada hubungan antara jenis makanan dan minuman yang memicu asam lambung dengan kejadian dispepsia pada remaja usia 15-19 tahun di Desa Tambang tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Annisa, (2009). Hubungan Ketidakteraturann Makan dengan Kejadian Sindrome Dispepsia. Medan: Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan USU. Budiarto, E, (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD. (2012). Jenis Makanan dan Pencegahan Pada Maag. www.kompas.com Dianidkha (2012). Dispepsia dari http://dispepsia-istilah.ac.id. Di update tanggal 14 maret 2015. Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2013., (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2014. Erlan, Dr. (2000). Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC. Fitri Hidayatil,. (2013). Hubungan Pola Makan Masyarakat dengan Kejadian Dispepsia di Desa Pulau Jambu Puskesmas Kuok. Kuok: STIKes Tuanku Tambusai. Hardani R, (2002). Pola Makan Sehat. Dari: kharisma.de.files/home/makala h.pdf Hidayat, Aziz, A,.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Inluthfiani, Lulu,.(2012). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dispepsia pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Bangkinang. Bangkinang: STIKes Tuanku Tambusai. Kasjono, K (2008). Intisari Epidemiologi. Jogjakarta : MITRA CENDIKIA Press.. Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedoteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius. Misnadiarly,.(2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dispepsia atau Maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal). Jakarta: Pustaka Populer Obor. Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurul, K. (2012). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sindroma Dispepsia pada Mahasiswa Keperawatan USU. Medan: Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan USU. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 50

Slamat Suyono, Prof,Dr. SpPD.KE. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sudoyo, A,W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid I & II, edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Soogeng dan Anne lies, (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Susanti, A. (2011). Faktor Resiko Dispepsia Pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor: Skripsi Keperawatan IPB. UPTD Puskesmas Tambang. (2015). Data Jumlah Dispepsia Tahun 2014 Yuliana, Atras. (2011). Analisa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Gastritis diantara Faktor Pengetahuan, Makan tidak Teratur dan Diet yang dimakan pada Masyarakat di Puskesmas Bangkinang. Bangkinang: STIKes Tuanku Tambusai. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 51